Kata Gus Baha Orang Itu Perlu Sombong, Kok Bisa Gus?

Sombong memang tercela, tapi menurut Gus Baha, ada orang-orang yang boleh sombong demi kepentingan umat. Siapa mereka?

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Jul 2024, 04:30 WIB
Diterbitkan 14 Jul 2024, 04:30 WIB
Gus Baha
Gus Baha (TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Sombong adalah salah satu sikap yang umumnya harus dihindari karena dapat merusak hubungan sosial dan menimbulkan konflik.

Namun, Gus Baha, ulama kharismatik asal Rembang, menyatakan bahwa ada saat-saat tertentu di mana sombong diperlukan.

Menurut murid Mbah Maimoen Zubair, sombong dalam konteks ini bukan berarti arogan atau merendahkan orang lain, melainkan menunjukkan kelebihan diri dengan tujuan yang baik.

Misalnya, dalam situasi di mana seseorang perlu menegaskan kredibilitas atau keahliannya untuk memberikan pengaruh positif dan membawa manfaat bagi orang lain.

Dalam sebuah pengajian pemilik nama lengkap KH Ahmad Bahauddin Nursalim, menjelaskan bahwa terkadang kesombongan diperlukan dalam konteks menyebutkan kelebihan diri.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Penting Menunjukkan Kompetensi

Kitab Tafsir Al-Quran pertama berbahasa Melayu karya Syekh Abdurrauf Singkil. (ist)
Kitab Tafsir Al-Quran pertama berbahasa Melayu karya Syekh Abdurrauf Singkil. (ist)

Menurut Gus Baha, ada situasi di mana seseorang perlu menunjukkan kelebihannya demi kebaikan umat.

“Jadi di kitab Syajaratul Ma'arif itu ada bab ‘Babu Zikir Rojul Manaqiba Nafsi’. Orang itu kadang harus sombong menyebut kelebihannya sendiri, kayak Nabi Yusuf ngendikan ‘inni hafidun Alim’. Nabi Sulaiman juga ngendikan ‘wa'utina min kulli syai’in’,” ujar Gus Baha, seperu dikutip youtube kanal, @takmiralmukmin.

Gus Baha menambahkan bahwa ini bukanlah bentuk kesombongan yang tercela, melainkan cara untuk memaklumatkan kemampuan dan kredibilitas diri. Hal ini penting agar orang tahu siapa yang kompeten di bidang tertentu.

“Saya belum pernah merasa ahli tafsir, tapi kita khawatir kalau ada tafsir yang salah. Akhirnya, saya baca tafsir. Saya pernah ngaji Mbah Maimun, ngaji bapak saya, baca kitab Al-Ibris, baca Al-Iqlil, baca terjemah Kemenag, baca terjemahnya Pak Quraish, baca terjemahnya Imam Sya’rawi, termasuk membaca kitab-kitab dulu mulai tafsir Thabari, tafsir apa saja yang saya bisa, tak baca,” jelas Gus Baha.

Menurut Gus Baha, ini bukan karena ia merasa tahu segalanya, tetapi karena penting bagi umat untuk mendapatkan ilmu dari sumber yang kredibel.

Dokter juga Penting Menunjukkan Spesialisasinya

kanker serviks
ilustrasi dokter/Photo by rawpixel.com from Pexels

“Kayak apa umat ini kalau dapat ilmu dari orang yang tidak kredibel? Kalau misalnya itu sombong, lah sekarang dokter gigi juga nulis dokter gigi, dokter jantung itu kalau enggak nulis ya gak tahu kan?” tambahnya.

Gus Baha memberikan analogi dengan profesi dokter, di mana seorang dokter harus menunjukkan spesialisasinya agar dipercaya oleh pasien.

“Dokter gigi harus menulis ‘dokter gigi’, dokter jantung juga harus menulis ‘dokter jantung’. Kalau tidak, orang tidak akan tahu keahliannya,” katanya.

Dengan menunjukkan keahlian dan kredibilitas, Gus Baha yakin bahwa ini akan membantu umat dalam mencari ilmu yang benar dan terhindar dari penyesatan.

Hal ini juga berlaku dalam bidang agama, di mana ulama harus berani menunjukkan kompetensi mereka agar umat tidak tersesat.

Gus Baha juga mengingatkan bahwa kesombongan yang dimaksud di sini bukanlah kesombongan yang merendahkan orang lain, melainkan sebuah upaya untuk menunjukkan kapasitas diri agar bermanfaat bagi orang lain.

“Kesombongan yang benar adalah yang dapat membawa manfaat dan kebaikan bagi umat,” tuturnya.

Dengan demikian, Gus Baha menegaskan bahwa ada kalanya seseorang perlu menunjukkan kelebihannya untuk kebaikan bersama.

Hal ini sejalan dengan ajaran para nabi yang juga menunjukkan kelebihan mereka dalam konteks yang tepat dan untuk tujuan yang mulia.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya