Bupati Ahmad Mudhlor Ungkap Penyebab Kasus Stunting di Sidoarjo

Ahmad Mudhlor mengatakan kasus stunting yang disebabkan gizi buruk jumlahnya lebih kecil dibanding mengonsumsi air tanah yang mengandung timbal

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Mar 2022, 15:00 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2022, 15:00 WIB
Bupati Ahmad Mudhlor Ungkap Penyebab Kasus Stunting di Sidoarjo
Ilustrasi kasus Stunting di Sidoarjo bukan disebabkan faktor gizi. Foto: Ade Nasihudin Liputan6.com (9/11/2020).

Liputan6.com, Jakarta Bupati Sidoarjo Jawa Timur Ahmad Mudhlor mengatakan penyebab utama kasus stunting terhadap anak di wilayahnya bukan karena faktor kurang nya gizi.

Ahmad Mudhlor menyebutkan kasus stunting atau masalah pertumbuhan pada anak di Sidoarjo disebabkan karena mengkonsumsi air tanah atau air sumur yang tidak layak mengandung logam berat timbal (Pb) lebih dari standar ukuran yang diperbolehkan.

Dia mengimbau masyarakat di daerahnya tidak lagi mengonsumsi air tanah mengandung logam berat timbal (Pb) yang kadarnya melebihi batas aman karena menjadi salah satu penyebab stunting.

"Perkembangan kasus stunting di Kabupaten Sidoarjo saat ini sudah menurun dari 28 persen pada tahun 2018 menjadi 14 persen pada tahun 2022," katanya dilansir Antara, Kamis (10/3/2022).

Menurutnya, angka kasus stunting 14 persen tersebut berdasarkan hitungan anak antara usia 0-59 bulan atau anak di bawah 5 tahun yang jumlahnya sekitar 34 ribu orang.

Dia menyebutkan, kasus stunting di Sidoarjo yang disebabkan gizi buruk jumlahnya lebih kecil dibanding mengonsumsi air tanah yang mengandung timbal. Ia mengatakan dalam Permenkes RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 dijelaskan kandungan timbal (Pb) dalam air yang aman untuk dikonsumsi sekitar 0,1 mg per liter.

"Catatan kami, bahwa stunting di Sidoarjo itu buka karena gizinya, tapi edukasi di masyarakat yang masih mengonsumsi air tanah," ucapnya.

 

Saksikan video pilihan berikut ini

Kasus Tertinggi

Dia mengatakan, air tanah di Sidoarjo ini kadar timbalnya tinggi sebagai konsekuensi menjadi daerah industri. Oleh karena itu, hal ini yang harus kita edukasi ke masyarakat lewat Germas.

Menurut dia, program edukasi stunting di masyarakat harus lebih dimaksimalkan. Sosialisasi hidup sehat, gizi cukup dan menghindari mengonsumsi air tanah.

"Jadi, polusi karbonnya tinggi," katanya.

Diketahui, dari 18 Kecamatan di Sidoarjo, dua kecamatan yang saat ini masih tinggi angka stunting-nya, yakni Kecamatan Jabon dan Krembung. Dia menyebutkan, secara keseluruhan ada 24 desa yang membutuhkan intervensi dari Pemkab Sidoarjo untuk menurunkan kasus stunting, salah satunya menjamin pemenuhan gizi anak.

“Sebanyak 24 desa itu akan kita intervensi secara gizi, tetapi sekali lagi saya sampaikan di Sidoarjo petanya bukan karena gizinya, tetapi karena masyarakat menyamakan dengan sekian tahun yang lalu menganggap air tanahnya masih bisa dikonsumsi. Ini yang akan kita edukasi,” tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya