Hati-hati! 7 Tabiat Buruk Ini Sering Jadi Penyebab Retaknya Rumah Tangga

Pernikahan yang harmonis memerlukan usaha bersama untuk mengatasi tantangan dan menjaga komunikasi yang baik. Kebiasaan buruk yang tidak disadari bisa menjadi penyebab utama keretakan hubungan.

oleh Putry Damayanty Diperbarui 25 Feb 2025, 16:30 WIB
Diterbitkan 25 Feb 2025, 16:30 WIB
mimpi berantem dengan teman
mimpi berantem dengan teman ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Pernikahan adalah ikatan yang dibangun atas dasar cinta, komitmen, dan saling pengertian. Namun, seiring berjalannya waktu, banyak pasangan yang menghadapi tantangan dalam mempertahankan keharmonisan rumah tangga mereka.

Di balik berbagai masalah yang muncul, ternyata ada beberapa kebiasaan buruk yang seringkali menjadi penyebab utama mengapa sebuah pernikahan bisa retak. Tanpa disadari, kebiasaan-kebiasaan tersebut dapat merusak fondasi hubungan yang sudah dibangun dengan susah payah.

Ketika salah satu pihak, atau bahkan keduanya, terjebak dalam kebiasaan yang merusak, ketegangan dan perasaan tidak dihargai dapat muncul. Hal ini dapat menyebabkan perasaan terasing, komunikasi yang buruk, hingga konflik yang terus berlarut-larut.

Namun, tidak semua kebiasaan buruk berakhir dengan perceraian atau perpisahan. Beberapa pasangan yang menyadari adanya kebiasaan negatif dalam hubungan mereka mampu mencari jalan keluar dan memperbaikinya.

Penting untuk diingat bahwa setiap pasangan memiliki dinamika yang unik, dan pernikahan bukanlah sesuatu yang sempurna. Namun, dengan mengetahui kebiasaan-kebiasaan yang bisa merusak, setiap pasangan dapat lebih siap untuk menghadapinya dan memperbaiki diri demi kebaikan bersama.

Sebelum terlambat, mengenali tanda-tanda awal dari tabiat buruk dalam hubungan bisa menjadi langkah pertama untuk menjaga rumah tangga tetap sehat dan bahagia. Berikut uraiannya dikutip dari laman muslimahdaily.com.

 

Saksikan Video Pilihan ini:

1. Menjelekkan Pasangan

Ilustrasi minta maaf, menyesal, pasangan bertengkar
Ilustrasi minta maaf, menyesal, pasangan bertengkar. (Image by Drazen Zigic on Freepik)... Selengkapnya

Tanpa sadar, entah suami ataupun istri melontarkan ucapan yang berisi celaan hingga membuat sakit hati. Misalkan saja suami yang mencela masakan istrinya, atau gaya kerudung yang dikenakannya. Atau dapat pula istri yang mencela perut buncit suami atau mencela hasil karya berkebunnya.

Tak ada seorang pun di dunia ini yang bersedia dicaci, meski oleh pasangan hidup semati. Islam pun melarang keras perbuatan mencaci maki kecuali orang yang didzalimi.

“Allah tidaklah menyukai ucapan buruk yang diucapkan dengan terus terang, kecuali oleh orang yang didzalimi,” (QS. An-Nisa: 148).

2. Suka Mengadu

Ketika pasangan melakukan kesalahan, siapa yang menjadi tempat pengaduan kekesalan? Jawabannya sudah pasti orangtua. Padahal melaporkan kesalahan pasangan ke orangtua hanyalah menambah permasalahan rumahtangga. Orangtua mana yang tak merasa kasihan saat anaknya disakiti. Masalah baru pun muncul kemudian yang menjadi akibatnya, yakni pasangan merasa mertuanya telah ikut campur perkara rumahtangga anaknya.

Lalu bagaimana jika ingin menyadarkan kesalahan pasangan yang sulit dinasihati? Sikap yang benar adalah melapor pada mertua. Ya, mertua, bukan orangtua. Ketika suami melakukan kesalahan, semestinya istri melaporkannya pada ibu bapak suami, bukan mengadu pada orangtua sendiri. Begitu juga sebaliknya, ketika istri melakukan kesalahan, suami hendaklah melaporkannya pada ibu bapak istri, bukan mengadu pada orangtua sendiri. Tentu ini dilakukan jika perkara rumahtangganya tidak dapat diperbaiki dengan komunikasi internal, dua mata, antara suami dan istri.

3. Menyimpan Rahasia

mimpi bertengkar dengan istri
mimpi bertengkar dengan istri ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Rahasia sering kali menjadi momok kecurigaan di tengah pernikahan. Sang suami yang merahasiakan isi ponselnya, atau istri yang merahasiakan akun sosmednya. Dua kebiasaan yang sering terjadi ini amat banyak memicu permasalahan dalam rumahtangga. Kecurigaan hasil menyimpan rahasia itu pun membuat pernikahan retak dan menyebabkan keributan besar.

Sudah semestinya tabiat ini harus dihapus, baik oleh istri ataupun suami. Ketika telah memutuskan hidup bersama pasangan, sudah semestinya tahu konsekuensi bahwa keputusan tersebut berarti tak ada lagi rahasia pribadi. Satu hal yang perlu diingat bahwa setelah menikah, tak ada lagi kata ‘aku’ melainkan ‘kami (berdua)’.

4. Enggan Meminta Maaf

Ketika keributan terjadi di rumahtangga, nyaris tak ada satu pun yang melakukan inisiatif untuk meminta maaf. Baik istri atau pun suami merasa dirinya benar dan pasangan lah yang melakukan kesalahan. Jika hal ini terus berlanjut berhari-hari, berbulan-bulan, hingga tahun, maka pernikahan akan retak bahkan hancur.

Berlomba-lomba meminta maaf terlebih dahulu, sikap itulah yang menjadi solusi agar pernikahan utuh kembali. Tanpa peduli siapa penyebab kesalahan itu, mulailah mengetik kata maaf via sms atau WA jika enggan mengucapkannya langsung. Cobalah meminta maaf melalui pesan singkat karena lebih mudah dilakukan daripada saat menghadapi secara langsung.

5. Tidak Peka

Ilustrasi Pasangan Hilang Rasa
Ilustrasi pasangan bertengkar. (Foto: Freepik/Wayhomestudio)... Selengkapnya

Tidak jeli melihat perasaan pasangan pun dapat menjadi penyulut api pernikahan. Tabiat ini biasa dimiliki para suami yang memang sebagai pria tak mudah peka dengan hati. Namun lihatlah tingkah laku dan kebiasaan istri, maka bukan hal mustahil untuk memahami perasaan wanita.

Begitu pun sebaliknya bagi para istri, jika memendam perasaan itu akan menjadi arang pembakar dalam rumahtangga. Ungkapkan semua yang ada di hati kepada suami, kesal atau marah sekalipun, lalu temukan solusinya bersama. 

6. Jarang Mengaji

Kesibukan mencari nafkah ataupun mengurus rumah tangga bukanlah alasan untuk meninggalkan majelis ilmu. Setiap saat, pernikahan semestinya selalu disegarkan dengan menghadiri pengajian, mendengarkan ceramah ataupun membaca buku agama.

Keengganan mengisi ruhiyah sejalan dengan problema rumahtangga. Karena segala masalah peretak pernikahan akan kembali pada jiwa suami maupun istri. Jika jiwa keduanya tenang dengan selalu mengingat Allah dan menjalankan ajaran Rasulullah, niscaya rumahtangga tak akan banyak dirundung masalah.

7. Berbuat Dosa

Bagaimana jika rumahtangga tetap dibakar api meski semua tabiat jelek di atas sudah dihindari? Maka bertanyalah pada diri, dosa apa yang telah dilakukan selama ini, baik di masa lalu ataupun kini. Bisa jadi, dosa yang pernah dilakukan menjadi penyebab Allah memberikan hukuman batin kepada seseorang. Masalah rumahtangga adalah salah satu hukuman batin tersebut.

Dengan hukuman itulah Allah menggugurkan dosa-dosa. Dengan rasa kesedihan menghadapi peliknya masalah rumah tangga itulah Allah memaafkan kesalahan suami ataupun istri. Jika terjadi demikian, maka segeralah bertaubat karena musibah dapat diangkat dengan taubat.  

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya