Liputan6.com, Jakarta - Dalam Islam terdapat empat bulan yang dimuliakan Allah atau dikenal asyhurul hurum (bulan haram). Tentang empat bulan haram telah disebutkan dalam Al-Qur’an surah At-Taubah ayat 36, namun nama bulannya tidak disebutkan secara spesifik.
Para ulama menjelaskan bahwa empat bulan haram yang dimaksud adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Nah, kali ini umat Islam sedang memasuki bulan Rajab.
Rajab adalah bulan ketujuh dalam penanggalan kalender Hijriah. Sebagai asyhurul hurum, pada bulan ini umat Islam sangat dianjurkan untuk memperbanyak amal ibadah dan menjauhi kemaksiatan.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Selain karena bulan haram, ada keistimewaan lain dari bulan Rajab, yakni menjadi saksi turunnya perintah sholat lima waktu. Ya, pada bulan Rajab tepatnya tanggal 27 terjadi Isra Mi’raj yang merupakan peristiwa agung dalam sejarah Islam.
Pada malam 27 Rajab, Nabi Muhammad SAW melaksanakan Isra dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa. Kemudian dilanjutkan dengan Mi’raj menuju Sidratul Muntaha. Perjalanan ini ditempuh hanya semalam dan muslim wajib mengimaninya.
Setiap tahunnya malam 27 Rajab selalu diperingati untuk mengingat kembali peristiwa, hikmah, dan keajaiban malam Isra Mi’raj. Pada malam tersebut juga ada amalan yang dapat dilakukan muslim sebagaimana yang dianjurkan para ulama.
Lantas, kapan malam 27 Rajab 2025? Simak berikut jadwalnya lengkap dengan amalannya.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Jadwal Malam 27 Rajab 2025
Merujuk kalender Hijriah yang dirilis Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia, tanggal 27 Rajab 1445 H jatuh pada Senin, 27 Januari 2025. Artinya, malam 27 Rajab 1446 H bertepatan pada Ahad, 26 Januari 2025 petang.
Advertisement
Amalan Malam 27 Rajab
Menukil NU Online, salah satu amalan pada malam 27 Rajab adalah memanjatkan doa kepada Allah SWT dengan salah satu doa telah dijelaskan oleh Syekh Muhammad bin Abdullah bin Hasan al-Halabi al-Qadiri.
Dalam kitabnya, beliau menjelaskan bahwa doa malam 27 Rajab ini memiliki khasiat luar biasa.
مَنْ قَرَأَ بِهَذَا الدُّعَاءِ لَيْلَةَ السَّابِعِ وَالْعِشْرِيْنَ مِنْ رَجَبَ ثُمَّ يَسْأَلُ الله حَاجَتَهُ فَاِنَّهَا تُقْضَى بِاِذْنِ اللهِ
Artinya: “Barang siapa yang membaca doa ini pada malam 27 Rajab, kemudian meminta kepada Allah (untuk dipenuhi) kebutuhannya, maka akan dipenuhi kebutuhannya dengan izin Allah.” (Abdullah al-Halabi, Nurul Anwar wa Kanzul Abrar fi Dzikris Shalati ‘alan Nabi al-Mukhtar, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah: tt], halaman 38).
Adapun teks doa malam 27 Rajab adalah sebagai berikut.
للهم إِنِّي أَسْأَلُكَ بِمُشَاهَدَةِ أَسْرَارِ الْمُحِبِّيْنَ، وَبِالْخَلْوَةِ الَّتِي خَصَّصْتَ بِهَا سَيِّدَ الْمُرْسَلِيْنَ حِيْنَ أَسْرَيْتَ بِهِ لَيْلَةَ السَّابِعِ وَالْعِشْرِيْنَ أَنْ تَرْحَمَ قَلْبِيَ الْحَزِيْنَ وَتُجِيْبَ دَعْوَتِيْ يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِيْنَ
Allāhumma innī as’aluka bi musyāhadati asrāril muhibbīn, wa bil khalwatil latī khashshashta bihā sayyidal mursalīn hīna asraita bihī lailatas sābi’i wal ‘isyrīn an tarhama qalbiyal hazīna wa tujība da‘watī yā akramal akramīn.
Artinya: “Ya Allah, dengan keagungan diperlihatkannya rahasia-rahasia orang-orang pecinta, dan dengan kemuliaan khalwat (menyendiri) yang hanya Engkau khususkan kepada pimpinan para rasul, ketika Engkau memperjalankannya pada malam 27 Rajab, sungguh aku memohon kepada-Mu agar Kaumerahmati hatiku yang sedih dan Kau mengabulkan doa-doaku, wahai Yang Maha Memiliki kedermawanan.”
Tata Cara dan dan Faedah Doa Malam 27 Rajab
Berikut tata cara doa malam 27 Rajab.
- Sholat sunnah dua rakaat sebagaimana sholat sunnah pada umumnya. Kemudian membaca surah Al-Ikhlas setelah membaca surah Al-Fatihah di rakaat pertama dan kedua.
- Membaca sholawat kepada Nabi Muhammad SAW sebanyak 10 kali.
- Membaca doa tersebut, kemudian menyebutkan segala hajat-hajatnya.
Syekh Abdurrahman bin Abdussalam as-Syafi’i dalam salah satu kitabnya menjelaskan, siapa saja yang membaca doa tersebut pada 27 Rajab, kemudian menyebutkan hajatnya kepada Allah, maka Dia akan mengabulkan segala hajatnya, melapangkan urusannya, dan menghidupkan hatinya ketika hati-hati manusia sudah mulai mati. (Syekh Abdurrahman, Nuzhatul Majalis wa Muntakhabun Nafaiz, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah: 1999], juz I, halaman 94).
Wallahu a’lam.
Advertisement