Liputan6.com, Jakarta - Dalam sebuah pengajian, Gus Baha menyoroti pentingnya peran suami dalam mencari nafkah bagi keluarga.
Ia menjelaskan bahwa suami yang bertanggung jawab dalam mencari rezeki halal akan diangkat derajatnya oleh Allah dalam lingkup keluarga.
Menurut Gus Baha, bekerja untuk memperoleh rezeki halal juga merupakan implementasi dari ajaran Rasulullah.
Advertisement
"Orang yang bekerja dengan sungguh-sungguh untuk menyediakan kebutuhan keluarga adalah contoh dari sunnah yang dianjurkan dalam agama," kata Gus Baha seperti dilansir dari laman Youtube @SM. Production.
Suami yang enggan bekerja untuk memberi nafkah kepada keluarganya dianggap melanggar aturan agama dan sunnatullah, menurut Gus Baha.
Hal ini menunjukkan bahwa menunaikan kewajiban mencari nafkah merupakan bagian penting dari tanggung jawab seorang suami.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Rasulullah SAW Tegur Sahabat yang Rendahkan Orang Tidak Ikut Majelis Karena Ini
Dalam sebuah ceramah tentang keutamaan mencari nafkah, Gus Baha menyampaikan kisah tentang sikap Rasulullah dan para sahabat terhadap seseorang yang tidak ikut duduk dalam majelis ilmu.
Saat pemuda itu melewati majelis tanpa bergabung, seorang sahabat mengomentari sikapnya dengan negatif.
Namun, Rasulullah menanggapinya dengan bijak. Beliau mengatakan bahwa pemuda tersebut mungkin sedang bekerja untuk tidak menggantungkan diri pada orang lain, atau mungkin ia bekerja untuk menyokong keluarganya, yang keduanya merupakan bagian dari sunnah yang dianjurkan.
Mendengar sahabat mengomentari si pemuda, Rasulullah mengatakan : "Janganlah begitu. Dia itu bisa saja bekerja untuk tidak meminta-minta kepada orang. Dan itu sunnah ku. Atau dia bekerja untuk keluarganya untuk ibunya dan itu juga sunnah ku. Dan Allah mencintai orang yang bekerja." kata Gus Baha.
Pesan dari kisah tersebut adalah bahwa Rasulullah menghargai upaya seseorang untuk bekerja demi mencari nafkah.
Sejak saat itu, para sahabat pun tidak lagi mengomentari orang yang tidak bergabung dalam majelis ilmu karena mereka memahami pentingnya sunnah bekerja dalam agama Islam.
Advertisement
Berikut Beberapa Dalilnya
Mengutip tafsirweb.com, dalil-dalil Al-Qur'an tentang mencari nafkah terdapat banyak dalil yang menunjukkan tanggung jawab ini, di antaranya adalah firman Allah Ta'ala dalam Surah An-Nisa ayat 34 dan Surah Al-Baqarah ayat 233. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :
اَلرِّجَا لُ قَوَّا مُوْنَ عَلَى النِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَاۤ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَا لِهِمْ ۗ فَا لصّٰلِحٰتُ قٰنِتٰتٌ حٰفِظٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّٰهُ ۗ وَا لّٰتِيْ تَخَا فُوْنَ نُشُوْزَهُنَّ فَعِظُوْهُنَّ وَاهْجُرُوْهُنَّ فِى الْمَضَا جِعِ وَا ضْرِبُوْهُنَّ ۚ فَاِ نْ اَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوْا عَلَيْهِنَّ سَبِيْلًا ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَا نَ عَلِيًّا كَبِيْرًا
"Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya.
Maka perempuan-perempuan yang saleh, adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka).
Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Maha Tinggi, Maha Besar." (QS. An-Nisa' : 34)
Allah Ta'ala juga berfirman :
وَا لْوَا لِدٰتُ يُرْضِعْنَ اَوْلَا دَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَا مِلَيْنِ لِمَنْ اَرَا دَ اَنْ يُّتِمَّ الرَّضَا عَةَ ۗ وَعَلَى الْمَوْلُوْدِ لَهٗ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِا لْمَعْرُوْفِ ۗ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ اِلَّا وُسْعَهَا ۚ
"Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya...." (QS. Al-Baqarah ; 233)
Agama Islam tidak membenarkan perbuatan seseorang yang hanya fokus terhadap amal akhirat. sementara untuk kehidupannya di dunia dia bermalas-malasan dan melupakan kewajiban mencari nafkah.
Namun demikian, Islam juga tidak membenarkan seseorang yang gila terhadap dunia hingga akhiratnya terbengkalai. Seseorang memang wajib beramal untuk amal akhirat tapi jangan menyepelekan dan menghindari amal dunia.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul