Liputan6.com, Jakarta - Ustadz Das'ad Latif berbagi kisah menarik tentang pengalamannya saat mencoba mendaftar kuliah kedokteran. Cerita ini menjadi pelajaran berharga bagi banyak orang yang menghadapi kegagalan dalam hidup.
Dalam ceramah tersebut, Ustadz Das'ad mengungkapkan bahwa ia pernah tiga kali mendaftar di fakultas kedokteran.
Advertisement
“Saya ikut tes fakultas kedokteran tiga kali berturut-turut. Bahkan, saya sampai melakukan sholat tahajud selama 40 malam berturut-turut. Tapi, nama saya tetap tidak keluar,” ujarnya, dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @Generasi-NU.
Advertisement
Setelah tiga kali gagal, Ustadz Das'ad akhirnya diterima di fakultas ilmu sosial dan politik. Meskipun awalnya tidak sesuai harapan, ia kemudian menyadari bahwa rencana Allah lebih baik daripada rencana manusia.
“Saya lulus di sospol. Teman-teman saya yang jadi dokter tugasnya sampai Kepulauan Aru. Saat saya telepon, mereka bilang tiket mahal dan tidak bisa pulang lebaran. Dalam hati saya, alhamdulillah saya tidak jadi dokter,” tambahnya sambil tersenyum.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Kegagalan adalah Rencana Allah SWT Terbesar
Ustadz Das'ad menyoroti hikmah di balik kegagalannya menjadi dokter. Menurutnya, profesi sebagai pendakwah memberinya banyak kesempatan untuk bertemu orang-orang hebat tanpa harus mengeluarkan biaya besar.
“Ke mana-mana saya gratis, kelas bisnis, tidak pernah beli tiket. Semua sudah Allah atur,” katanya.
Cerita ini mengundang tawa dan inspirasi dari para jamaah. Ustadz Das'ad menegaskan bahwa setiap kegagalan adalah bagian dari rencana Allah yang lebih besar. Ia mengajak semua orang untuk selalu bersyukur dan menerima apa yang telah ditentukan.
Menurut Ustadz Das'ad, kebahagiaan sejati bukan terletak pada pencapaian duniawi, tetapi pada rasa syukur dan kebersamaan. Ia bahkan meminta jamaah untuk menjabat tangan orang di sebelahnya sebagai simbol persaudaraan dan saling mendukung.
“Jabat tanganlah kiri dan kananmu. Jangan malu, ini biasa. Kita sudah terpilih, lolos menjadi manusia yang diberi nikmat oleh Allah,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa banyak orang yang terlalu fokus pada kesuksesan duniawi sehingga melupakan pentingnya kebahagiaan batin. “Banyak yang mau jadi calon dokter, calon pejabat, tapi lupa bahwa nikmat terbesar adalah rasa syukur dan iman,” jelasnya.
Ustadz Das'ad juga mengingatkan bahwa setiap orang memiliki jalannya masing-masing. Tidak semua orang ditakdirkan menjadi dokter, insinyur, atau pejabat. Namun, setiap jalan hidup memiliki nilai jika dijalani dengan ikhlas dan penuh syukur.
Advertisement
Kalau jadi Dokter Susah Pulang saat Lebaran
Dalam ceramahnya, Ustadz Das'ad menceritakan pengalaman lain yang mengajarkan pentingnya menjaga hubungan baik dengan keluarga. Ia menyoroti betapa berartinya waktu bersama orang tua, terutama saat momen spesial seperti lebaran.
“Teman saya yang jadi dokter bilang tidak bisa pulang lebaran karena mahalnya tiket. Saya bersyukur bisa merayakan lebaran dengan keluarga,” katanya.
Menurutnya, hubungan dengan keluarga adalah salah satu sumber kebahagiaan terbesar dalam hidup. Ia mengingatkan agar tidak terlalu sibuk mengejar dunia hingga melupakan keluarga. “Harta dan jabatan tidak akan berarti jika kita kehilangan kebersamaan dengan orang-orang yang kita cintai,” tambahnya.
Ustadz Das'ad juga menekankan pentingnya menjalani hidup dengan penuh rasa syukur meski menghadapi kegagalan. Ia menyebut bahwa setiap kegagalan adalah cara Allah menunjukkan jalan yang lebih baik. “Kegagalan adalah bagian dari kasih sayang Allah. Kalau tidak gagal, saya mungkin tidak akan berdakwah seperti sekarang,” ungkapnya.
Ceramah ini ditutup dengan ajakan untuk selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan Allah. Ustadz Das'ad menegaskan bahwa hidup yang penuh syukur akan membawa kebahagiaan, meskipun tidak selalu sesuai dengan rencana manusia. “Jangan berkecil hati dengan kegagalan. Jadikan itu sebagai langkah menuju rencana Allah yang lebih indah,” tutupnya.
Kisah inspiratif Ustadz Das'ad Latif ini mengingatkan bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Sebaliknya, kegagalan bisa menjadi pintu menuju keberhasilan yang lebih besar jika dihadapi dengan sikap ikhlas dan rasa syukur.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul