Liputan6.com, Jakarta- Setiap orang memilliki masalahnya sendiri, yang membuat mereka dapat terlihat beda di tengah perusahaan sehingga seringkali hal ini disembunyikan. Hal pribadi apa saja yang seringkali disembunyikan oleh karyawan dalam sebuah perusahaan?
Harvard Business review menyurvei lebih dari 3 ribu responden berstatus karyawan di lebih dari 20 perusahaan besar di Amerika Serikat. Responden tersebut mewakili varian usia, jender, etnis, orientasi seksual, dan tingkat senioritas. Berikut adalah rangkuman hasil survei tersebut sebagaimana dipublikasikan pada edisi Agustus ini.
1
Penampilan vs Latar Belakang Ekonomi
Ada pepatah jangan menilai seseorang berdasarkan penampilannya. Namun ada juga idiom dalam dunia kerja yang mengatakan, Penampilan menentukan kesuksesan seseorang.
Dari seluruh responden yang disurvei, sekitar 29 persen mengatakan bahwa mereka mengubah penampilan untuk membuat identitas ekonomi mereka tidak terlihat. Seperti pengakuan salah satu responden yang mengatakan, "Saya tumbuh di kalangan keluarga menengah ke bawah. Namun untuk bekerja, saya mengenakan pakaian yang bagus bukan hanya agar terlihat modis namun juga terlihat seperti dari keluarga berada."
Advertisement
2
Afiliasi
Sekitar 40 persen responden mengatakan bahwa tingkah laku umumnya diasosiasikan dengan identitas, dan sering dapat mencegah munculnya stereotip atau asumsi negatif.
Beberapa responden mengaku berhati-hati untuk tidak menyebutkan usia, atau mengenai pasangan dan pacar mereka untuk menghindari anggapan mengenai kelakuan atau selera mereka.
3
Advokasi
Sekitar 57 persen responden menghindari hal-hal yang dapat diasosiasikan dengan kultur atau ras mereka. Salah satu responden mengatakan bahwa meskipun ia ras Tionghoa, ia menghindari untuk berkomentar jika ada seseorang yang membuat lelucon mengenai ras Asia tersebut.
Advertisement
4
Asosiasi
Pergaulan kita ternyata juga dapat memengaruhi posisi di perusahaan. Hal ini diakui, dimana sekitar 18 persen responden membatasi pergaulannya terkait dengan hal tertentu. Misalnya, salah seorang responden membatasi pergaulannya dengan kelompok penderita kanker karena ia tidak ingin hal tersebut diasosiasikan oleh pihak perusahaan dengan status kesehatannya.
Namun, hal ini akan berbeda apabila si karyawan melakukan kerja sosial untuk kelompok para penderita kanker yang mana tidak mengganggu jam kerja. Selain masalah kesehatan, asosiasi lain juga dikaitkan dengan orientasi seksual.