Liputan6.com, Jakarta Temuan sejumlah prasasti yang ada di Jawa Timur menjadi bagian dari catatan sejarah perkembangan peradan yang ada di Indonesia. Prasasti tersebut menunjukkan eksistensi dari kerajaan besar di Jawa Timur.
Secara teori, era kerajaan Hindu-Budha mulai terdengar sejak awal Masehi hingga abad 16. Seiring perkembangannya, sejumlah kerajaan besar di Jawa Timur pernah eksis di zamannya.
Informasi yang dirangkum dari berbagai sumber eksistensi kerajaan di Jawa Timur terbilang paling banyak. Para peneliti menyebut, peninggalan kerajaan di Jatim termasuk cukup banyak.
Advertisement
Baca Juga
Berikut beberapa kerajaan besar yang ada di Jawa Timur dirangkum dari berbagai sumber Liputan6.com:
Kanjuruhan
Kanjuruhan diyakini menjadi Kerajaan Hindu-Buddha tertua di Jatim. Bahkan, kerajaan tersebut muncul sekitar akhir abad ke-7 hingga pertengahan abad ke-8.
Dalam catatan sejarah Kerajaan Kanjuruhan yang berada di Malang tercatat kerajaan yang umurnya sama dengan Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat.
Bukti keberadaan adanya Kerajaan Kanjuruhan ditemukan pada prasasti Dinoyo pada 682 Saka atau 760 Masehi. Prasasti Dinoyo sendiri merupakan bagian dari peninggalan Kerajaan Kanjuruhan yang diidentifikasi berdiri pada abad 6 dan 7 Masehi.
Dirangkum dari berbagai sumber, raja-raja yang memimpin kerajaan Kanjuruhan yakni Raja Dewasimha, Sang Liswa yang akhirnya mendapat gelar Gajayana.
Di masa kepemimpinan Gajayana inilah kerajaan ini mengalami masa kejayaan. Kekuasaan kerajaan meliputi lereng timur dan barat Gunung Kawi, bahkan sisi barat kekuasaannya mencapai ke area Pegunungan Tengger Semeru.
Usai masa kepemimpinan Raja Gajayana yang meninggal, Kerajaan Kanjuruhan kemudian dipimpin oleh Pangeran Jananiya tak lain adalah menantu dari Gajayana.
Mataram Kuno
Kemunduran Kerajaan Kanjuruhan muncul setelah sekitar tahun 847 Masehi dimana Kerajaan Mataram Kuno yang berpusat di Jawa Tengah mengembangkan kekuasaannya di Jawa Timur. Perluasan kekuasaan Kerajaan Mataram Kini dibawah perintah Sri Maharaja Rakai Pikatan Dyah Saladu.
Kerajaan Mataram mulai menggeser pusat pemerintahannya di Jatim sekitar 929 hingga 1029 Masehi. Lokasi pusat pemerintahannya berpindah di beberapa daerah. Oleh sebab itu, peninggalan sejarahnya pun berpencar.
Saksikan video pilihan berikut ini
Kediri dan Singasari
Kekuasaan Kerajaan Kediri sangat luas hingga seluruh pulau Jawa dan sebagian Sumatera.
Raja-raja di Kerajaan Kediri merupakan keturunan dari Raja Airlangga. Raja Airlangga berkuasa di kerajaan Medangkamulan. Berdasarkan Kitab Negarakertagama, Airlangga kemudian memindahkan pemerintahan ke wilayah Kahuripan.
Kerajaan ini disebut dengan Panjalu dengan pusat pemerintahan berada di Daha. Airlangga memiliki dua putra yakni, Sri Samarawijaya dan Mapanji Garasakan.
Kedua putra Airlangga ini ternyata saling berebut kekuasaan. Untuk menghindari bentrokan pada tahun 1041, sehingga membuat Airlangga membagi kerajaannya menjadi dua.
Kerajaan tersebut adalah Jenggala atau Kahuripan) dan Panjalu atau Kediri. Kedua kerajaan ini dipisahkan oleh Gunung Kawi dan sungai Brantas.
Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan wilayah barat yakni Kerajaan Panjalu dengan pusat pemerintahan di kota Daha. Sementara Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan wilayah timur yang bernama Janggala dengan pusat pemerintahan di Kahuripan.
Kerajaan Panjalu akhirnya dikenal dengan nama Kediri, memiliki wilayah kekuasaan diantaranya Kediri dan Madiun. Sementara wilayah kekuasaan kerajaan Janggala meliputi daerah Malang dan delta sungai Brantas dengan pelabuhannya Surabaya, Rembang dan Pasuruhan.
Kerajaan Singasari
Kerajaan Singasari yang didirikan Ken Arok yang memiliki gelar Sri Rajasa Bathara Amurwabhumi sekitar 1222 hingga 1292 Masehi.
Sebelumnya, Ken Arok adalah seorang pengawal Tunggul Ametung yang menjabat sebagai seorang akuwu di Tumapel. Sosok Ken Arok yang haus kekuasaan membuatnya harus membunuh Tunggul Ametung dan menikahi istri cantiknya Ken Dedes.
Setelah bertakhta, Ken Arok mulai menjalin kerjasama dengan para Brahmana. Hal itu ditempuh Ken Arok untuk dapat menaklukkan Kerajaan Kediri yang dipimpin oleh raja Kertajaya.
Setelah menaklukkan Kerajaan Kediri, Ken Arok memindahkan pusat kerajaan di Singasari. Hingga saat ini kerajaan Tumapel dikenal dengan Kerajaan Singasari.
Advertisement
Majapahit dan Blambangan
Berlanjut Kerajaan Majapahit yang menguasai Jatim dari 1293 sampai 1527 Masehi. Kerajaan Majapahit didirikan Raden Wijaya (1293-1309). Setelah kematian Raden Wijaya, pimpinan pemerintahan diganti puteranya yakni Prabu Jayanegara (1309-1328) namun mengalami masa sulit karena pemberontakan di berbagai penjuru negeri.
Selanjutnya kerajaan ini mulai memasuki masa kejayaan diawali dengan pembacaan Sumpah Palapa oleh Mahapatih Gajah Mada pada masa pemerintahan Prabu Tribhuwana Tunggadewi (1328-1350) puteri dari Raden Wijaya dengan Gayatri Rajapatni.
Pada masa itu kegiatan perdagangan sangat luas tidak hanya meliputi nusantara namun sampai ke negara-negara di benua Asia sampai Afrika. Puncak kejayaan Kerajaan Majapahit adalah pada masa pemerintahan putera dari Tribhuwana yaitu Prabu Hayam Wuruk pada tahun 1350-1389. Kerajaan ini mulai mengalami kemunduran sepeninggal Prabu Hayam Wuruk dan mengalami kehancuran pada tahun 1518.
Kehancuran Majapahit menyebabkan Trowulan ditinggalkan dan menjadi hutan belantara sampai ditemukan oleh Wardenaar tahun 1815 yang ditugaskan oleh Raffles.
Kerajaan Blambangan
Berdasarkan catatan sejarah, Kerajaan Blambangan merupakan kerajaan Hindu terakhir di Jawa yang lahir pada 1295 atau dua tahun setelah Majapahit berdiri.
Raja Majapahit Raden Wijaya memberikan wilayah tersebut kepada Arya Wiraraja alias Adipati Sumenep dengan ibu kota Lumajang, sebab telah membantu perjuangan mendirikan Majapahit.
Dikutip dari Majalah Tempo edisi 13 September 2010, Kerajaan Blambangan terekam mampu bertahan hingga abad ke-18, setelah keruntuhan Majapahit pada abad ke-15. Namun, riwayatnya tidak pernah disebut dalam sejarah nasional Indonesia.
Hanya sedikit sejarawan yang meneliti Blambangan, peninggalannya pun bisa dihitung dengan jari. Riwayat kerajaan ini mayoritas berupa cerita rakyat yang kental dengan legenda atau mitos, seperti kisah Damarwulan Menakjingga yang kerap dibawakan dalam seni pertunjukan.
Peneliti dan dosen Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Jember, Edi Burhan Arifin mengatakan, bukti-bukti seperti prasasti Kerajaan Blambangan terbilang minim, sehingga silsilah para pemangku kekuasaannya pun nyaris tak terdeteksi.
"Kerajaan Blambangan adalah kerajaan terakhir yang ditaklukkan Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) Belanda dengan perlawanan paling gigih," tutur Edi melihat kembali historis Kerajaan Blambangan.
Eksistensi Kerajaan Blambangan berawal dari sebutan Balumbungan yang berarti lumbung. Blambangan merupakan pusat logistik yang kaya sumber daya alam dengan wilayah terbentang dari Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso, Jember, hingga Lumajang.
Atas dasar itu, Kerajaan Blambangan menjadi rebutan. Hal itu bisa dilihat dari upaya penaklukan atau pencaplokan Blambangan oleh banyak pihak. Mulai dari Kerajaan Majapahit, Mataram Islam, hingga VOC.