Benarkah Tanpa Permintaan Maaf Amalan Ramadhan Tidak Diterima?

Pandangan Islam mengenai kewajiban saling memaafkan menjelang bulan Ramadhan yang sering dianggap oleh banyak orang sebagai bagian penting dari persiapan diri sebelum menjalankan ibadah puasa.

oleh Putry Damayanty Diperbarui 26 Feb 2025, 03:20 WIB
Diterbitkan 26 Feb 2025, 03:20 WIB
tips menyambut ramadhan
tips menyambut ramadhan ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Bulan Ramadhan adalah waktu yang sangat istimewa bagi umat Islam. Selain sebagai bulan yang penuh berkah, Ramadan juga menjadi momen untuk memperbaiki diri, beribadah, dan memperkuat hubungan silaturahmi.

Islam mengajarkan bahwa dalam menjalani kehidupan, hubungan yang baik dengan Allah tidak akan sempurna tanpa menjaga hubungan dengan sesama manusia.

Oleh karena itu, amalan-amalan yang dilakukan selama bulan Ramadan bisa terhambat oleh hati yang masih diliputi oleh perasaan dendam atau permusuhan terhadap orang lain.

Beberapa pandangan masyarakat sering menyatakan bahwa meminta maaf adalah langkah pertama yang harus dilakukan untuk memastikan amalan Ramadhan diterima oleh Allah.

Dalam konteks ini, mengingat pentingnya saling memaafkan, banyak yang beranggapan bahwa permintaan maaf menjadi syarat yang tidak bisa diabaikan.

Lalu, apakah benar amalan seseorang tidak akan diterima jika ia belum meminta maaf hingga Ramadhan tiba? Berikut ulasannya dikutip dari laman muslim.or.id.

 

Saksikan Video Pilihan ini:

Hadis yang Keliru Tentang Kewajiban Meminta Maaf Jelang Ramadhan

kata kata menyambut ramadhan
kata kata menyambut ramadhan ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Mereka yang melestarikan tradisi bermaaf-maafan sebelum Ramadan beralasan dengan hadis berikut:

Ketika Rasullullah sedang berkhutbah pada s holat Jum’at (dalam bulan Sya’ban), beliau mengatakan Amin sampai tiga kali, dan para sahabat begitu mendengar Rasullullah mengatakan Amin, terkejut dan spontan mereka ikut mengatakan Amin. Tapi para sahabat bingung, kenapa Rasullullah berkata Amin sampai tiga kali. Ketika selesai shalat Jum’at, para sahabat bertanya kepada Rasullullah, kemudian beliau menjelaskan: “ketika aku sedang berkhutbah, datanglah Malaikat Jibril dan berbisik, hai Rasullullah Amin-kan do’a ku ini,” jawab Rasullullah.

Do’a Malaikat Jibril itu adalah:

“Ya Allah tolong abaikan puasa ummat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal yang berikut:

1) Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya (jika masih ada);

2) Tidak bermaafan terlebih dahulu antara suami istri;

3) Tidak bermaafan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya.

Penjelasan Hadis Lainnya

Tips Puasa Sehat agar Tetap Fit
Ilustrasi Vibes Bulan Ramadhan / Shutterstock by Odua Images... Selengkapnya

Kendati demikian, hampir semua yang menuliskan hadis ini tidak ada yang menyebutkan periwayat hadis. Setelah ditelusuri, hadis ini pun tidak ada dalam kitab-kitab hadis. Namun, dalam salah satu sumber ada yang menuliskan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah (3/192) dan Ahmad (2/246, 254). Ternyata pada kitab Shahih Ibnu Khuzaimah (3/192) juga pada kitab Musnad Imam Ahmad (2/246, 254) ditemukan hadis berikut:

عن أبي هريرة  أن رسول الله صلى الله عليه و سلم رقي المنبر فقال : آمين آمين آمين فقيل له : يارسول الله ما كنت تصنع هذا ؟ ! فقال : قال لي جبريل : أرغم الله أنف عبد أو بعد دخل رمضان فلم يغفر له فقلت : آمين ثم قال : رغم أنف عبد أو بعد أدرك و الديه أو أحدهما لم يدخله الجنة فقلت : آمين ثم قال : رغم أنف عبد أو بعد ذكرت عنده فلم يصل عليك فقلت : آمين  قال الأعظمي : إسناده جيد

“Dari Abu Hurairah: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam naik mimbar lalu bersabda: ‘Amin, Amin, Amin’. Para sahabat bertanya : “Kenapa engkau berkata demikian, wahai Rasulullah?” Kemudian beliau bersabda, “Baru saja Jibril berkata kepadaku: ‘Allah melaknat seorang hamba yang melewati Ramadhan tanpa mendapatkan ampunan’, maka kukatakan, ‘Amin’, kemudian Jibril berkata lagi, ‘Allah melaknat seorang hamba yang mengetahui kedua orang tuanya masih hidup, namun tidak membuatnya masuk Jannah (karena tidak berbakti kepada mereka berdua)’, maka aku berkata: ‘Amin’. Kemudian Jibril berkata lagi. ‘Allah melaknat seorang hambar yang tidak bershalawat ketika disebut namamu’, maka kukatakan, ‘Amin”.” Al A’zhami berkata: “Sanad hadis ini jayyid”.

Hadis ini dishahihkan oleh Al Mundziri di At Targhib Wat Tarhib (2/114, 406, 407, 3/295), juga oleh Adz Dzahabi dalam Al Madzhab (4/1682), dihasankan oleh Al Haitsami dalam Majma’ Az Zawaid (8/142), juga oleh Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Al Qaulul Badi‘ (212), juga oleh Al Albani di Shahih At Targhib (1679).

Dari sini jelaslah bahwa kedua hadis tersebut di atas adalah dua hadis yang berbeda. Namun, tidak diketahui siapa orang yang membuat hadis pertama. Atau mungkin bisa jadi pembuat hadis tersebut mendengar hadis kedua, lalu menyebarkannya kepada orang banyak dengan ingatannya yang rusak, sehingga berubahlah makna hadisnya. Atau bisa juga, pembuat hadis ini berinovasi membuat tradisi bermaaf-maafan sebelum Ramadhan, kemudian sengaja menyelewengkan hadis kedua untuk mengesahkan tradisi tersebut. Yang jelas, hadis yang tidak ada asal-usulnya, dan kita pun tidak tahu siapa yang mengatakan hal itu, sebenarnya itu bukanlah hadis dan tidak perlu kita hiraukan, apalagi diamalkan.

Meminta Maaf Adalah Kewajiban Bukan Rutinitas Tahunan

tips menjaga kesehatan di bulan ramadhan
tips menjaga kesehatan di bulan ramadhan ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Meminta maaf itu disyariatkan dalam Islam. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

“Orang yang pernah menzhalimi saudaranya dalam hal apapun, maka hari ini ia wajib meminta perbuatannya tersebut dihalalkan oleh saudaranya, sebelum datang hari dimana tidak ada ada dinar dan dirham. Karena jika orang tersebut memiliki amal shalih, amalnya tersebut akan dikurangi untuk melunasi kezhalimannya. Namun jika ia tidak memiliki amal shalih, maka ditambahkan kepadanya dosa-dosa dari orang yang ia zhalimi” (HR. Bukhari no. 2449)

Dari hadis ini jelas bahwa Islam mengajarkan untuk meminta maaf, jika berbuat kesalahan kepada orang lain. Adapun meminta maaf tanpa sebab dan dilakukan kepada semua orang yang ditemui, tidak pernah diajarkan oleh Islam. Jika ada yang berkata: “Manusia khan tempat salah dan dosa, mungkin saja kita berbuat salah kepada semua orang tanpa disadari”.

Yang dikatakan itu memang benar, namun apakah serta merta kita meminta maaf kepada semua orang yang kita temui? Mengapa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan para sahabat tidak pernah berbuat demikian? Padahal mereka orang-orang yang paling khawatir akan dosa. Selain itu, kesalahan yang tidak sengaja atau tidak disadari tidak dihitung sebagai dosa di sisi Allah Ta’ala. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam,

“Sesungguhnya Allah telah memaafkan ummatku yang berbuat salah karena tidak sengaja, atau karena lupa, atau karena dipaksa” (HR. Ibnu Majah, 1675, Al Baihaqi, 7/356, Ibnu Hazm dalam Al Muhalla, 4/4, di shahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah)

Sehingga, perbuatan meminta maaf kepada semua orang tanpa sebab bisa terjerumus pada ghuluw (berlebihan) dalam beragama. Dan kata اليوم (hari ini) menunjukkan bahwa meminta maaf itu dapat dilakukan kapan saja dan yang paling baik adalah meminta maaf dengan segera, karena kita tidak tahu kapan ajal menjemput. Sehingga mengkhususkan suatu waktu untuk meminta maaf dan dikerjakan secara rutin setiap tahun tidak dibenarkan dalam Islam dan bukan ajaran Islam.

Namun bagi seseorang yang memang memiliki kesalahan kepada saudaranya dan belum menemukan momen yang tepat untuk meminta maaf, dan menganggap momen datangnya Ramadhan adalah momen yang tepat, tidak ada larangan memanfaatkan waktu ini untuk meminta maaf kepada orang yang pernah dizhaliminya, asalkan tidak dijadikan kebiasaan sehingga menjadi ritual rutin yang dilakukan setiap tahun.

Wallahu’alam.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya