Ironi Ribuan Anak di Madiun Alami Kekerdilan, Apa Penyebabnya?

Sebanyak 3.700 balita di Kabuoaten Madiun, Jawa Timur mengalami stunting atau kekerdilan.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Mar 2022, 03:00 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2022, 03:00 WIB
3 Langkah Mudah Mencegah Stunting pada Anak
Indonesia menjadi salah satu negara dengan kasus stunting tertinggi di dunia. Simak cara mencegah stunting pada anak berikut ini. (Foto: Unsplash.com/Ben White).

Liputan6.com, Madiun - Sebanyak 3.700 balita di Kabupaten Madiun, Jawa Timur mengalami stunting atau kekerdilan. Jumlah itu mencapai 14,9 prevalensi kekerdilan di daerah setempat.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun, Sufiyanto mengatakan data tersebut berdasarkan pendataan bulan timbang yang dilakukan tahun lalu.

"Iya kami mencatat jumlahnya sebanyak itu," katanya, Jumat (18/3/2022) dilansir dari Antara.

Meski demikian, menurutnya angka stunting di Kabupaten Madiun terbilang rendah jika dibandingkan dengan prevalensi Jatim yang mencapai 23 koma sekian persen.

Sufiyanto mengatakan pemerintah pusat menargetkan prevalensi kekerdilan nasional mencapai 14 persen pada 2024.

Meskipun angka kekerdilan Kabupaten Madiun saat ini, baik berdasarkan bulan timbang maupun SSG, tidak terlampau jauh dari target nasional (14 persen), namun pemkab tak ingin ketinggalan.

"Tahun ini ditargetkan turun 0,9 persen. Kalau bisa, 2024 nanti prevalensi stunting sudah di bawah target nasional," kata dia.

 

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

Penyebab Stunting

Ia menjelaskan dari segi medis, faktor penyebab kekerdilan dibedakan menjadi dua kelompok. Karena faktor spesifik seperti kekurangan sel darah merah atau anemia yang dialami ibu hamil.

Kemudian, faktor sensitif yang muncul akibat berbagai aspek kehidupan. Mulai kondisi ekonomi, sanitasi di lingkungan tempat tinggal, hingga tingkat pendidikan ibu.

Ia menambahkan sekitar 70 persen kasus kekerdilan di Kabupaten Madiun disebabkan faktor sensitif. Berbagai upaya dilakukan dinkes untuk mengatasinya.

"Misalnya pengoptimalan posyandu, peningkatan gizi, dan upaya lain dari tiap puskesmas. Penanganan kekerdilan sensitif melibatkan banyak dinas, seperti DPUPR, Dinsos, dan Dikbud," ia menambahkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya