Corak Artefak Purba Bakal Jadi Motif Batik Khas Subang

Penggiat budaya di Subang jadikan corak artefak purba, bejana perunggu, sebagai motif batik khas Subang.

oleh Liputan6 diperbarui 30 Jan 2015, 07:30 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2015, 07:30 WIB
Corak Artefak Purba Bakal Jadi Motik Batik Khas Subang
Penggiat budaya di Subang jadikan corak artefak purba, bejana perunggu, sebagai motif batik khas Subang.

Liputan6.com, Subang Menghadirkan kembali sejarah bangsa di tengah terpaan era modern perlu senantiasa dilakukan guna melekatkan identitas budaya suatu wilayah pada generasi berikutnya secara turun temurun. Hal itulah yang kini tengah diperjuangkan para penggiat budaya di Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Beberapa bulan terakhir, para penggiat budaya di Subang berusaha menjadikan corak artefak purba, bejana perunggu, sebagai motif batik khas Subang.

"Sebetulnya, penggunaan corak artefak purba ini (bejana perunggu) sebagai motif batik merupakan salah satu cara pengangkatan faktual sejarah sebagai identitas budaya," terang wakil dari komunitas budaya Ringkang Nonoman Subang, Nandang Kusnadar saat dihubungi Liputan6.com, belum lama ini.

Menurutnya, penerapan corak bejana perunggu ke dalam motif batik lebih kepada penyadaran diri tentang pentingnya pengetahuan pada budaya Subang itu sendiri. Terlebih lagi, bejana perunggu merupakan peninggalan sejarah yang diprediksi telah berusia lebih dari 2.000 tahun.

Ahli Prasejarah Balai Arkeologi Bandung, Lutfi Yondri menerangkan, bejana perunggu merupakan produk budaya prasejarah yang datang ke Indonesia di zaman logam, perunggu. Disebutkan datang dari luar Indonesia, karena dari simbolnya tampak sentuhan global yang bukan merupakan ciri artefak domestik.

"Fungsinya masih kami amati, sejauh ini bejana perunggu tampaknya digunakan sebagai benda upacara ritual para leluhur dengan corak simboliknya yang luar biasa," jelasnya.

Dia menerangkan, bejana perunggu merupakan produk budaya yang sangat langka. Dua artefak serupa sebelumnya ditemukan di Madura dan di Kerinci.

Bejana perunggu ditemukan di kampung Tangkil, Serangpanjang, Subang pada 2007.

"Ini merupakan bejana perunggu terbesar di Indonesia," katanya.

Semasa dengan bejana perunggu, di aliran sungai Ciasem, Subang, juga ditemukan manik-manik, kapak batu dan perunggu yang sangat beragam. Dia mengakui perlu penggalian lebih jauh untuk menemukan benda prasejarah lain di kawasan aliran sungai Ciasem.

Sementara bagi Nandang, penemuan bejana perunggu sekaligus menunjukkan bahwa Subang telah memiliki peradaban budaya yang sangat tinggi bahkan sejak ribuan tahun silam. Artinya, Subang telah terbangun jauh sebelum perusahaan perkebunan Pamanoekan en Tjiasemlanden (P&T Lands) yang selama ini dikenal sebagai titik nol sejarah budaya Subang.

"Berarti sangat penting mengenalkan identitas budaya Subang melalui motif batik bercorak sama dengan bejana perunggu. Itu berbeda jauh dengan P&T Lands yang lekat dengan kehidupan kuli-kuli kontrak," ungkapnya.

Nandang menjelaskan, bejana perunggu memiliki dua corak yaitu tumpal dan suluran. Tumpal berbentuk segitiga dengan simbol burung engang yang melambangkan `dunia atas`.

Lutfi juga menjelaskan interpretasi simbol yang ada di bagian luar bejana perunggu.

"Motif hias tumpal bermakna simbolik, sesuai konsep kesatuan kosmos, mikrokosmos (manusia), makrokosmos (semesta) dan metakosmos (alam lain) atau penggambaran dari sifat keduniaan menuju keTuhanan,” jelasnya.

Sementara bentuk lainnya, suluran, tampak seperti angka 69 dengan simbol kijang yang melambangkan `dunia bawah`. Suluran juga biasanya menggambarkan bagian pohon seperti akar, ranting, daun, tunas, biji atau pohonnya.

"Pohon memiliki makna simbolik bagian bawah tempat manusia hidup dan bagian atas tempatnya leluhur atau bisa juga Tuhan," katanya.

Tekait usulan menjadikan corak artefak purba sebagai motif batik khas Subang, Lutfi turut mengapresiasi gagasan tersebut. Terlebih dengan corak bejana perunggu yang sangat khas dan tidak dimiliki orang lain.

"Ini juga bisa dimanfaatkan untuk mendorong industri kreatif. Di Subang kan ada juga motif batik lain tapi tidak khas, motifnya bisa ada di mana saja. Beda dengan bejana perunggu yang khas dan potensial," tutur Luthfi.

Sejauh ini, Nandang mengatakan, Pemerintah daerah dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) menyambut positif dan memberikan dukungan besar akan kehadiran motik batik khas Subang yang diambil dari corak artefak purba tersebut. Rencananya ke depan, batik tersebut akan disebut dengan Batik Purba.

Sebelumnya, para penggiat budaya juga telah memberikan beberapa usulan pada Bupati Subang Ojang Sohandi terkait pengembangan motif batik tersebut. Seluruh rekomendasi termasuk menetapkan corak bejana perunggu sebagai motif batik khas Subang telah diterima Ojang dengan baik untuk kemudian ditindaklanjuti oleh Disbudpar setempat. 

Sementara itu, tokoh Masyarakat  Subang Ade Mulyana menuturkan, dengan diterimanya rekomendasi tentang motif Batik Purba oleh Ojang, itu berarti menumbuhkan harapan dapat dibangunnya sinergitas antara  masyarakat-pemerintah untuk bersama-sama membangun Subang.

"Salah satunya dengan menetapkan motif batik purba ini dan menjadikannya batik khas rakyat Subang," tandasnya.

Selanjutnya merupakan tugas para stake holder di  tataran teknis seperti Disbudparpora untuk segera menindaklanjuti disposisi Bupati terkait rekomendasi tersebut. (Siska Amelie F. Deil/Ars)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya