Tolong Jangan Belajar Agama Cuma dari Terjemahan Al-Qur'an, Bahaya Kata UAH

UAH memulai ceramahnya dengan menyinggung kebiasaan sebagian orang yang mengaji hanya melalui terjemahan Al-Qur'an

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Jan 2025, 16:30 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2025, 16:30 WIB
UAH
Ustadz adi Hidayat (SS TikTok)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Pemahaman agama Islam yang mendalam memerlukan lebih dari sekadar membaca terjemahan Al-Qur'an. Ustadz Adi Hidayat (UAH), pendiri Quantum Akhyar Institute, menyoroti kesalahan umum yang sering terjadi ketika seseorang mempelajari agama hanya berdasarkan terjemahan.

Dalam sebuah ceramah yang dinukil dari kanal YouTube @amalsunnah, UAH menjelaskan pentingnya memahami ilmu dasar sebelum menyelami makna Al-Qur'an. Ia mengingatkan agar umat Islam tidak asal mengambil kesimpulan dari teks terjemahan tanpa belajar dari sumber yang benar.

UAH memulai ceramahnya dengan menyinggung kebiasaan sebagian orang yang mengaji hanya melalui terjemahan. "Lalu orang ngaji dari terjemah, enggak belajar ilmunya. Yang repot lagi, baca terjemahan berfatwa. Itu problem," ujarnya dengan nada tegas.

Sebagai contoh, UAH mengutip ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yakni surah Al-‘Alaq ayat 1. Dalam ayat tersebut, terdapat perintah "Iqra" yang sering diterjemahkan sebagai "bacalah". Namun, ia menjelaskan bahwa makna ini tidak cukup dipahami hanya dari terjemahan.

UAH menantang para jamaah untuk membandingkan terjemahan surah Al-‘Alaq ayat 1 dengan surah Al-‘Ankabut ayat 45. "Buka Qur'an surah 96 ayat 1. Lihat terjemahannya, bacalah. Sekarang buka surah 29 ayat 45, katanya sama-sama bacalah. Silakan cek," ungkapnya.

Meskipun terjemahan kedua ayat tersebut terlihat serupa, UAH menjelaskan bahwa kata "Iqra" dan "Utlu" memiliki makna yang berbeda. Iqra berasal dari kata "qiraah" yang berarti membaca tanpa menuntut pemahaman mendalam, sedangkan Utlu berasal dari kata "tilawah" yang mencakup membaca sekaligus memahami dan mengamalkan.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Bahaya Berfatwa Modal Terjemahan

Ilustrasi – Al Quran terjemahan. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Ilustrasi – Al Quran terjemahan. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)... Selengkapnya

Perbedaan ini, menurut UAH, menjadi bukti bahwa mengaji hanya dari terjemahan tidak akan memberikan pemahaman yang utuh. "Kalau ngajinya pakai terjemah, enggak akan ketemu. Iqra dan Utlu itu beda," tegasnya.

Ia juga menjelaskan bahwa mempelajari Al-Qur'an memerlukan ilmu alat seperti nahwu, sharf, dan balaghah, yang membantu memahami konteks dan makna yang terkandung dalam setiap ayat. Tanpa ilmu ini, seseorang rentan salah memahami ayat-ayat suci.

Lebih lanjut, UAH mengingatkan bahaya berfatwa hanya berdasarkan terjemahan. Ia menyebut bahwa terjemahan sering kali tidak mampu menangkap seluruh dimensi makna yang ada dalam bahasa Arab. Akibatnya, kesimpulan yang diambil bisa menyimpang dari maksud sebenarnya.

Dalam ceramah tersebut, UAH juga menekankan pentingnya belajar dari guru yang memiliki kompetensi di bidang ilmu agama. Menurutnya, seorang guru yang ahli mampu menjelaskan konteks dan tafsir dari ayat-ayat Al-Qur'an secara lebih mendalam.

"Bukan hanya belajar dari buku, tetapi belajarlah dari guru yang paham. Dengan begitu, kita tidak akan salah dalam memahami ajaran agama," ujarnya.

UAH kemudian memberikan nasihat agar umat Islam tidak tergesa-gesa dalam menarik kesimpulan dari ayat-ayat Al-Qur'an. Ia menyebut bahwa kesalahan dalam memahami ayat dapat berdampak buruk, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

Menurut UAH, Al-Qur'an adalah petunjuk hidup yang membutuhkan pemahaman mendalam untuk dapat diaplikasikan dengan benar. Hanya dengan memahami makna yang sesungguhnya, seseorang dapat mengamalkan ajaran Islam sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah.

Jangan Puas dengan Pemahaman yang Dangkal

Bacaan Surat Al Falaq Beserta Terjemahannya
Ilustrasi Membaca Al Qur’an Credit: shutterstock.com... Selengkapnya

Selain itu, UAH mengingatkan agar umat Islam tidak meremehkan pentingnya ilmu agama. Ia mengajak setiap Muslim untuk terus belajar dan mendalami ajaran Islam, baik melalui pengajian, membaca kitab, maupun berdiskusi dengan para ulama.

Ceramah ini menjadi pengingat penting bagi umat Islam untuk tidak sekadar puas dengan pengetahuan dangkal. UAH berharap agar setiap Muslim memiliki semangat untuk menggali ilmu dan memahami Al-Qur'an secara komprehensif.

UAH juga mengapresiasi mereka yang berusaha mendalami agama meskipun menghadapi berbagai kesulitan. Menurutnya, usaha untuk memahami Al-Qur'an dengan benar adalah salah satu bentuk ibadah yang sangat bernilai di mata Allah.

Sebagai penutup, UAH menyampaikan pesan agar umat Islam senantiasa menjaga hubungan dengan Al-Qur'an. Namun, hubungan tersebut harus didasari oleh pemahaman yang benar, bukan sekadar membaca tanpa memahami.

Dengan ceramahnya, UAH mengajak umat Islam untuk merenungi cara mereka mempelajari agama selama ini. Ia berharap agar setiap Muslim dapat memperbaiki cara belajar mereka dan tidak hanya bergantung pada terjemahan.

Ceramah ini menjadi pengingat bahwa Al-Qur'an adalah pedoman hidup yang perlu dipahami dengan baik agar dapat membawa keberkahan dalam kehidupan dunia dan akhirat. UAH mengajak umat untuk bersama-sama menggali makna Al-Qur'an secara mendalam demi kehidupan yang lebih baik.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya