Allah Melihat Takwa Seseorang Bukan Hanya dari Ibadah Ritualnya, tapi 3 Hal Ini Kata UAH

Dalam sebuah pengajian, Ustadz Adi Hidayat menekankan bahwa seseorang disebut bertakwa kepada Allah tidak semata-mata karena ibadah ritualnya sempurna

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Des 2024, 14:30 WIB
Diterbitkan 26 Des 2024, 14:30 WIB
uah 222
Ustadz Adi Hidayat (UAH) (TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Takwa seringkali dipahami hanya sebagai kualitas ibadah ritual seseorang, seperti sholat lima waktu, puasa, atau haji. Namun, Ustadz Adi Hidayat (UAH) menjelaskan bahwa pandangan ini perlu diperluas. Takwa mencakup dimensi ibadah sosial yang tak kalah pentingnya dengan ibadah ritual.

Dalam sebuah pengajian, Ustadz Adi Hidayat menekankan bahwa seseorang disebut bertakwa kepada Allah tidak semata-mata karena ibadah ritualnya sempurna. Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @cahaya_fitrah, ia mengajak umat Islam untuk memahami konsep takwa secara lebih mendalam.

"Catat kalimat ini. Seseorang disebut baik takwanya kepada Allah tidak hanya dinilai dengan bagus ibadah ritualnya. Sholatnya lima waktu terjaga, bagus, itu bagian dari takwa," ujar Ustadz Adi Hidayat.

Ia menjelaskan bahwa sholat memang menjadi indikator taqwa, karena perintah sholat dimulai dengan kalimat takwa. Hal serupa berlaku untuk puasa dan haji. Puasa ditutup dengan ayat yang memuat kalimat takwa, begitu pula dengan ibadah haji.

Namun, takwa menurut Al-Qur'an tidak berhenti pada ibadah ritual saja. Ustadz Adi Hidayat mengutip Al-Qur'an surah Ali Imran ayat 133-134, yang menegaskan pentingnya ibadah sosial. Ayat ini menyeru umat untuk bergegas memperbaiki diri dan berharap mendapatkan surga yang disiapkan untuk orang-orang bertakwa.

"Siapa mereka yang dimaksudkan di ayat ini? Ayat 134 menjelaskan, yaitu orang-orang yang mampu berbagi, saling perhatian, dan sanggup menahan amarah," jelasnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Orang Bertakwa harus Bisa Jaga Emosi

Sulit Mengontrol Amarah? Pahami Anger Management
Sulit Mengontrol Amarah. Credit via Pexels.com/Liza Summer 

Menurut ayat tersebut, orang bertakwa adalah mereka yang tetap tenang meskipun diprovokasi. Mereka mampu merespons dengan kepala dingin dan melihat peluang untuk mempererat silaturahmi. Ustadz Adi Hidayat menekankan pentingnya memaafkan dan mencari solusi terbaik dalam setiap masalah.

"Alih-alih memperdalam perpecahan, orang bertakwa memilih untuk memaafkan. Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik," tambahnya.

Pesan ini menjadi pengingat bahwa Islam adalah agama yang tidak hanya menekankan hubungan vertikal dengan Allah, tetapi juga hubungan horizontal dengan sesama manusia. Orang yang bertakwa harus mampu mengendalikan emosinya dan menunjukkan kasih sayang kepada orang lain.

Selain itu, Ustadz Adi Hidayat mengingatkan bahwa sifat-sifat takwa yang dijelaskan dalam ayat ini mencakup kemampuan untuk berbagi dengan orang lain. Ia menyebutkan bahwa berbagi bukan hanya dalam bentuk harta, tetapi juga waktu, perhatian, dan kepedulian kepada sesama.

"Takwa itu bukan hanya sholat dan puasa, tetapi juga bagaimana kita memperlakukan orang lain. Itulah ibadah sosial," ungkapnya.

Dalam kehidupan sehari-hari, takwa dapat diwujudkan melalui tindakan sederhana seperti membantu orang yang membutuhkan, menahan diri dari kemarahan, atau memaafkan kesalahan orang lain. Ustadz Adi Hidayat mengajak umat Islam untuk mulai mempraktikkan sifat-sifat ini dalam interaksi sehari-hari.

Bukan Hanya Soal Ibadah Sosial, tapi Mencakup Hubungan sosial

Ilustrasi Silaturahmi Sesama Muslim
Ilustrasi Silaturahmi Sesama Muslim. Photo by Freepik

Menurutnya, banyak konflik terjadi karena kurangnya kesadaran akan pentingnya menjaga hubungan baik dengan sesama. Ia berharap umat Islam dapat menjadi contoh dalam membangun perdamaian dan kasih sayang di tengah masyarakat.

Ustadz Adi Hidayat juga mengingatkan bahwa surga yang dijanjikan Allah bagi orang-orang bertakwa tidak hanya diperoleh melalui ibadah ritual semata. Hubungan sosial yang baik menjadi salah satu kunci utama untuk meraih ridha Allah dan tempat yang mulia di akhirat.

Dalam konteks ini, ia mengajak umat Islam untuk melakukan muhasabah atau evaluasi diri. Setiap individu perlu merenungkan sejauh mana ibadah sosial yang telah dilakukan dan bagaimana hal itu mencerminkan ketakwaan kepada Allah.

"Takwa itu mencakup semuanya. Hubungan dengan Allah bagus, hubungan dengan manusia juga harus bagus," tuturnya.

Pesan ini menjadi pengingat bahwa takwa adalah konsep yang menyeluruh. Tidak cukup hanya mengerjakan ibadah ritual, tetapi harus disertai dengan upaya menjaga hubungan baik dengan sesama manusia.

Semoga pesan ini menjadi inspirasi bagi umat Islam untuk terus meningkatkan kualitas ibadah, baik secara ritual maupun sosial. Dengan demikian, takwa yang sesungguhnya dapat terwujud dalam kehidupan sehari-hari.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya