Khutbah Lucu Santri Alumni Makkah Anak Juragan Perahu, Humor Gus Dur

Tak berhenti sampai di situ, sang anak terus menambah alhamdulillah hingga empat kali. Jamaah dan ayahnya mulai bingung dengan khutbah yang tidak seperti biasanya

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Jan 2025, 16:30 WIB
Diterbitkan 22 Jan 2025, 16:30 WIB
Dua Putri Gus Dur Gagas Perubahan Lewat Gerakan Digital Nasional
Abdurahman Wahid/ Gus Dur. (Liputan6.com)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dikenal dengan humor-humornya yang sering menyelipkan pesan-pesan bijak. Salah satu kisah yang pernah disampaikan Gus Dur adalah tentang seorang juragan perahu yang menyekolahkan anaknya ke pondok pesantren di Makkah dengan cara menjual perahunya setiap tahun.

"Zaman dulu, ada seorang juragan perahu yang punya anak. Anak itu disekolahkan ke Makkah. Untuk membiayai anaknya mondok, setiap tahun ia menjual satu perahu. Setelah lima tahun, anaknya akhirnya pulang karena bapaknya sudah kehabisan perahu," cerita Gus Dur dalam salah satu ceramahnya yang penuh gelak tawa, dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @Pesona.mawar01.

Dalam video tersebut, Gus Dur melanjutkan kisahnya dengan menggambarkan momen ketika sang anak diminta untuk berkhutbah Jumat sepulang dari Makkah.

Ketika tiba waktunya khutbah, anak tersebut mulai dengan membaca alhamdulillah. Namun, cara penyampaiannya membuat para jamaah kebingungan.

"Anaknya mulai khutbah dengan 'Alhamdulillah' sekali. Ayahnya menduga bahwa anaknya ikut Muhammadiyah, oh Muhammadiyah alhamdulillahnya satu kali, biasa itu, sekali tok'," lanjut Gus Dur dengan tawa khasnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Ternyata Ucapkan Alhamdulillah sampai Lima Kali

Aktifitas Nelayan Pantai Gesing Gunungkidul
ilustrasi perahu.... Selengkapnya

Namun, sang anak melanjutkan dengan Alhamdulillah kedua. "Saat Alhamdulillah kedua, ayahnya  langsung komentar, 'Wah, ini NU, biasanya dua kali.' Lalu anak itu tambah lagi sampai Alhamdulillah tiga kali," kata Gus Dur, membuat hadirin tertawa.

Tak berhenti sampai di situ, sang anak terus menambah Alhamdulillah hingga empat kali. Jamaah dan ayahnya mulai bingung dengan khutbah yang tidak seperti biasanya. "Ketika sampai Alhamdulillah lima kali, bapaknya yang duduk di belakang langsung bangkit dan memarahi anaknya," tutur Gus Dur.

Dengan nada menghardik, sang bapak berkata, "Kurang ajar kamu! Perahu lima dijual, kok ganti Alhamdulillah lima?" Gus Dur mengakhiri cerita itu dengan tawa yang menggema dari para pendengar.

Humor ini tidak hanya mengundang gelak tawa, tetapi juga mengandung pesan mendalam. Gus Dur ingin menunjukkan bagaimana tradisi, kebiasaan, dan cara berpikir masyarakat dapat menjadi bahan refleksi yang lucu sekaligus kritis.

Humor Gus Dur sering kali dipakai sebagai cara untuk menyampaikan pesan yang sulit atau kompleks. Dalam kisah ini, Gus Dur menggambarkan pentingnya pendidikan, pengorbanan orang tua, dan bagaimana tradisi keagamaan bisa menjadi bahan candaan tanpa kehilangan rasa hormat.

Dalam konteks humor tersebut, Gus Dur juga ingin menunjukkan bahwa pendidikan tidak hanya tentang ilmu yang diajarkan, tetapi juga tentang memahami lingkungan dan budaya. "Humor ini adalah refleksi dari dinamika kehidupan kita sehari-hari," ujar Gus Dur dalam beberapa ceramah lainnya.

Makna di Balik Cerita

Guyonan Gus Dur yang Bisa Bikin Ceria Puasa 2015-mu
Gus Dur, dikenal dengan rasa humornya yang tinggi.... Selengkapnya

Cerita humor Gus Dur ini mengajarkan pentingnya menghargai pengorbanan orang tua dalam menyekolahkan anak-anaknya. Sang bapak, yang rela menjual perahunya satu per satu demi pendidikan anaknya, menjadi simbol dari dedikasi tanpa batas seorang orang tua.

Namun, Gus Dur juga menyoroti sisi lucu dari kehidupan, di mana anak yang sudah belajar di tempat jauh seperti Makkah ternyata bisa membuat khutbah yang sederhana menjadi lelucon tak sengaja. "Itulah hidup, selalu ada hal-hal yang bisa kita tertawakan," kata Gus Dur dalam ceramahnya.

Humor Gus Dur tidak pernah sekadar lelucon. Cerita-ceritanya sering kali menjadi refleksi dari berbagai aspek kehidupan, mulai dari hubungan keluarga hingga dinamika masyarakat. Dalam cerita ini, Gus Dur menunjukkan bahwa meskipun ada keseriusan dalam pendidikan agama, humor tetap menjadi bumbu yang memperkaya pengalaman hidup.

Sebagai seorang ulama sekaligus presiden, Gus Dur memiliki kemampuan unik untuk menyampaikan pesan serius melalui humor. Kisah juragan perahu ini adalah salah satu contoh bagaimana Gus Dur menyentuh hati banyak orang dengan cara yang sederhana namun penuh makna.

Bagi generasi muda, humor Gus Dur menjadi pengingat bahwa pendidikan bukan hanya tentang apa yang kita pelajari di sekolah atau pesantren, tetapi juga tentang bagaimana kita menghargai pengorbanan orang tua. Kisah ini juga mengajarkan pentingnya rendah hati meskipun sudah menuntut ilmu di tempat yang jauh dan bergengsi.

Dalam setiap cerita yang disampaikan, Gus Dur selalu menyisipkan pesan moral yang relevan untuk semua kalangan. Humor tentang juragan perahu dan anaknya yang mondok ini, meskipun lucu, mengandung pesan mendalam tentang nilai keluarga dan pentingnya pendidikan.

Cerita Gus Dur tentang juragan perahu menjadi salah satu contoh bagaimana humor dapat menjadi media untuk menyampaikan pesan yang berat dengan cara yang ringan. Humor ini tidak hanya menghibur tetapi juga mengingatkan kita akan pentingnya menghormati pengorbanan orang tua dan memahami dinamika kehidupan.

Melalui humor seperti ini, Gus Dur terus memberikan inspirasi bagi banyak orang, menjadikan tawa sebagai cara untuk menyatukan hati dan pikiran dalam kebersamaan. Humor sederhana, tetapi pesan yang terkandung di dalamnya akan terus relevan sepanjang masa.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya