Kisah Gus Baha Masih Melarat dan Qurban Ayam di Hari Raya Idul Adha

Gus Baha: Boleh qurban dengan ayam, tapi jangan dibawa ke masjid, begini contoh dan alasannya.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Mei 2024, 02:00 WIB
Diterbitkan 27 Mei 2024, 02:00 WIB
gus baha 22
Gus Baha (TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Mendekati bulan Dzulhijjah, pertanyaan tentang kebolehan beribadah qurban dengan ayam kerap menjadi perbincangan hangat di kalangan umat Islam awam.

Hewan kurban unta, sapi, atau kambing, dipertanyakan apakah dapat digantikan dengan ayam, terutama bagi yang ekonominya terbatas.

Dalam sebuah video pengajian yang diunggah oleh channel Santri Gayeng, Gus Baha memberikan penjelasan terkait kurban dengan ayam.

Dia menyebut bahwa ada pendapat yang memperbolehkan berqurban dengan ayam, bahkan telur.

Dalam video tersebut Gus Baha membagikan kisah pribadinya saat dalam keadaan kekurangan, saat hidup di Jogja. Dalam bahasanya, dia menyebut dirinya masih melarat.

Meskipun begitu, dia tetap menjalankan prinsip untuk berkurban setiap Idul Adha.

 

Kisah Gus Baha saat Idul Adha Sembelih Ayam

Ilustrasi Ayam Jantan
Ilustrasi Ayam Jantan. (Gambar oleh Jacques GAIMARD dari Pixabay)

Bahkan saat kurang mampu, dia menyembelih ayam atau membeli daging meski hanya setengah kilogram.

"Kulo nggih nate mlarat, jaman teng Jogja. Kulo nyembeleh ayam, kadang nggih tumbas daging setengah kilo," kata Gus Baha.

Praktik ini didasarkan pada dua alasan utama. Pertama, hari raya Idul Adha adalah waktu untuk makan-makan, bukan berpuasa. Kedua, untuk menghindari sikap tamak terhadap bagian daging qurban.

Meski demikian, lanjut Gus Baha, ketika ditanya orang apakah itu qurban, maka jawab saja bukan. jawab saja dengan jawaban, ini hari makan-makan, ikut perintah Allah SWT.

Pendapat ulama tentang masalah ini beragam. Imam Nawawi menegaskan bahwa berqurban dengan hewan selain ternak tidak dibolehkan. Namun, Imam Qurthubi memungkinkan qurban dengan ayam.

Gus Baha Mengutip Pendapat Imam Qurthubi

Suhu dan Kelembapan Mesin Penetas
Ilustrasi telur ayam/credit: unsplash.com/morgan

Pendapat Imam Qurthubi didasarkan pada sebuah hadis yang menyebutkan keutamaan shalat Jumat. Orang yang berangkat pagi jumatan, pagi seperti qurban unta, siang dikit dapat sapi, dapat kambing, dan yang datang terahir seperti qurban telor. Hadis ini memberikan gambaran bahwa berqurban dengan ayam atau bahkan telur dapat menjadi alternatif.

"Yang penting jangan dibawa ke masjid, nanti jadi kontroversi," tegas Gus Baha.

Meskipun ada pandangan yang memperbolehkan, penting untuk diingat bahwa hal ini bisa menjadi sumber kontroversi di masyarakat. Sebaiknya, pendapat ini disimpan sebagai pandangan pribadi.

Gus Baha menekankan bahwa jika berqurban dengan ayam dilakukan dalam keseharian, itu tetap baik. Pentingnya memahami bahwa esensi Idul Adha adalah tentang berbagi dan kebaikan.

Dia menggambarkan situasi di sebuah kampung, di mana orang kaya berqurban sapi, yang menengah berqurban kambing, dan yang miskin berqurban ayam atau telur. Esensi merayakan Idul Adha tetap terjaga, yaitu spirit berbagi.

Pendapat tentang bolehnya berqurban dengan ayam atau telur bisa diinterpretasikan sebagai bentuk kepedulian pada kondisi sosio-ekonomi masyarakat yang beragam.

Perdebatan ini mencerminkan dinamika dalam menafsirkan ajaran agama dan menghadapi tantangan praktis dalam kehidupan sehari-hari.

Meskipun berbeda pendapat, penting untuk tetap menjaga persatuan dan toleransi di antara umat Islam dalam menghadapi perbedaan pandangan ini.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Simak Video Pilihan Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya