Top 3 Islami: KH Ahmad Dahlan Tak Permasalahkan, tapi Kenapa Warga Muhammadiyah Jarang Tahlilan?

Artikel kedua terpopuler yaitu tips agar sholat khusyuk dari Ustadz Abdul Somad (UAS). Sementara, artikel ketiga yang tak kalah menyita perhatian adalah pernyataan mengejutkan dari Gus Baha bahwa orang perlu sombong

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 15 Jul 2024, 06:30 WIB
Diterbitkan 15 Jul 2024, 06:30 WIB
KH Ahmad Dahlan, Pahlawan Nasional pendiri Muhammadiyah keturunan Rasulullah SAW dan Walisongo. (Foto: muhammadiyah.or.id)
KH Ahmad Dahlan, Pahlawan Nasional pendiri Muhammadiyah keturunan Rasulullah SAW dan Walisongo. (Foto: muhammadiyah.or.id)

Liputan6.com, Jakarta - Artikel mengenai musabab kenapa warga Muhammadiyah jarang menggelar tahlilan, sementara KH Ahmad Dahlan tak mempermasalahkannya, diungkap oleh Ustadz Adi Hidayat (UAH) menjadi yang terpopuler di kanal Islami Liputan6.com, Minggu (14/7/2024)

Hal ini untuk menjelaskan pertanyaan kenapa KH Ahmad Dahlan tidak mempermasalahkan tahlilan namun tahlil jarang digelar oleh warga Muhammadiyah.

Artikel kedua terpopuler yaitu tips agar sholat khusyuk dari Ustadz Abdul Somad (UAS).

Sementara, artikel ketiga yaitu pernyataan mengejutkan dari Gus Baha bahwa orang perlu sombong.

Selengkapnya, mari simak Top 3 Islami

Simak Video Pilihan Ini:

1. KH Ahmad Dahlan Tak Masalahkan Tahlilan tapi Kenapa Jarang Dilakukan Warga Muhammadiyah? UAH Ungkap Alasannya

Pahlawan nasional, Kh Hasyim Asyari dan KH Ahmad Dahlan merupakan keturunan Rasulullah SAW dan Walisongo. (Foto: Muhammadiyah.or.id)
Pahlawan nasional, Kh Hasyim Asyari dan KH Ahmad Dahlan merupakan keturunan Rasulullah SAW dan Walisongo. (Foto: Muhammadiyah.or.id)

Dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, punya pandangan berbeda dalam persoalan tertentu. Salah satu yang sering jadi perbincangan di masyarakat adalah tahlilan.

Bagi Nahdliyin (warga NU), menggelar tahlilan ketika ada muslim yang meninggal dunia adalah hal yang biasa dilakukan. Tahlilan adalah acara untuk mendoakan orang yang telah meninggal dunia. Digelar selama 7 hari, kemudian lanjut 40 hari sampai 100 hari.

Berbeda dengan Muhammadiyah. Acara tahlilan untuk orang meninggal di Muhammadiyah jarang ditemukan. Apakah tahlilan menjadi salah satu perbuatan bid’ah sehingga tidak diamalkan?

Ulama kharismatik Muhammadiyah, Ustadz Adi Hidayat (UAH) mengungkapkan, ternyata pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan tidak mempermasalahkan perkara tahlilan.

Lalu mengapa tahlilan tidak menjadi amalan yang sering dilakukan saat ada orang meninggal?

Selengkapnya baca di sini

2. Sholat Masih Belum Khusyuk? Coba Ikuti 5 Tips dari Ustadz Abdul Somad Ini

Ustaz Abdul Somad alias UAS membahas masalah pemanggilan arwah (https://www.instagram.com/p/CV5K-BnvdgE/)
Ustaz Abdul Somad alias UAS membahas masalah pemanggilan arwah (https://www.instagram.com/p/CV5K-BnvdgE/)

Sholat termasuk ibadah yang perlu khusyuk dalam pelaksanaannya. Khusyuk memang bukan salah satu syarat sholat, namun sholat khusyuk amat penting. 

Khusyuk adalah ketenangan hati dan jiwa. Orang yang khusyuk dalam sholat tidak akan memikirkan apapun, terlebih soal dunia.

Definisi khusyuk dijelaskan Syekh Wahbah bin Musthafa az-Zuhaili saat menafsirkan surah al-Mukminun ayat 2 dalam at-Tafsir al-Munir. Khusyuk adalah kepasrahan, kerendahan, dan rasa takut kepada Allah.

Khusyuk adanya dalam hati. Jika hatinya khusyuk, maka seluruh anggota badan akan ikut khusyuk. 

Dalam pelaksanaannya, khusyuk dalam sholat termasuk yang sulit dilakukan. Sholat khusyuk butuh proses yang cukup panjang. Meskipun belum bisa khusyuk, sholat tetap wajib dikerjakan.

Pendakwah Ustadz Abdul Somad atau UAS pernah dalam kesempatan ceramahnya membahas langkah-langkah khusyuk saat sholat. Simak berikut tips sholat khusyuk dari UAS.

Selengkapnya baca di sini

3. Kata Gus Baha Orang Itu Perlu Sombong, Kok Bisa Gus?

Gus Baha (Tangkap layar YouTube Kumparan Dakwah)
Gus Baha (Tangkap layar YouTube Kumparan Dakwah)

Sombong adalah salah satu sikap yang umumnya harus dihindari karena dapat merusak hubungan sosial dan menimbulkan konflik.

Namun, Gus Baha, ulama kharismatik asal Rembang, menyatakan bahwa ada saat-saat tertentu di mana sombong diperlukan.

Menurut murid Mbah Maimoen Zubair, sombong dalam konteks ini bukan berarti arogan atau merendahkan orang lain, melainkan menunjukkan kelebihan diri dengan tujuan yang baik.

Misalnya, dalam situasi di mana seseorang perlu menegaskan kredibilitas atau keahliannya untuk memberikan pengaruh positif dan membawa manfaat bagi orang lain.

Dalam sebuah pengajian pemilik nama lengkap KH Ahmad Bahauddin Nursalim, menjelaskan bahwa terkadang kesombongan diperlukan dalam konteks menyebutkan kelebihan diri.

Selengkapnya baca di sini

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya