Nama Sunan Kalijaga Bukan karena Jaga dan Berlumut di Sungai, Maksudnya Begini Kata Habib Luthfi

Menurut Habib Luthfi, nama Sunan Kalijaga bukan berasal dari mitos bertapa di sungai yang disiarkan hingga berlumut.

oleh Liputan6.com diperbarui 31 Agu 2024, 16:30 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2024, 16:30 WIB
[Bintang] Ciri Orang Kembali Fitrah Menurut Wali Songo
Sunan Kalijaga | Dok. Bintang.com/Ardini Maharani

Liputan6.com, Jakarta - Habib Luthfi bin Yahya, seorang ulama terkemuka asal Pekalongan, Jawa Tengah secara tegas menyatakan bahwa sejarah pemberian nama Sunan Kalijaga tidak terkait dengan mitos bertapa atau meditasi di sungai hingga berlumut (menjaga kali).

Pernyataan ini disampaikan Habib Luthfi dalam sebuah ceramah yang dikutip dari kanal YouTube @santribodho, Jumat (30/08).

Habib Luthfi bin Yahya menjelaskan bahwa gelar Kalijogo yang disandang oleh Sunan Kalijaga bukan berasal dari bertapa di pinggir sungai sampai berlumut.

"Mergo topo ning pinggir kali ngantek lumuten iku teng kali (sungai). Kali niku maknane aliran, zaman durung tentu antar aliran-aliran itu cocok," jelas Habib Luthfi dalam ceramah tersebut.

Menurut Habib Luthfi, 'kali' merupakan makna dari aliran. Aliran yang dimaksud bukanlah aliran air sungai, melainkan aliran zaman atau pemikiran.

Sunan Kalijaga berjasa dalam menjaga persatuan di tengah berbagai aliran pemikiran yang ada pada masanya, yang jika tidak dijaga, bisa menimbulkan perpecahan.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Sunan Kalijaga Menjaga Persatuan

Habib Luthfi
Foto: Fajar Eko/ Liputan6.com

"Ben ojo pecah belah naliko zaman semonten Portugis pun luar biasa," tambahnya.

Habib Luthfi menekankan bahwa peran Sunan Kalijaga sangat penting dalam menjaga agar berbagai aliran pemikiran tidak menyebabkan perpecahan, terutama pada masa penjajahan Portugis yang sangat kuat pengaruhnya di tanah Jawa.

"Iki nek ora dijaga dimanfaatkan pihak liyo untuk dibenturkan mungkin dari dahulu wis pecah tanah Jawa," ujarnya.

Lebih lanjut, Habib Luthfi mengingatkan bahwa tugas menjaga persatuan ini bukan hanya tanggung jawab para wali, tetapi juga menjadi tanggung jawab seluruh umat Islam dan bangsa Indonesia.

"Ning Kanjeng Sunan Kalijaga kali jogo kali, aliran ben ojo pecah belah, ben ojo banjir," tegasnya.

Dalam konteks kekinian, Habib Luthfi mengajak masyarakat untuk tetap menjaga persatuan dan tidak memberikan kesempatan kepada pihak-pihak yang ingin memecah belah bangsa.

"Piye carane mempersatukan, iki tugasne panjenengan kita sami selaku umat Islam, selaku bangsa Indonesia," katanya.

Pesan Persatuan Habib Luthfi

Presiden Joko Widodo atau Jokowi bertakziah ke rumah duka almarhumah Syarifah Salma binti Hasyim bin Yahya di Kota Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah, Rabu (29/5/2024) (Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden)
Presiden Joko Widodo bersama Dewan Pertimbangan Presiden, Habib Luthfi bin Yahya (Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Habib Luthfi juga menyampaikan bahwa Indonesia memiliki sejarah panjang dalam menjaga persatuan, dan hal ini harus terus dipertahankan.

"Jangan sampai memberikan kesempatan oknum-oknum orang lain untuk melihat Indonesia pecah belah," tambahnya.

Pernyataan Habib Luthfi ini menegaskan pentingnya memahami sejarah secara benar dan menjaga persatuan sebagai warisan para leluhur, terutama dalam menghadapi tantangan globalisasi dan berbagai ideologi yang mencoba merongrong keutuhan bangsa.

Sebagai ulama yang dihormati, Habib Luthfi kerap kali memberikan pandangan-pandangan yang menekankan pada pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa.

Ceramahnya kali ini kembali mengingatkan masyarakat untuk tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu yang dapat memecah belah.

Habib Luthfi juga menegaskan bahwa sejarah bangsa ini dibangun di atas pondasi persatuan yang kokoh, dan setiap warga negara memiliki tanggung jawab untuk menjaganya.

"Kita semua memiliki peran dalam menjaga keutuhan Indonesia," pungkasnya.

Dengan demikian, pesan yang disampaikan Habib Luthfi bin Yahya ini menjadi pengingat bagi seluruh masyarakat Indonesia akan pentingnya menjaga persatuan di tengah keberagaman yang ada.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya