Liputan6.com, Samarinda - Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah Kota Samarinda gelar kampanye untuk remaja di SMK Negeri 14 Samarinda. Organisasi perempuan muda di bawah naungan Muhammadiyah ini memilih tema dampak pernikahan dini dari berbagai aspek.
Nuansa Ramadan membuat kegiatan ini terkesan seperti ngabuburit namun dengan kegiatan yang lebih bermanfaat. Digelar di Masjid At Tarbiyah, kompleks SMKN 14 Samarinda dengan jumlah peserta mencapai 240 siswa.
“Target kita adalah siswa kelas 12 yang memang sebentar lagi akan lulus,” kata Ketua Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah Kota Samarinda, Taqdiraa, Kamis (20/3/2025).
Advertisement
Baca Juga
Ngabuburit dengan konsep Nasyiatul Aisyiyah Goes To School sebenarnya menyasar siswa perempuan di banyak sekolah. Namun, sebagai makhluk sosial lintas gender, kampanye juga mengajak semua siswa untuk lebih peduli terhadap isu-isu remaja.
“Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan edukasi, motivasi, dan ruang bagi pelajar untuk mengembangkan potensi diri, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan fisik dan mental,” kata Ira, sapaan Taqdiraa saat memberikan sambutan.
Ira menjelaskan, Nasyiah Goes to School dengan tema “Fisik Kuat, Mental Sehat, Pelajar Hebat” merupakan salah satu program Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah Kota Samarinda dalam rangka mendukung perkembangan generasi muda. Terkhusus pelajar di Kota Samarinda untuk menjadi individu yang tangguh baik secara fisik maupun mental menuju Indonesia Emas 2045.
Soal kampanye cegah nikah dini di SMKN 14 Samarinda, Nasyiatul Aisyiyah berpegang pada Undang-undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan bahwa batas usia menikah di Indonesia untuk laki-laki dan perempuan adalah 19 tahun. Batasan usia menjadi penting agar tidak ada pernikahan anak.
“UU ini ada karena pernikahan dini memiliki dampak, risiko bagi calon pengantin. Risikonya tidak main-main, tentu masa depan yang akan dipertaruhkan,” ujar Ira.
Kepala SMK Negeri 14 Samarinda, Poneran, menyambut antusias kampanye ini karena sangat penting bagi anak didiknya. Menurutnya, kegiatan kampanye ini sangat positif membangun kesadaran siswa untuk meraih cita-cita setelah lulus nanti.
“Saya harap para siswa, selaku remaja, untuk lebih berpikir lagi ketika ingin melakukan pernikahan secara dini dan berhati-hati dalam pergaulan,” katanya.
Resiko Pernikahan Dini
Pada materi pertama, Sai Handari, Dosen UIN Samarinda, menekankan surat Ar-Rum Ayat 21 tentang tujuan pernikahan. Dalam paparannya, pernikahan bertujuan untuk membentuk keluarga sakinah mawaddah warahmah.
“Pernikahan dini, akan berisiko kepada kehidupan sosial calon pengantin dan berpengaruh kepada psikisnya, sehingga sulit mencapai keluarga sakina mawaddah warahmah,” kata Sai.
Psikologis remaja menikah akan mempengaruhi rumah tangga remaja itu sendiri. Sebab secara usia belum mampu mengatasi masalah keluarga yang mereka alami.
Materi kedua diisi oleh Octaviani, pengurus Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah Kota Samarinda, yang fokus pada aspek kesehatan. Pernikahan yang terlalu muda, membuat pasangan pengantin terutama perempuan belum siap dari sisi reproduksi.
“Pernikahan yang dilakukan secara dini sangat berdampak terhadap reporoduksi baik laki-laki maupun perempuan,” kata Octaviani yang juga perawat di Puskesmas Muara Badak, Kutai Kartanegara.
Jika terjadi persalinan pada pernikahan dini, resiko kematian sangat tinggi, baik bagi ibu maupun bayinya. Resiko ini menjadi perhatian serius agar pernikahan usia dini bisa dicegah.
“Lingkar pinggul perempuan remaja belum siap untuk melahirkan sehingga sangat berisiko kepada ibu dan anak,” paparnya.
Sesi tanya jawab menjadi waktu paling seru karena ragam pertanyaan unik bermunculan. Tak hanya siswa, guru pun ikut bertanya.
Aini, siswa jurusan multimedia bertanya secara spesifik soal dampak pada laki-laki. Sebab selama materi disampaikan, lebih banyak membahas soal dampak pada peremuan.
“Dari tadi dijelaskan mengenai dampak terhadap perempuan. Apakah pernikahan dini itu berdampak juga pada laki-laki?” tanya Aini.
Octaviani menjawab, secara biologis ada kecenderungan berdampak pada sistem reproduksi laki-laki jika menikah di usia sangat muda. Meski tak disadari, namun dampak itu akan dirasakan seiring usia laki-laki bertambah.
“Bagi laki-laki, menikah dini membuat mereka lambat ereksi,” kata Octaviani.
Sementara dari sisi psikologis, Ira menjelaskan, laki-laki sebagai kepala keluarga sulit memutuskan sesuatu secara lebih bijak terhadap keluarganya. Ketidaksiapan secara pemikiran yang sering membuat cita-cita pernikahan tidak lagi sakinah mawaddah warohmah.
“Laki-laki yang menikah dini dan tidak siap secara ekonomi, akan mengganggu psikologisnya. Sulit memenuhi keinginan istri dan di sinilah nantinya akan timbul kekerasan,” kata Ira.
Kegiatan kampanye nikah dini ini merupakan program kolaborasi Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah Kota Samarinda dengan Forum Puspa Bunga Grecek. Forum ini merupakan organisasi yang fokus pada advokasi perempuan dan anak di Kota Samarinda.
Advertisement
