Liputan6.com, Cilacap - Syaikh Abu Hasan As-Syadzili merupakan wali yang memiliki gelar yang setara dengan Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, yakni sama-sama dijuluki al-Qutb yang artinya poros alam.
Kedua tokoh tasawuf ini tersohor dengan karomahnya yang dahsyat dan susah dicerna oleh akal pikiran manusia. Al-Qarasyi mengatakan perihal kesetaraan antara keduanya, yakni tatkala menyebutkan salah satunya, terasa telah menyebutkan keduanya.
Advertisement
Baca Juga
Ajaran-ajaran tasawuf Syaikh Abu Hasan As-Syadzili tersebar ke seluruh penjuru dunia, termasuk di Indonesia. Salah satu ajarannya ialah terkait pentingnya sifat sabar dalam menghadapi cobaan, termasuk di dalamnya cobaan karena memiliki utang.
Berkaitan dengan utang, Syaikh Abu Hasan As-Syadzili mengajarkan amalan pelunas utang dan pelancar rezeki. Berikut ini ulasannya.
Simak Video Pilihan Ini:
Amalan Pelunas Utang dan Pelancar Rezeki dari Syaikh Abu Hasan As-Syadzili
Menukil bincangsyariah.com, dalam kitabnya yang berjudul as-Sir al-Jalil (Rahasia Agung), pada bab kelima beliau menyampaikan sebuah amalan agar terhindar dari kejahatan makhluk, dimudahkan rezeki, agar disukai makhluk, dan semua kesempitan hidup, termasuk utang agar dimudahkan oleh Allah.
Berikut keterangan dari Syekh Abu Hasan:
فَالْيَقْرَأْ فِي كُلِّ يَوْمٍ: “حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ” عَدَدَ حُرُوْفِهَا، وَهِيَ أَرْبَعُمِائَةٍ وَخَمْسُوْنَ مَرَّةً، ثُمَّ يَقْرَأُ بَعْدَ ذَلِكَ قَوْلَهُ تَعَالَى: “الَّذِيْنَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوْا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيْمَانًا وَقَالُوْا حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ” (آل عمران : 173) سَبْعَ مَرَّاتٍ، وَفِي الْمَرَّةِ السَّابِعَةِ يَقُوْلُ: “فَانْقَلَبُوْا بِنِعْمَةٍ مِنَ اللهِ وَفَضْلٍ لَمْ يَمْسَسْهُمْ سُوْءٌ وَاتَّبَعُوا رِضْوَانَ اللهِ وَاللهُ ذُوْ فَضْلٍ عَظِيْمٍ” (آل عمران : 174). وَمَنْ دَاوَمَ عَلَى ذَلِكَ كَانَ لَهُ سِرٌّ عَجِيْبٌ فِي تَسْهِيْلِ الْعَسِيْرِ
Dari keterangan di atas dapat dijelaskan, amalan tersebut adalah dengan membaca:
حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ 450
Hasbunallaahu wa ni’mal wakiil 450 X
الَّذِيْنَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوْا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيْمَانًا وَقَالُوْا حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ 7
Alladziina qaala lahumun naasu innan naasa qad jama’uu lakum fakhsyauhum fazaadahum iimaanaa, wa qaaluu hasbunallahu wani’mal wakiil 7X
فَانْقَلَبُوْا بِنِعْمَةٍ مِنَ اللهِ وَفَضْلٍ لَمْ يَمْسَسْهُمْ سُوْءٌ وَاتَّبَعُوا رِضْوَانَ اللهِ وَاللهُ ذُوْ فَضْلٍ عَظِيْمٍ 1
Fanqalabuu bini’matim minallaahi wa fadllil lam yamsashum suu-uw wat-taba’uu ridlwaanalllahi, wallaahu dzuu fadllin ‘adziim 1X
Advertisement
Mendapatkan Sirr Supaya Dimudahkan Segala Urusannya
Menurut Syekh Abu Hasan, siapa saja yang mengamalkan wirid di atas secara istikamah, akan mendapatkan sirr (rahasia) yang mengagumkan untuk memudahkan segala sesuatu yang sulit.
Sebagai informasi, lafal hasbunallan wani'mal wakil terdapat dalam Al-Qur'an Surah Ali Imran ayat 173. Kemudian dari segi asbabun nuzulnya, surat Ali Imran ayat 173 di atas berhubungan dengan pasukan Nabi Muhammad yang mendapatkan keuntungan besar dari perdagangan mereka, padahal tujuan semula keberangkatan mereka adalah untuk berperang.
Diceritakan dalam Tafsir Shawi dan al-Lubab, ketika Abu Sufyan dan pasukannya akan kembali ke Makkah dari perang Uhud, dia mengadakan kesepakatan dengan Nabi untuk kembali berperang setahun kemudian, tepatnya pada musim Badar Sughra, yaitu musim raya yang diadakan setahun sekali, dimana antar kabilah Arab saling bertemu untuk mengadakan transaksi dagang.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul