Liputan6.com, Jakarta - Judi masih marak dimainkan di tengah-tengah masyarakat. Judi offline maupun online telah berhasil memengaruhi sebagian masyarakat yang akhirnya kecanduan dengan pekerjaan haram itu.
Tak mau menerima uang nafkah dari hasil judi, seorang jemaah Al Bahjah bercerita kepada KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya tentang pekerjaan ayahnya. Jemaah itu meminta Buya Yahya memberikan solusinya agar tidak memakan uang haram.
“Bapak saya sering main judi. Kita tahu sebagai keluarga hanya mengharapkan nafkah dari bapak. Sementara bapak dari hasil judi saja Buya,” katanya dikutip dari YouTube Buya Yahya, Sabtu (29/6/2024).
Advertisement
Baca Juga
“Bagaimana solusinya kita sebagai anak? Kita gak mau makanan dari uang judi itu, sedangkan untuk kebutuhan hari-hari itu yang didapatkan dari bapak saja,” lanjut dia memberi pertanyaan kepada Buya Yahya.
Simak penjelasan dan solusi Buya Yahya di halaman berikutnya.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Judi Adalah Haram
Buya Yahya mengatakan, judi adalah pekerjaan yang dilarang dalam Islam. Uang yang didapat dari hasil judi adalah haram.
“Punya ayah tapi dia judi sehingga jelas rezekinya dari seputar judi karena tidak ada pekerjaan selain judi. Apa dia yang memfasilitasinya, bandarnya, atau pejudinya, itu semua adalah haram. Diberikan kepada istri adalah haram,” kata Buya Yahya.
Buya Yahya mengapresiasi seorang anak yang sadar bahwa uang yang dimakannya dari hasil pekerjaan haram.
“Maka Anda sebagai seorang anak istimewa. Anda mengerti kalau orang tua Anda punya pekerjaan jelek. Anda sholehah, anda baik insya Allah,” imbuh Buya Yahya.
Advertisement
Solusi Buya Yahya
Buya Yahya mengatakan, orang tua tetaplah orang tua yang melahirkan anaknya. Meskipun pekerjaan orang tua adalah berjudi, ia tetap ayahnya. Lantas, bagaimana solusinya?
Menurut Buya Yahya, orang tua semacam itu harus diberi wawasan secara halus dengan penuh cinta tentang perjudian. Bilang bahwa judi adalah pekerjaan yang dilarang dan uangnya jelas haram.
“Sampaikan kepada ayahanda bahwasanya Anda sangat mencintainya. Akan tetapi, dengan nafkah yang ayah berikan ini mohon maaf (tidak akan diterima). Sampaikanlah bahwa kami bukan tidak menerima sesuatu dari ayah, tapi menurut keyakinan agama kita bahwasanya uang judi tidak boleh kami makan,” tutur Buya Yahya.
Menurut Buya Yahya, anak bisa mengutip perkataan sahabat nabi. Dikisahkan bahwa sahabat nabi berkata, “Kami lebih senang lapar daripada harus makan api di perut kami.”
“Maksudnya ayah, kami lebih baik bertahan untuk lapar dari pada kami harus makan dari rezeki hasil judi. Maka dengan tidak maunya istri dan anak terima uang hasil judi, ia akan kepikiran dan bingung,” jelas Buya Yahya.
Mencari Pekerjaan Halal
Untuk menghidupi sehari-hari, Buya Yahya menyarankan agar keluarga yang ayahnya judi mencari pekerjaan lain yang halal. Pekerjaan itu untuk memenuhi kebutuhan primernya seperti makan dan lain-lain. Buya Yahya tidak menyarankan untuk meminta-minta, lebih baik bekerja.
“Anda jangan minta kepada orang tua sama sekali, dan Anda jangan mengambil atau menerima (uang dari hasil judi). Tentunya menolak dengan bahasa halus. Maka orang tua Anda akan berpikir,” kata Buya Yahya.
“Itu adalah pukulan berat bagi seorang ayah. Sebagai seorang ayah bertanggung jawab yang mencintai anak dan istrinya dia akan berpikir keras bagaimana mendapatkan rezeki yang halal,” lanjut Buya Yahya.
Menurut Buya Yahya, solusi itu lebih baik daripada tetap menerima uang hasil judi. Selain haram, menerima nafkah hasil judi akan kesulitan menyadarkan ayahnya.
“Dia akan berkata, banyak omong, sudah menerima duit saja kok gak diam,” ujarnya.
“Tapi kalau sudah memulai dengan menolak halus, lembut, baik, kemudian Anda sampaikan sebuah kebenaran, maka ketahuilah akan mudah terbuka hati bapak Anda. Semoga allah berikan hidayah kepadanya. Bukakanlah pintu halal untuk keluarga dan muliakan di dunia dan akhirat,” pungkas Buya Yahya.
Advertisement