Liputan6.com, Jakarta Pernahkah Anda mendengar istilah 'ngasosi'? Jika Anda mengenal dekat kebudayaan Betawi, pastilah Anda sudah familiar dan tahu lebih dalam mengenai istilah tersebut.
Ngasosi adalah sebuah singakatan dari ngaji, solat (salat), dan silat yaitu sebuah prinsip hidup yang melekat dan menjadi ciri khas pemuda Betawi. Asal mula ngasosi adalah dari proses adaptasi kisah si Pitung, seorang pendekar ternama dari tanah Betawi.
Si Pitung merupakan tokoh yang sudah tak asing lagi dari cerita rakyat asli Betawi dan muncul dari kehidupan masyarakat Betawi pada masa kolonial Belanda. Si Pitung adalah sosok yang pintar, sopan, hormat pada guru dan orang tua, pembela kebenaran dan keadilan, jago silat, rajin beribadah, dan menjunjung nilai-nilai sesuai syariat Islam.
Advertisement
Berangkat dari tokoh si Pitung tersebutlah maka masyarakat Betawi memimpikan anak lelaki mereka menjadi atau mendekati gambaran sosok Si Pitung hingga lahirlah konsep ”Ngasosi”, yaitu ’Ngaji-Sholat-Silat”.
Keahlian silat sendiri merupakan keahlian khusus yang diajarkan turun menurun kepada para pemuda Betawi. Pemuda Betawi pada umumnya harus dapat membela diri agar dapat mempertahankan dirinya apabila bertemu dengan musuh. Banyak aliran silat yang termasuk dari jenis silat betawi, antara lain silat beksi, silat cingkrik, silat sabeni, dan masih banyak yang lainnya.
Sementara itu, ngasosi tidak berhenti pada si Pitung saja. Pada ajang bergengsi Abang dan None Jakarta pun pemuda yang terpilih menjadi finalis akan dikarantina dan diberikan berbagai pelatihan, salah satunya adalah ngasosi ini. Tentunya pemuda yang mengikuti ajang ini harus mengenal seluruh kebudayaan Betawi sehingga dapat memperkenalkannya kepada masyarakat luas. Salah satu pelatihan yang diberikan adalah latihan silat untuk para Abang yang terpilih. (Vina A. Muliana/Ars)