Liputan6.com, Cilacap - Tanda-tanda kiamat sudah dekat berdasarkan informasi Rasulullah SAW di antaranya ialah munculnya orang-orang yang tak beralas kaki menjadi pemimpin umat manusia dan penggembala kambing berlomba meninggikan bangunan rumah.
Hal ini dijelaskan Rasulullah SAW dalam sebuah hadis Jibril tentang tentang kiamat berikut ini,
وَلَكِنْ سَأُحَدِّثُكَ عَنْ أَشْـرَاطِهَا… وَإِذَا كَانَتِ الْعُرُاةُ الْحُفَاةُ رُؤُوْسَ النَّاسِ، فَذَاكَ مِنْ أَشْرَاطِهَا.
“Akan tetapi akan aku kabarkan kepadamu tanda-tandanya… yaitu jika orang yang telanjang tanpa alas kaki menjadi pemimpin manusia, maka itulah di antara tanda-tandanya.”[Shahiih Muslim, kitab al-Iimaan, bab Bayaanul Iimaan wal Islaam wal Ihsaan (I/163, Syarh an-Nawawi)].
Advertisement
Dijelaskan pula tentang penggembala kambing berlomba-lomba mendirikan bangunan sebagai tanda kiamat, sebagaimana bunyi hadis di bawah ini,
وَأَن تَرَى الحُفَاةَ العُرَاةَ العَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ فِي البُنيَانِ
"Engkau melihat seseorang yang tidak beralas kaki, telanjang, miskin dan pengembala kambing, mereka berlomba-lomba meninggikan bangunan."
Baca Juga
Lantas apa maksud kalimat orang tak beralas kaki menjadi pemimpin dan penggembala kambing berlomba-lomba meninggikan bangunan ini?
Simak Video Pilihan Ini:
Maksud Orang Tak Beralas Kaki Menjadi Pemimpin Manusia
Mencuplik Republika, secara literal, ini menggambarkan orang-orang miskin atau yang memiliki status sosial rendah tiba-tiba menjadi pemimpin.
Namun secara simbolis, menunjukan perubahan besar dalam struktur sosial, di mana mereka yang sebelumnya tidak memiliki kekuasaan atau status tinggi tiba-tiba memiliki otoritas besar.
Ini bisa merujuk pada ketidakseimbangan atau kerusakan dalam tatanan sosial. Kiamat sosial jika dibiarkan akan berdampak pada kiamat yang lebih besar lagi.
Hikmah yang bisa dipetik adalah pentingnya pemimpin yang berintegritas dan kompeten, serta menjaga stabilitas sosial dan keadilan dalam masyarakat.
Advertisement
Maksud Penggembala Kambing Berlomba Meninggikan Bangunan
Secara literal, menggambarkan orang-orang yang dulu hidup sederhana sebagai penggembala tiba-tiba memiliki kekayaan besar dan berlomba-lomba dalam kemewahan.
Secara simbolis, menunjukkan perubahan dalam nilai-nilai masyarakat, di mana kemewahan dan materi menjadi tujuan utama hidup, dan orang berlomba-lomba dalam hal duniawi.
Ini kiamat spiritualitas yang kalau dibiarkan juga berdampak pada kiamat yang lebih besar lagi.
Pelajarannya, ini mengingatkan pentingnya kesederhanaan dan tidak berlebihan dalam mengejar kekayaan duniawi. Fokus pada nilai-nilai spiritual dan akhlak.
Kiai Ubaidi Hasbillah menjelaskan, hadits Jibril ini juga mengingatkan bahwa ilmu tentang waktu pasti terjadinya kiamat adalah hak prerogatif Allah SWT. Oleh karena itu, Muslim harus senantiasa berusaha menjadi hamba yang taat dan berakhlak mulia, serta mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah mati.
"Bukan mencari-cari tahu waktu terjadinya (kiamat), tetapi meningkatkan kewaspadaan dengan mempersiapkan diri menghadapinya serta mencegah kiamat-kiamat kecil yang menjadi pendahuluan bagi kiamat besar itu," ujar Kiai Ubaidi Hasbillah.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul