Liputan6.com, Pekalongan - Habib diambil dari bahasa arab yang berarti dicintai atau kekasih. Di sisi lain, habib adalah gelar kehormatan yang disandang oleh para keturunan Nabi Muhammad SAW.
Seorang habib kebanyakan memilih untuk berdakwah, menyiarkan agama Islam. Namun berbeda dengan Habib Ahmad bin Muhammad Assegaf. Habib satu ini memilih jalannya menjadi abdi negara berseragam Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat.
Perjalanannya menjadi perwira TNI ia ceritakan dalam podcast YouTube Arridwan Tuban Official. Berikut adalah perjalanan Habib Ahmad bin Muhammad Assegaf dari kecil hingga menjadi abdi negara.
Advertisement
Baca Juga
Mayor Inf Ahmad bin Muhammad Assegaf adalah seorang habib yang jadi TNI. Ia berasal dari Pekalongan. Namun, lahirnya di Jeddah pada 29 Juli 1987.
“Abah sama umi kami kebetulan abah ini namanya Muhammad bin Hamid Assegaf. Asli dari Pekalongan. Beliau (alumnus) SMA 1 Pekalongan,” kata habib ganteng ini, dikutip Selasa (19/7/2022).
“Jadi saat beliau SMA, alhamdulillah mendapat beasiswa kemudian beliau berangkat ke Riyadh untuk mengambil insinyur. Kemudian ketemu (berjodoh) dengan umi kami di sana,” ucap dia.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Pernah Tinggal di Arab Saudi
Sejak kecil, Habib Ahmad bin Muhammad Assegaf mengikuti jejak orangtuanya. Ia sempat pindah dari Arab Saudi ke Singapura. Hingga akhirnya tinggal di Jakarta saat menginjak usia 7 tahun.
Di Jakarta, Habib Ahmad bin Muhammad Assegaf sekolah di SD AN Nuriyah, Kebon Nanas. Karena lama tinggal di Arab Saudi dan komunikasi sehari-hari dengan orangtuanya bahasa Arab, di sekolah tersebut habib perlahan belajar bahasa Indonesia.
“Hingga alhamdulillah menginjak bangku SMA tahun 2005,” katanya.
Habib Ahmad menyebut keluarganya tidak ada yang militer. Hanya saja, ayahnya pernah mendaftar TNI namun tak diterima. Satu waktu, tiba-tiba ayah habib membawa brosur Akademi Militer (Akmil).
“Apa nih bah, saya tanya. Dia bilang, ini pendaftaran Akademi Militer. Dulu abah pingin masuk ini (Akmil) tapi tidak bisa. Karena dulu alasannya anak tunggal kemudian anak laki-laki satu-satunya itu tidak boleh. Zaman dulu peraturannya seperti itu,” tuturnya.
Advertisement
Daftar Akmil
Manut kepada sang ayah, Habib Ahmad bin Muhammad Assegaf mendaftarkan diri menjadi TNI di Akmil. Ketika pendaftaran, habib mengaku bingung. Ia tidak tahu siapa yang harus ditemuinya.
“Tiba-tiba ketemu sama provost, kopral kepala. Beliau mengarahkan kami ke dalam. Diperintahkan membawa administrasi,” ujarnya.
Setelah mengikuti rangkaian seleksi Akmil, Habib Ahmad bin Muhammad Assegaf dinyatakan diterima. Ia dilantik pada tahun 2008. Kemudian pada tahun 2009 ditempatkan di Makassar di Batalyon Infanteri Para Raider 431 di Kariango.
“Kami letnan dua di sana, danki sampai dengan kami pindah ke brigif tiga ke brigade. Kami menjadi pasipam. Kami ikut diklapa pada tahun 2018. Kemudian kami berpindah menjadi kasi intel di Malang. Di Jabung dari 2019 sampai dengan 2022. Kami bergeser lagi menjadi Wadanyon Para Raider 503 di Mojokerto, kurang lebih sudah berjalan 3 bulan,” terangnya.
Rela Tinggalkan Istri yang Sedang Hamil Demi Tugas
Habib Ahmad bin Muhammad Assegaf bercerita, selama berdinas menjadi prajurit TNI pernah diberikan penugasan operasi 3 kali. Sebanyak 2 kali di dalam negeri dan 1 kali di luar negeri.
“Dalam negeri kami tahun 2011 (dan) 2012. Kami Pamtas RI-PNG (Pengamanan Pembatasan Republik Indonesia dan Papua Nugini). Tahun 2015 sampai 2016 di Pamtas RI-PNG,” sebutnya.
Habib Ahmad bin Muhammad Assegaf menikah di sela-sela waktu penugasan tersebut, yakni pada tahun 2013. Bersyukurnya, habib memiliki istri yang sangat mendukung kariernya dan bisa tetap bahagia.
Setelah menikah, Habib Ahmad pernah selama 9 bulan tidak bertemu istri. Bahkan, ia pernah meninggalkan istri yang sedang hamil demi tugas negara.
Advertisement