Liputan6.com, Jakarta - Orang yang berpuasa di bulan Ramadhan akan mengharapkan ibadahnya diterima Allah SWT. Namun ternyata tidak semua puasa yang dilakukan muslim akan dihitung sebagai ibadah oleh Allah SWT.
Pendakwah Ustadz Adi Hidayat (UAH) mengungkapkan orang yang melakukan puasa Ramadhan tapi ibadahnya tidak dihitung oleh Allah SWT. Bisa dikatakan, Allah SWT tidak peduli dan butuh dengan orang yang puasa seperti itu. Siapa orang yang dimaksud?
Dengan mengutip salah satu hadis nabi, UAH menyampaikan bahwa orang tersebut adalah yang berpuasa tapi tidak bisa mengontrol kata-katanya. Alih-alih yang keluar dari lisannya adalah kalimat yang baik-baik, tapi malah keluar kata-kata kotor.
Advertisement
Baca Juga
“Awas hati-hati ya. Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam menyampaikan, siapa yang selama puasa tidak mampu mengontrol kata-katanya sehingga selalu mengeluarkan kata-kata yang tidak baik, bisa ke diri pribadi atau ke orang lain, dan dia tetap mengerjakan itu selama puasanya, maka Allah tidak butuh puasanya. Aku (Allah) gak peduli dia meninggalkan makan dan minum, nggak dihitung oleh Allah,” kata UAH dikutip dari YouTube Dunia Akhirat, Kamis (6/3/2025).
“Jadi ini yang disebut oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam. Ada orang yang kelihatan puasa tapi gak dapat apa-apa dari puasanya, kecuali terlihat menahan lapar dan haus saja,” lanjut ulama kharismatik Muhammadiyah ini.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Pesan UAH
Oleh karenanya, UAH berpesan kepada muslim yang berpuasa agar selalu mengontrol diri. Pertimbangkan dulu kata-kata sebelum diucapkan oleh lisan. Jika ingin berekspresi, lihat dulu apakah baik atau tidak. Jika ada sesuatu yang kurang baik, cepat diperbaiki dan kembali ingat Allah.
“Biasanya kalau iman sudah aktif, kalau ada yang keliru imannya aktif langsung dia koreksi, langsung dia ubah dan seterusnya,” tutur UAH.
UAH menyampaikan bahwa Allah SWT akan memberikan anugerah kepada orang yang mau mengevaluasi diri selama puasa sampai akhirnya ada perubahan positif. Jika dilakukan karena Allah dan diridhai oleh-Nya, maka orang tersebut akan mendapatkan pengampunan dari Allah SWT.
“Jadi, tobatnya ini melalui amal, bukan bicara lagi. Saya berjanji hari ini pengen lihat yang baik-baik saja, itu sudah tobat, tobat mata tanpa harus mengatakan ‘Ya Allah saya tobat dari pandangan saya’. Tanpa kita berkata begitu, itu otomatis dosa mata gugur semua,” ucap UAH.
“Terus ke lisan. Kita berusaha menata lebih baik. Saya pengen lebih baik karena Allah. Terus lisannya ketika akan bertutur diaktifkan imannya. Itu otomatis yang dulu gugur semua, kecuali utang,” tambah UAH.
Advertisement
Orang yang Celaka di Bulan Ramadhan
Dalam ceramah lain, UAH mengatakan bahwa ciri orang yang diampuni dosanya oleh Allah SWT adalah meninggalkan maksiat dan berubah menjadi lebih baik. Jika pada bulan Ramadhan tidak menjadi baik, tetap melakukan perbuatan sebelumnya (maksiat), maka celakalah orang tersebut.
“Karena ada orang yang mengharapkan Ramadhan (tapi) tidak mendapati kesempatannya. Anda diberikan kesempatan tapi tidak memanfaatkannya,” ungkap UAH, dikutip dari YouTube Keflay Munthe.
UAH mengajak umat Islam untuk memaksimalkan bulan Ramadhan agar tidak termasuk orang yang celaka di bulan suci. Jika malam pertama, kedua, ketiga, keempat, dan kelima belum tobat, maka di malam-malam berikutnya harus dipastikan sudah bertobat kepada Allah SWT.
“Coba tangisi diri Anda. Lihat-lihat di rumah (bagaimana) hubungan dengan Allah, hubungan dengan manusia. Jangan-jangan dengan Allah baik, sholatnya bagus, taklimnya bagus, tapi dengan manusia jelek. Tuduh sana, cela sana, cela situ, pahala Anda terkuras,” tutur UAH.
“Kan rumusnya sudah paham. Kalau Anda sholat, Anda cela orang lain, pahala sholat Anda dipindahkan pada orang itu. Berapa kali lisan Anda mencela?” kata UAH mengingatkan.
Wallahu a’lam.
