Kritikan Keras UAH untuk Elit Politik

Kata UAH, ulama bukanlah alat politik, melainkan penjaga moral yang bertugas untuk menjaga keseimbangan sosial.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Sep 2024, 18:30 WIB
Diterbitkan 18 Sep 2024, 18:30 WIB
uah adi hidayat
Ustadz Adi Hidayat (UAH) (SS TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Sering kita mendengar keluhan tentang sosok yang mengaku sebagai wakil rakyat namun tidak amanah dalam menjalankan tugasnya.

Hal ini sering kali terjadi ketika mereka lebih mementingkan kepentingan pribadi atau golongan daripada melayani dan memenuhi kebutuhan masyarakat yang mereka wakili.

Ketidakamanahan tersebut dapat mengakibatkan hilangnya kepercayaan publik, merusak reputasi lembaga, dan menghambat kemajuan serta kesejahteraan yang diharapkan oleh rakyat.

Mengutip pernyataan cukup keras yang disampaikan di kanal YouTube @ayatisme, Ustadz Adi Hidayat (UAH) memberikan pernyataan tegas yang ditujukan kepada para elit politik dan wakil rakyat.

Dengan nada yang serius, UAH menyampaikan kritik keras terhadap mereka yang mengaku sebagai wakil rakyat namun justru melakukan tindakan yang melanggar hukum, norma, dan etika.

UAH menyampaikan bahwa ia merasa perlu untuk berbicara tegas terkait hal ini. "Mohon maaf dengan kata-kata ini, tapi ketika Anda mengatakan sebagai wakil rakyat, saya wakil rakyat, kami tidak pernah mewakilkan kepada Anda untuk berbuat tindakan-tindakan yang melanggar hukum, norma, dan etika," ujar UAH.

Ia menekankan bahwa para wakil rakyat memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga moralitas dan etika dalam menjalankan amanah mereka.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Kritikan yang Diharapkan Jadi Perenungan

Gedung DPR
Gedung DPR/MPR di Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta. (Liputan6.com/Devira Prastiwi)

Dalam pernyataannya, UAH berharap agar kritikan ini tidak hanya menjadi berita yang ramai sesaat, tetapi diiringi dengan perenungan mendalam dari para elit politik.

"Semoga ini bukan hanya menjadi satu berita yang ramai dan selesai. Saya berharap ada koreksi internal dalam perenungan mendalam," katanya.

Menurut UAH, introspeksi diri sangat penting untuk memperbaiki situasi yang saat ini sedang dihadapi bangsa.

Ia juga menyoroti bahwa para elit bangsa harus berpikir dengan serius mengenai arah dan tujuan negara ini. UAH menekankan pentingnya perenungan mendalam tentang masa depan bangsa dan negara.

"Saya mohon pada elit-elit bangsa ini, bangsa mau dibawa ke mana? Negara mau diarahkan ke mana?" tegas UAH. Kritik ini, menurutnya, penting agar bangsa Indonesia tidak hanya menjadi objek dari permainan elit politik.

UAH juga menyampaikan keprihatinannya terhadap bagaimana rakyat sering kali hanya dijadikan objek permainan politik para elit.

Menurutnya, rakyat seharusnya menjadi subjek yang diperjuangkan, bukan sekadar alat politik. "Jangan sampai rakyat hanya menjadi objek dari permainan elit-elit politik," ujar UAH dengan nada tegas.

Dalam ceramah tersebut, UAH juga memberikan peringatan kepada para wakil rakyat terkait tanggung jawab mereka. Ia menyinggung bagaimana ketika terjadi kegaduhan di masyarakat, para elit sering kali meminta ulama untuk membantu menenangkan suasana.

 

Ulama Bukan Alat Politik

Gedung DPR
Gedung DPR/MPR di Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta. (Liputan6.com/Devira Prastiwi)

Namun, ketika ulama hadir dan mencoba membantu, para elit malah berbuat ulah yang memperburuk keadaan.

"Anda ketika ada gaduh di masyarakat, Anda meminta ulama, 'tolong teduhkan, tolong bantu kami.' Tapi ketika kami hadir membantu, Anda malah berbuat ulah," kata UAH dengan tegas.

Ia mengingatkan bahwa tanggung jawab untuk menjaga ketenangan dan ketertiban bukan hanya ada pada ulama, tetapi juga pada para pemimpin politik yang seharusnya memberikan teladan baik kepada masyarakat.

UAH juga menekankan bahwa ulama hadir untuk membantu menciptakan kedamaian di tengah masyarakat, tetapi hal tersebut akan sulit tercapai jika para pemimpin tidak memiliki itikad baik.

Menurutnya, ulama bukanlah alat politik, melainkan penjaga moral yang bertugas untuk menjaga keseimbangan sosial.

"Kami hadir membantu, tapi jangan sampai ulama hanya dipakai saat butuh, sementara di saat lain, kalian justru memperkeruh suasana," imbuh UAH.

Pernyataan keras UAH ini disampaikan dalam konteks situasi politik yang sedang memanas. Ia merasa perlu untuk memberikan kritik langsung kepada para elit politik yang dianggapnya tidak menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik.

Bagi UAH, ulama dan rakyat seharusnya dihargai dan dilibatkan dalam proses membangun bangsa secara bermartabat.

Di akhir ceramahnya, UAH berharap agar para pemimpin bangsa ini benar-benar melakukan introspeksi dan memperbaiki diri. Ia juga mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk selalu mengawasi jalannya pemerintahan dan memastikan bahwa para wakil rakyat benar-benar menjalankan amanah dengan baik.

"Koreksi diri itu penting, mari kita sama-sama introspeksi, baik rakyat maupun elit, untuk membangun bangsa ini lebih baik ke depannya," tutup UAH.

Dengan pernyataan yang tegas dan lugas, Ustadz Adi Hidayat menyampaikan pesan penting bahwa moralitas dan etika harus menjadi fondasi utama bagi setiap pemimpin bangsa.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya