Cegah Stunting, Edukasi Gizi Harus Jadi Prioritas di NTT

Tingginya angka stunting di Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi perhatian khusus bagi Dinas Kesehatan Kota Kupang dalam penanganan stunting.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Mar 2022, 17:48 WIB
Diterbitkan 16 Mar 2022, 12:31 WIB
Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU Erna Yulia Soefihara. (Istimewa)
Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU Erna Yulia Soefihara. (Istimewa)

Liputan6.com, Kupang - Tingginya angka stunting di Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi perhatian khusus bagi Dinas Kesehatan Kota Kupang dalam penanganan stunting.

Ahli gizi dari Dinas Kesehatan Kota Kupang Riris Yunita Damanik menyatakan, sudah seharusnya edukasi gizi menjadi prioritas di NTT, mengingat angka stunting sangat tinggi. Selain itu kebiasaan-kebiasaan masyarakat terkait gizi anak memang memgkhawatirkan.

Masih banyak anak yang belum 6 bulan tapi sudah diberi pisang dan bubur. Juga yang menjadi persoalan adalah ibu-ibu lebih suka memberi MPASI untuk anak berupa bubur instan, padahal banyak sumber pangan yang bisa di olah.

"Termasuk susu kental manis, masyarakat masih terbiasa menggunakannya sebagai minuman susu untuk anak,"ujarnya, pada acara sosialisasi dan edukasi oleh YAICI Bersama PP Muslimat NU di Kupang, Rabu (16/3/2022).

Riris juga mengatakan akan mendorong agar perhatian terhadap edukasi mengenai cara konsumsi susu kental manis menjadi perhatian dinas setempat karena selama ini belum ada sosialisasi mengenai bahaya konsumsi kental manis.

Erna Yulia Soefihara, Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU mengatakan, pihaknya akan terus  edukasi mengenai gizi kepada masyarakat terutama kader-kader NU. Sebab, pemahaman mengenai gizi berkaitan langsung dengan kesehatan anak dalam keluarga.

"Kita memang di NU sendiri tidak hanya konsen di bidang agama saja, tetapi juga di bidang pendidikan dan salah satunya kesehatan sehingga kami merasa bahwa stunting ini perlu ditangani bersama," jelas Erna.

 

Edukasi

Arif Hidayat, Ketua Harian YAICI menjelaskan, edukasi yang telah dilakukan adalah edukasi dan sosialisasi melalui kader, edukasi langsung ke masyarakat, penelitian hingga penggalian data langsung ke masyarakat yang mengkonsumsi susu kental manis.

“Persoalan-persoalan yang kami temukan di lapangan itu beragam. Ada yang orang tua memang tidak tahu mengenai kandungan susu kental manis, atau bahkan ada yang sudah tahu tapi masih memberikan susu kental manis untuk anaknya,” jelas Arif.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya