Liputan6.com, Jakarta - Dalam pandangan umum, doa terkabul adalah keinginan setiap orang. Namun, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha memiliki pandangan unik mengenai hal ini. Ia justru merasa malu jika setiap doanya selalu dikabulkan Allah SWT.
Dikutip dari kanal YouTube @AlGhifari27, Gus Baha dengan gaya khasnya yang santai dan penuh humor, ia menjelaskan bahwa tidak semua doa yang terkabul itu baik, bahkan bisa menjadi musibah.
Advertisement
Gus Baha mengungkapkan bahwa dalam Kitab Hikam, terdapat pandangan mendalam mengenai hikmah doa yang dikabulkan atau tidak dikabulkan.
Advertisement
“Ketika Allah memberi yang kamu minta, berarti Allah ingin memperkenalkan diri-Nya sebagai dzat yang baik, al-Barru, dzat yang sangat baik. Namun, ketika doa tidak mustajab, kamu harus bangga karena Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai dzat yang Kohar, yang keren, yang nggak mudah dirayu atau diintervensi,” ujar Gus Baha, dalam ceramahnya.
Ia melanjutkan, jika setiap doa yang ia panjatkan selalu dikabulkan, justru akan muncul rasa malu.
“Kalau saya berdoa dan setiap doa saya selalu diijabah, saya malah malu. Seolah-olah Pangeran bisa diatur-atur,” katanya sambil tersenyum.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Bahaya jika Semua Doa Dikabulkan
Menurut Gus Baha, ada bahaya tersendiri jika semua doa dikabulkan. Ia mencontohkan, jika ada seseorang yang secara fisik atau ekonomi kurang menarik namun berdoa meminta pasangan yang sempurna secara duniawi, hal itu bisa menjadi bencana.
“Misalnya ada orang jelek yang miskin, terus berdoa ingin punya istri cantik dan kaya, lalu dikabulkan. Itu bisa jadi musibah bagi keluarganya si perempuan cantik tadi,” jelas Gus Baha sambil disambut tawa para jamaah.
Gus Baha menekankan bahwa doa yang tidak dikabulkan justru bisa menjadi berkah bagi banyak pihak. Ketika seseorang tidak mendapatkan apa yang ia minta, itu bisa jadi merupakan cara Allah menjaga keharmonisan dalam kehidupan orang lain.
Ia memberikan gambaran sederhana tentang bagaimana barokah doa yang tidak dikabulkan. “Kalau doa orang miskin untuk dapat istri cantik dan kaya tidak terkabul, maka itu barokah untuk si perempuan cantik karena tidak harus hidup dengan seseorang yang secara sosial jauh berbeda,” lanjutnya.
Gus Baha juga menambahkan bahwa setiap doa yang dikabulkan Allah SWT harus dilihat sebagai ujian. “Kalau setiap doa mustajab, itu juga bisa menjadi musibah. Yang penting adalah memahami bahwa setiap keputusan Allah adalah yang terbaik,” ujarnya.
Pandangan Gus Baha ini memberikan sudut pandang baru tentang doa. Tidak terkabulnya doa bukan berarti Allah tidak mendengar atau tidak sayang, tetapi justru karena Allah memiliki rencana yang lebih baik untuk hamba-Nya.
Advertisement
Barokahnya Doa Tidak Dikabulkan Allah SWT
Ia menutup penjelasannya dengan sebuah guyonan khas. “Kadang barokahnya doa nggak dikabulkan itu ya nggak perlu mandi keringat untuk menghadapi masalah yang muncul kalau doa itu dikabulkan,” candanya.
Ceramah Gus Baha ini menunjukkan bahwa dalam Islam, doa memiliki dimensi spiritual yang sangat mendalam. Bukan hanya tentang meminta, tetapi juga tentang menerima dengan ikhlas keputusan Allah SWT.
Gus Baha mengajarkan bahwa manusia harus memiliki sikap tawakal dan bersyukur dalam setiap keadaan. Baik doa dikabulkan maupun tidak, semuanya adalah bentuk kasih sayang Allah yang harus disyukuri.
Dengan gaya penyampaian yang ringan dan penuh humor, Gus Baha berhasil menyampaikan pesan mendalam ini kepada umat. Ceramahnya tidak hanya memberikan pencerahan, tetapi juga menghibur dan menenangkan hati.
Dalam dunia yang sering kali penuh dengan keinginan duniawi, pesan Gus Baha ini menjadi pengingat penting. Bahwa doa bukan hanya soal permintaan, tetapi juga tentang kedekatan dengan Allah SWT dan penerimaan atas segala takdir-Nya.
Melalui pesan ini, Gus Baha mengajak umat Islam untuk tidak hanya berharap pada terkabulnya doa, tetapi juga belajar bersyukur dan menerima setiap ketetapan Allah dengan hati yang lapang. Karena pada akhirnya, Allah SWT selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-hamba-Nya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul