Inilah 'Candi Merah' Peninggalan Majapahit

Berbeda dengan candi Jawa pada umumnya, Candi Jabung dibangun dengan menggunakan batu bata merah dan batuan andesit.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 04 Jul 2015, 08:31 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2015, 08:31 WIB
Candi Jabung
Candi Jabung peninggalan Kerajaan Majapahit

Liputan6.com, Jakarta Di Dusun Jabung, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur berdiri sebuah candi dengan warna yang berbeda dengan candi Jawa pada umumnya. Candi yang dikenal dengan nama Candi  Jabung ini berlokasi di tengah pemukiman warga, dan dibangun di atas lahan seluas lebih dari 20.000 m2.

Berbeda dengan candi pada umumnya, struktur Candi Jabung dibangun menggunakan batu bata merah, sebagian yang lain dibangun dengan batuan andesit. Saat Tim Liputan6.com berkunjung, yang ditulis pada Jumat (3/7/2015), pengelola candi membeberkan sejarah mengenai keberadaan candi tersebut.

Candi Jabung merupakan candi bercorak Buddha yang dibangun untuk menghormati 3 Dewa dalam kepercayaan tersebut. Sedangkan nama ‘Jabung’ dipakai oleh warga sekitar, diambil dari nama pohon yang dahulu banyak ditemukan di sekitaran Candi Jabung.

Kitab Negarakertagama mencatat, Raja Hayam Wuruk diriwayatkan pernah mengadakan perjalanan ke timur pada abad 14, dan berhenti di suatu desa bernama Kelayu dengan maksud mengadakan upacara persembahan. Di lokasi inilah kemudian dibangun suatu bangunan bercorak Buddha bernama Sugata Prasista, yang kini dikenal dengan nama Candi Jabung. Dengan catatan tersebut, Candi Jabung diyakini sebagai candi peninggalan Kerajaan Majapahit.

Relief yang ada pada tubuh Candi Jabung

Secara struktur bangunan candi ini mempunyai ukuran panjang 13,11 meter dengan lebar mencapai 9,85 meter, dan tinggi 15,58 meter. Batu bata merah yang digunakan untuk membangun candi mempunyai ukuran panjang sekitar 15 cm, lebar 25 cm, dan memiliki ketebalan sekitar 7 cm.

Tubuh Candi Jabung dilengkapi dengan bilik berukuran 2,6 x 2,58 meter, dengan tinggi 5,52 meter. Di dalamnya terdapat altar yang ditempatkan arca pemujaan. Untuk menjaga kelestarian, tidak semua orang bisa masuk ke dalam bilik tersebut. Sementara pada sisi utara, timur, dan selatan tubuh candi terdapat pintu semu, yang seolah menjadi pintu masuk menuju bilik tempat arca pemujaan.

Sayangnya candi yang telah diresmikan oleh pemerintah sebagai Bangunan Cagar Budaya sejak 5 Nopember 1987 ini, bagian atapnya telah runtuh. Namun pihak pengelola meyakinkan, mengingat Candi Cabung bercorak Buddha, maka bagian atap candi diperkirakan berbentuk stupa. Keyakinan tersebut didukung oleh bagian atas Candi Jabung yang berbentuk lingkaran, sama persis dengan dudukan stupa pada umumnya.

(ibo/igw)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya