Liputan6.com, Jakarta - Santri bukan hanya soal belajar kitab atau duduk di majelis ilmu. Ada satu hal yang menjadi penentu utama seseorang layak disebut santri atau tidak. Hal ini bukan sekadar hafalan atau kecerdasan, melainkan sikap dalam menghadapi hidup.
Ulama ahli tafsir KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha menegaskan bahwa santri sejati adalah mereka yang mampu bersyukur dalam keadaan apa pun. Dalam berbagai kesempatan, Gus Baha sering mengingatkan bahwa santri yang masih suka mengeluh tidak akan diakui sebagai santri, baik di dunia maupun di akhirat.
“Kulo niku nganti sakniki bolak-balik matur teng santri-santri kulo. Nek kowe isih bisa bersyukur, yo santriku. Nek koe isih ngeluh, ora bakal tak akui santriku dunyo akhirat,” kata Gus Baha.
Advertisement
Pernyataan ini menunjukkan betapa pentingnya sikap syukur dalam kehidupan seorang santri.
Pentingnya bersyukur ini juga disampaikan dalam sebuah pengajian dimana video tersebut dikutip Liputan6.com dari kanal YouTube @takmiralmukmin. Gus Baha menekankan bahwa Allah tidak akan menyiksa seseorang selama mereka memiliki kebiasaan bersyukur. Bahkan, dalam ayat berikut disebutkan bahwa Allah Maha Mensyukuri dan Maha Mengetahui:
مَا يَفْعَلُ اللّٰهُ بِعَذَابِكُمْ اِنْ شَكَرْتُمْ وَاٰمَنْتُمْۗ وَكَانَ اللّٰهُ شَاكِرًا عَلِيْمًا
Mâ yaf‘alullâhu bi‘adzâbikum in syakartum wa âmantum, wa kânallâhu syâkiran ‘alîmâ.
"Apa yang akan Allah lakukan dengan menyiksamu jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui." (QS. An-Nisa’: 147)
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Gus Baha Minta Tradisi Mengeluh Dihapus
Menurut Gus Baha, banyak orang datang kepadanya hanya untuk mengeluh tentang berbagai masalah kehidupan. Ada yang mengeluh soal rezeki, kesehatan, hingga masalah keluarga. Padahal, mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah, justru bisa memperburuk keadaan. Oleh karena itu, kebiasaan mengeluh harus dihilangkan.
Sebagai seorang kiai, Gus Baha merasa perlu mengubah tradisi mengeluh ini menjadi tradisi syukur. Sikap syukur bukan hanya sebagai bentuk kepatuhan kepada Allah, tetapi juga sebagai cara untuk mencapai ketenangan hidup. Orang yang terbiasa bersyukur akan lebih mudah menghadapi tantangan dengan kepala dingin dan hati yang lapang.
Gus Baha juga berbagi pengalaman pribadinya tentang masa-masa sulit yang pernah dialami. Pernah berada dalam keadaan kekurangan, tetapi tetap berusaha untuk bersyukur. Ini menjadi bukti bahwa syukur bukan tentang memiliki segalanya, melainkan tentang menerima segala sesuatu dengan lapang dada.
Sebaliknya, orang yang mudah mengeluh cenderung merasa selalu kurang dan tidak puas dengan apa yang dimiliki. Akibatnya, hidup menjadi penuh beban dan jauh dari kebahagiaan. Itulah sebabnya Gus Baha menegaskan bahwa santri yang masih suka mengeluh belum layak disebut santri.
Tradisi syukur harus dibangun dalam kehidupan sehari-hari. Bukan hanya saat mendapatkan nikmat besar, tetapi juga dalam hal-hal kecil. Dengan membiasakan diri bersyukur, seseorang akan lebih mudah menerima ujian hidup tanpa merasa tertekan.
Gus Baha juga menekankan bahwa syukur bukan hanya soal ucapan, tetapi harus diwujudkan dalam perbuatan. Salah satunya dengan berbagi kepada sesama dan tidak mudah iri terhadap rezeki orang lain. Jika seseorang terus merasa cukup dengan apa yang dimiliki, hidupnya akan lebih tenang dan penuh berkah.
Advertisement
Banyak Kesulitan, Tetap Bersyukur
Mengeluh bukan hanya tidak bermanfaat, tetapi juga bisa menjadi penyebab turunnya azab. Allah sendiri sudah menjelaskan bahwa siksa tidak akan diberikan kepada orang yang bersyukur dan beriman. Ini berarti, jika seseorang terus-menerus mengeluh, bisa jadi itu menjadi jalan menuju kesulitan hidup yang lebih besar.
Santri sejati adalah mereka yang tidak mudah putus asa dan terus berprasangka baik kepada Allah. Dengan bersyukur, seseorang akan lebih kuat dalam menghadapi cobaan. Bahkan, kesulitan yang dihadapi bisa menjadi jalan menuju kebahagiaan yang lebih besar di masa depan.
وَلَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Wa lain syakartum laazîdannakum wa la`in kafartum inna ‘adzâbî lasyadîd.
"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’." (QS. Ibrahim: 7)
Gus Baha juga mengingatkan bahwa orang yang terbiasa bersyukur akan lebih sehat secara mental. Mereka tidak mudah stres atau tertekan oleh keadaan. Sebaliknya, orang yang suka mengeluh cenderung lebih mudah mengalami gangguan kecemasan dan depresi.
Selain itu, sikap syukur juga bisa meningkatkan hubungan sosial. Orang yang bersyukur lebih mudah berempati dan membantu orang lain. Mereka tidak sibuk meratapi nasib sendiri, tetapi justru berusaha menjadi manfaat bagi sesama.
Gus Baha mengajak semua santri untuk menjadikan syukur sebagai kebiasaan. Meskipun menghadapi banyak kesulitan, tetaplah bersyukur karena setiap ujian pasti membawa hikmah. Jika kebiasaan ini bisa diterapkan, hidup akan menjadi lebih damai dan penuh berkah.
Mengeluh hanya akan membuat seseorang semakin lemah. Sebaliknya, bersyukur akan membuat seseorang lebih kuat. Oleh karena itu, mulai dari sekarang, biasakan untuk bersyukur dalam keadaan apa pun. Jika masih suka mengeluh, jangan berharap bisa diakui sebagai santri sejati.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
