Anak Usia 5-17 Tahun Dominasi Penderita Omicron di Surabaya

Aktivitas tinggi dan mobilitas orangtua menjadi salah satu penyebabnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Feb 2022, 03:00 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2022, 03:00 WIB
Ilustrasi anak terkena pandemi COVID-19
Ilustrasi anak terkena pandemi COVID-19. Photo by Taylor Brandon on Unsplash

Liputan6.com, Surabaya - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyebut rata-rata anak yang terpapar Covid-19 varian Omicron di Kota Surabaya, Jawa Timur, didominasi usia 5-17 tahun. Kasus Omicron pada anak-anak di Surabaya disebabkan oleh tingkat aktivitas dan mobilitas tinggi dari para orangtua atau orang dewasa, yang memicu munculnya klaster keluarga.

"Rata-rata anak yang terpapar varian Omicron didominasi usia 5-17 tahun. Kasus Omicron pada anak sebesar 17,39 persen dari total kasus Omicron yang terkonfirmasi di Kota Surabaya," kata Wali Kota Eri Cahyadi di Surabaya, Selasa (15/2/2022).

Untuk itu, Wali Kota Eri meminta kepada orangtua atau orang dewasa untuk tetap memerhatikan penerapan protokol kesehatan selama berada di rumah saat mendampingi anak-anak. Sebab, kata dia, anak-anak umumnya rawan terpapar varian Omicron.

"Harus tetap mematuhi protokol kesehatan demi menekan penyebaran Covid-19," ucapnya. 

Isolasi Terpusat

Kisah Pilu Ibu Hamil Positif Covid-19 Menjelang Kelahiran Anaknya di Indramayu
ilustrasi virus corona covid-19copyright by diy13 (Shutterstock)

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Nanik Sukristina mengatakan anak-anak juga mudah terpapar saat melakukan aktivitas atau kegiatan di tempat umum (ruang publik).

"Kegiatan di tempat umum juga mendominasi kasus Omicron pada anak-anak," kata Nanik.

Untuk proses penanganannya, lanjut dia, anak-anak yang terpapar varian Omicron juga diarahkan untuk melakukan isolasi di tempat isolasi terpusat (isoter) yang telah disediakan oleh Pemerintah Kota Surabaya, yakni di Asrama Haji Surabaya.

"Ketika melakukan isolasi di Asrama Haji, orang tua dapat mendampingi anak-anak mereka di sana, hingga anak tersebut dinyatakan sembuh," ujarnya.

Terkait tingkat kesembuhan, Nanik menjelaskan rata-rata kesembuhan pada kasus konfirmasi dengan gejala asimptomatik dan ringan, membutuhkan waktu selama 3-7 hari, namun tetap disarankan untuk melakukan isolasi mandiri selama 10-14 hari.

"Ini merupakan masa isolasi optimal meskipun hasil tes usap sudah negatif. Bahkan, ada yang lebih cepat sesuai dengan daya tahan tubuh masing-masing pasien," katanya.

Tak hanya itu saja, Nanik mengaku bahwa tingkat kesembuhan pada anak-anak sangat tinggi. Sebab, sampai saat ini belum ditemukan kasus yang membutuhkan perawatan khusus pada anak-anak.

"Namun, terkait dengan pelaksanaan vaksinasi penguat pada sasaran anak masih menunggu instruksi dari Kemenkes RI," ujarnya.

Simak juga video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya