Liputan6.com, Jakarta - Banyak orang menganggap bahwa melakukan maksiat adalah sesuatu yang menyenangkan, sedangkan ketaatan sering kali dianggap sebagai beban. Pandangan ini, menurut Gus Baha, merupakan kesalahan besar yang perlu diluruskan.
KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang lebih dikenal dengan nama Gus Baha, Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an Lembaga Pembinaan, Pendidikan, dan Pengembangan Ilmu Al-Qur'an (LP3IA) Rembang, menegaskan bahwa kebahagiaan sejati justru ada dalam ketaatan.
Advertisement
"Orang yang punya akal itu adalah orang yang bisa menikmati sesuatu yang baik," ujar Gus Baha dalam salah satu ceramahnya. yang dinukil dari tayangan video di kanal YouTube @JagaHatii.
Advertisement
Gus Baha mencontohkan bahwa seorang ayah yang menggendong anak kecilnya akan merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Melihat anaknya sehat dan tumbuh dengan baik adalah kebahagiaan yang tak ternilai.
Di sisi lain, ada orang yang mencari kebahagiaan dengan melakukan maksiat, seperti bersenang-senang dengan teman-teman yang tidak baik atau melakukan hal-hal yang dilarang agama.
"Jika dibandingkan, kebahagiaan yang didapat dari maksiat mungkin hanya sekitar 70%, tapi kebahagiaan yang didapat dari hal-hal baik bisa mencapai 100%," ungkapnya.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Ini Kesalahan Banyak Orang
Gus Baha menjelaskan bahwa kesalahan banyak orang adalah menganggap maksiat pasti menyenangkan dan ketaatan tidak menyenangkan. Padahal, jika seseorang benar-benar memahami makna ketaatan, justru di sanalah kebahagiaan sejati bisa ditemukan.
Misalnya, seorang ibu yang merawat anaknya dengan penuh kasih sayang akan merasakan kebahagiaan yang mendalam. Tidak ada perasaan bersalah atau ketakutan, hanya ada rasa syukur dan kebahagiaan yang tulus.
Sebaliknya, orang yang terjerumus dalam maksiat sering kali mengalami perasaan gelisah, takut ketahuan, atau bahkan menyesal setelah melakukannya.
"Kenikmatan dalam maksiat itu semu, hanya sesaat, tapi kenikmatan dalam kebaikan itu sejati dan bertahan lama," tegasnya.
Seseorang yang rajin beribadah, menjalankan perintah Allah dengan ikhlas, dan berbuat baik kepada sesama akan merasakan ketenangan jiwa yang tidak bisa dibandingkan dengan kesenangan duniawi yang bersifat sementara.
Menurut Gus Baha, salah satu penyebab manusia sering terjebak dalam maksiat adalah karena mereka kurang memahami nilai dari ketaatan.
Banyak orang melihat orang yang taat kepada Allah sebagai orang yang membebani dirinya sendiri. Padahal, mereka yang menjalani hidup dalam ketaatan justru memiliki hati yang lebih damai.
Advertisement
Begini Rasa saat Lakukan Kebaikan dan Ketaatan
Orang yang terbiasa dengan kebaikan dan ketaatan akan merasakan kebahagiaan yang lebih murni. Tidak ada rasa takut atau khawatir, karena mereka menjalani hidup sesuai dengan aturan Allah.
Gus Baha juga mengingatkan bahwa dunia ini hanyalah tempat ujian. Jika seseorang terus mengejar kesenangan dunia tanpa mempertimbangkan akibatnya, maka ia akan kehilangan kebahagiaan sejati.
"Kebahagiaan sejati bukan pada banyaknya harta atau kesenangan duniawi, tapi pada ketenangan hati yang datang dari ketaatan kepada Allah," lanjutnya.
Orang yang memahami konsep ini akan lebih mudah dalam menjalani hidup. Mereka tidak akan tergoda oleh kesenangan sesaat yang justru merugikan di kemudian hari.
Sebaliknya, mereka yang terus-menerus mengejar kesenangan duniawi sering kali merasa hampa dan terus mencari sesuatu yang lebih besar untuk mengisi kekosongan dalam hatinya.
Gus Baha menegaskan bahwa tidak ada kebahagiaan yang lebih besar daripada kebahagiaan yang didapat dari menjalankan perintah Allah dengan penuh keikhlasan.
"Oleh karena itu, jangan sampai kita tertipu oleh kesenangan dunia yang hanya bersifat sementara," pungkasnya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)