Rezeki Datang Sendiri atau Harus Ikhtiar? Kisah 2 Sahabat UAH yang Ahli Al-Qur'an

Sedangkan orang yang malas-malasan dan enggan menyisir muka bumi untuk mencari rezeki, maka dia tidak berhak makan dari rezeki Allah.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Jun 2024, 09:30 WIB
Diterbitkan 15 Jun 2024, 09:30 WIB
uah 222
Ustadz Adi Hidayat (UAH) (TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam sebuah majelis penceramah cerdas, Ustadz Adi Hidayat (UAH) mengisahkan punya dua sahabat saat di Mesir. Keduanyua sama-sama ahli Al-Qur'an namun beda madzhab.

Soal rezeki keduanya juga beda pemikiran, satu berpikir rezeki sudah diatur maka akan datang sendiri, satunya meski diatur tetap harus dicari,

"Saya punya kawan di Mesir dua orang, dua-duanya ahli Qur'an cuma beda mazhab. Soal rezeki menyatakan sesui apa yang ia baca, rezeki itu sudah diatur enggak usah capek-capek ikhtiar entar datang sendiri. Satunya bilang walaupun diatur tetap kita ikhtiar maksimal sehingga kita bisa menjemputnya," kisah UAH.

Cerita inspiratif ini datang melalui kanal Youtube @MenjemputRidhaAllahChannel. Kisah semacam ini diharapkan bisa memberikan gambaran betapa pentingnya menjemput rezeki.

Untuk membuktikan keyakinannya, salah satu teman memilih untuk melakukan iktikaf di belakang mihrab di sebuah masjid. Dia menyembunyikan dirinya di ruangan tersebut dan bersiap untuk menjemput rezeki yang diatur oleh Allah.

"Mari kita buktikan, jadi yang pertama tadi dia memilih untuk iktikaf sembunyi di belakang mihrab masjid satu ruangan di balik meja dia sembunyi, di satu masjid yang suka ada orang ngasih sedekah makanan," uangkap UAH.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Begini Akhir Kisahnya

Ilustrasi rezeki
ilustrasi rezeki/Copyright shutterstock/Pramata

Pada hari pertama, ketika ada orang memberikan sedekah makanan, teman tersebut memilih untuk tidak bereaksi, sesuai dengan perjanjian.

"Hari pertama begitu ada yang sedekah yang ini kan enggak boleh ngapa-ngapain dia diam aja. Hari kedua dia juga masih enggak dapat, tahan lapar," ucapnya.

Namun, ketika hari kedua dan ketiga tiba, rasa lapar yang tak tertahankan membuatnya tidak mampu lagi untuk diam. Akhirnya, dengan penuh kesulitan, ia memutuskan untuk bertanya kepada pengurus masjid tentang situasi tersebut.

Pengurus masjid memberikan jawaban yang bijaksana bahwa ketika mereka melihat seseorang yang sangat lapar, mereka memberikan kode "Gat" di bawah meja sebagai tanda untuk memberikan makanan. Mendengar hal tersebut, dua kotak nasi pun diberikan kepadanya.

Saat menerima makanan tersebut, dia menyadari bahwa temannya yang telah menekankan bahwa rezeki harus dicari dengan usaha maksimal telah membuktikan kebenaran kata-katanya.

Teman tersebut kembali pada hari ketiga, mengingatkan bahwa rezeki memang harus diusahakan meskipun telah diatur oleh Allah, karena hanya dengan usaha maksimal kita bisa menjemputnya.

"Kan saya sudah bilang di awal, rezeki itu mesti dicari walaupun dengan mengucapkan kata 'gat' sekalipun," tandas UAH.

Kumpulan Hadis tentang Rezeki

Harta Karun Rp 4.3 Miliar di Bawah Rumah
ilustrasi Pasutri Ini Temukan Harta Karun Rp 4.3 Miliar di Bawah Rumah, Rezeki Nomplok (Sumber: BNPS via The Sun)

Mengutip Hidayatullah.com, rezeki ditakdirkan dan dibagikan Allah Ta’ala kepada manusia. Di antara mereka ada yang ditakdirkan lapang dalam rezekinya, ada yang rezekinya ditakdirkan sempit, dan ada pula yang rezekinya ditakdirkan berada di tengah-tengah. Semuanya, yang memberi rezeki adalah Allah. Dalam Al-Qur’an disebutkan,

إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلرَّزَّاقُ ذُو ٱلۡقُوَّةِ ٱلۡمَتِينُ (٥٨)

“Sesungguhnya Allah, Dia adalah Maha Pemberi Rezeki yang memiliki kekuatan amat kokoh.” (QS: Adz-Dzariyat: 58).

Allah jugalah yang mengatur pembagian rezeki ini kepada seluruh makhluk. Dikatakan dalam firman-Nya;

وَمَا مِن دَآبَّةٍ۬ فِى ٱلۡأَرۡضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزۡقُهَا

“Dan tidak ada seekor binatang melata pun di muka bumi, melainkan Allah yang memberikan rezeki kepadanya.” (QS: Hud: 6).

وَڪَأَيِّن مِّن دَآبَّةٍ۬ لَّا تَحۡمِلُ رِزۡقَهَا ٱللَّهُ يَرۡزُقُهَا وَإِيَّاكُمۡ‌ۚ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡعَلِيمُ

“Dan berapa banyak binatang yang tidak dapat membawa (mencari) rezekinya sendiri. Allahlah yang memberikan rezeki kepadanya juga kepada kalian. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS: Al-Ankabut: 60).

Mayoritas orang memahami perkataan, “Bahwa rezeki ditakdirkan dan dibagikan oleh Allah Ta’ala,” sebagai tidak adanya faedah dalam berusaha mencari rezeki.

Mereka menganggap bahwa orang yang telah ditakdirkan kaya oleh Allah, maka dia pun akan kaya kendati dia hanya duduk-duduk saja di rumah. Dan orang yang ditakdirkan miskin oleh Allah, maka dia pun akan miskin sekalipun dia orang yang cerdas, rajin bekerja dan ulet berusaha.

 

Pentingnya Ikhtiar Sungguh-Sungguh

Yang benar, sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala menakdirkan rezeki berkaitan dengan sebabnya. Karena sebab-sebabnya pasti juga telah ditakdirkan, sebagaimana akibat-akibatnya.

Sekiranya Allah menakdirkan si Fulan menggunakan akal dan kecerdasannya, serta sungguh-sungguh bekerja dan berusaha dalam rangka mencari penghidupan, maka Allah pasti akan meluaskan rezeki kepadanya.

Adapun orang lain yang senantiasa hidup dalam kemalasan, pasrah dalam ketidakpunyaan, dan lebih memilih hidup dalam kehinaan, maka Allah pun akan menyempitkan rezekinya.

Itulah makanya Allah berfirman;

هُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلۡأَرۡضَ ذَلُولاً۬ فَٱمۡشُواْ فِى مَنَاكِبِہَا وَكُلُواْ مِن رِّزۡقِهِۦ‌ۖ وَإِلَيۡهِ ٱلنُّشُورُ (١٥)

“Dialah yang menjadikan bumi mudah bagi kalian, maka berjalanlah di segala penjurunya, dan makanlah kalian dari rezeki-Nya.” (QS: Al-Mulk: 15).

Makna ayat di atas bahwa orang yang bersungguh-sungguh dalam bekerja dan berusaha serta menyusuri pelosok bumi demi mencari rezeki di kisi-kisinya, maka dia akan makan dari rezeki Allah.

Sedangkan orang yang malas-malasan dan enggan menyisir muka bumi untuk mencari rezeki, maka dia tidak berhak makan dari rezeki Allah.

Yang dimaksud jaminan Allah Ta’ala untuk memberikan rezeki kepada orang-orang yang hidup, termasuk jaminan rezeki-Nya terhadap seluruh binatang melata di muka bumi, adalah bahwa Allah menyediakan sebab-sebab dan sarana-sarana untuk mengais rezeki di bumi, baik di darat ataupun di lautan.

Karena ketika Allah menciptakan bumi, Dia “Memberikan berkah di dalamnya dan telah menentukan makanan-makanannya.” (Fushshilat: 10).

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya