Doa dan Sholawat kepada Nabi Jatuhnya Bisa Sombong dan Berbahaya jika Caranya Begini, Kata Gus Baha

Gus Baha menjelaskan bahwa ketika kita berdoa untuk Nabi Muhammad SAW, hati kita sering kali terjebak dalam perasaan lebih tinggi, bahkan tanpa kita sadari. “Nasib kita sendiri tidak jelas, kok malah berani mendongakkan kepala kepada Nabi yang sudah jelas kedudukannya,” ujarnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Jan 2025, 12:30 WIB
Diterbitkan 02 Jan 2025, 12:30 WIB
Gus Baha 221
KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha (SS TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Sebagai umat Islam, kita sering kali mengucapkan sholawat kepada Nabi Muhammad SAW dengan penuh rasa cinta dan hormat. Namun, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha mengingatkan dalam salah satu ceramahnya bahwa banyak di antara kita yang tidak sadar bahwa doa kita saat sholawat bisa mengandung kesombongan.

Ceramah ini dinukil dari kanal YouTube @takmiralmukmin, di mana Gus Baha memberikan penjelasan yang mendalam tentang cara berdoa kepada Nabi Muhammad SAW dengan hati yang benar.

Dalam ceramah tersebut, Gus Baha mengungkapkan, “Kita semua ini kan wong sombong, kita ini nak wong sombong, nak dongakno Kanjeng Nabi, wong koyo dhewe.” Artinya, banyak di antara kita yang merasa sombong meskipun doa yang kita panjatkan adalah untuk Nabi Muhammad SAW.

Gus Baha menjelaskan bahwa ketika kita berdoa untuk Nabi Muhammad SAW, hati kita sering kali terjebak dalam perasaan lebih tinggi, bahkan tanpa kita sadari. “Nasib kita sendiri tidak jelas, kok malah berani mendoakan kepala kepada Nabi yang sudah jelas kedudukannya,” ujarnya.

Kita sering kali mengucapkan sholawat, namun tidak menyadari bahwa doa kita terkadang bisa disertai dengan kesombongan. “Doa kita yang salah saat sholawat, misalnya, ‘Ya Allah tolong ya Rasulullah, iku jenengan kasihani’—bahaya itu berdoa seperti itu,” kata Gus Baha dengan tegas.

Gus Baha mengingatkan bahwa sholawat kepada Nabi Muhammad SAW harus dilandasi dengan rasa rendah hati. Bukan berarti kita menduakan kedudukan Nabi, namun harus menyadari betapa besar jasa Nabi Muhammad SAW yang tidak bisa dibalas oleh kita.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Doa yang Benar Setidaknya Begini

Kubah hijau, dibawah kubah ini terdapat makam Nabi Muhammad SAW, Madinah
Kubah hijau, dibawah kubah ini terdapat makam Nabi Muhammad SAW, Madinah (Liputan6.Com/Nugroho Purbo)

Saat kita membaca sholawat, sesungguhnya itu adalah bentuk tabaruk (mencari berkah) kita. Kita tidak bisa membalas jasa Nabi dengan apa pun, maka kita harus berserah diri kepada Allah. “Ya Allah, jasanya Nabi yang begitu banyak, saya tidak mungkin membalasnya, sehingga urusan balas-membalas budinya saya pasrahkan kepada-Mu, Ya Allah,” ujar Gus Baha.

Menurut Gus Baha, doa dan sholawat yang kita panjatkan kepada Nabi adalah bentuk penyerahan diri kita kepada Allah. Kita mengakui bahwa jasa Nabi Muhammad SAW sangat besar dan tidak bisa kita balas, sehingga kita pasrahkan segala urusan balas budi kepada Allah.

Dengan sikap seperti ini, sholawat yang kita ucapkan akan lebih bermakna. Bukan hanya sekedar kata-kata, tetapi menjadi doa yang ikhlas dan tulus, serta penuh dengan pengakuan atas kebesaran Nabi Muhammad SAW.

“Sholawat dari kita kembali menjadi doa untuk membalas jasa Nabi Muhammad dengan status yang beliau miliki,” jelas Gus Baha. Artinya, kita harus sadar bahwa kita tidak bisa membalas jasa Nabi, hanya Allah yang dapat memberikan balasan yang layak atas segala jasa Nabi Muhammad SAW.

Dalam ceramah tersebut, Gus Baha juga mengingatkan agar kita tidak merasa sombong meskipun kita sedang membaca sholawat. Kita harus selalu ingat bahwa kita adalah hamba yang tidak punya kuasa apa-apa tanpa izin dari Allah.

Gus Baha menyebutkan bahwa kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW, meskipun sudah berusaha berbuat baik, tetap tidak akan mampu membalas segala jasa Nabi. Maka dari itu, kita harus selalu rendah hati saat mengucapkan sholawat dan berdoa kepada Nabi.

Sholawat Bentuk Tabaruk Kita

Bisa melihat Nabi Muhammad SAW dalam mimpi
Ilustrasi lafaz Nabi Muhammad SAW (Sumber: Pinterest.com/kalbarsatu id)

“Karena kita ini yang menerima jasa, tapi tak berkutik mau balas pakai apa,” lanjut Gus Baha. Kita hanya bisa menerima dan bersyukur atas segala jasa Nabi, namun kita tidak bisa memberikan balasan yang sebanding.

Sholawat yang kita ucapkan, lanjut Gus Baha, adalah permohonan kita kepada Allah untuk memberikan balasan yang layak bagi Nabi Muhammad SAW, sesuai dengan kedudukan beliau sebagai utusan Allah.

Sebagai umat Nabi, kita seharusnya bersyukur dan merasa terhormat dapat mengikuti jejak beliau. Oleh karena itu, sholawat yang kita ucapkan bukan hanya sekedar bentuk penghormatan, tetapi juga sebagai wujud pengakuan atas jasa besar Nabi Muhammad SAW.

Gus Baha menekankan bahwa ketika kita mengucapkan sholawat dengan penuh kerendahan hati, maka kita akan mendapatkan manfaat yang lebih besar. Sholawat yang ikhlas akan membawa keberkahan dalam hidup kita.

Sebaliknya, jika kita mengucapkan sholawat dengan hati yang sombong, maka doa kita bisa menjadi tidak diterima. “Makanya sholawat dari kita kembali menjadi doa balasan dari Allah, yang kita mohonkan untuk Nabi,” ujar Gus Baha.

Gus Baha juga menjelaskan bahwa sholawat adalah bentuk istighfar dari kita kepada Allah. Dengan mengucapkan sholawat, kita memohon ampunan kepada Allah dan berusaha mendekatkan diri kepada-Nya.

Selain itu, sholawat juga merupakan bentuk tabaruk kita kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan membaca sholawat, kita berharap dapat memperoleh berkah dari Nabi dan merasakan manfaatnya dalam hidup ini.

Gus Baha menutup ceramahnya dengan doa agar kita semua dapat menjaga hati kita agar tetap rendah hati. “Semoga kita selalu diberi kekuatan untuk selalu rendah hati, khususnya ketika membaca sholawat kepada Nabi Muhammad SAW,” ucap Gus Baha.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya