Liputan6.com, Jakarta Sri Langka sejak berabad-abad lampau telah menggoda banyak orang untuk datang. Bahkan Marco Polo menggambarkan negara ini sebagai pulau terbaik di dunia, sehingga mereka, orang-orang Eropa, India, dan Arab datang berbondong-bondong. Selain mengagumi keindahannya, para pelancong ini juga tertarik dengan laporan melimpahnya rempah langka, batu mulia, dan eksotika binatang liar.
Selain keindahan alam, Sri Langka juga menyimpan kebudayaan bahari yang menarik, salah satunya adalah cara unik masyarakat pesisir saat memancing ikan. Seperti dilansir dari roughguides.com, Jumat (3/7/2015), tradisi memancing masyarakat pesisir Sri Langka dilakukan dengan cara bergelantungan pada tiang penyangga yang ditanam di tengah laut.
Advertisement
Tradisi memancing dengan cara unik ini sudah ada sejak lama dan masih dipertahankan secara turun-temurun hingga saat ini. Bagi masyarakat pesisir yang bermukim di Distrik Galle, sebelah barat daya Sri Langka, tradisi memancing secara bergelantungan ini sudah ada sejak zaman perang dunia II.
Dengan alat pancing sederhana, mereka memancing dengan hanya menggunakan satu tangan, sementara tangan yang lain memegang tiang penyangga tubuh yang disebut dengan Petta. Saat mereka mendapatkan apa yang diinginkan, yaitu ikan dari jenis Mackerels dan Koraburuwa, wadah penampung ikan telah dipersiapkan dan diikat pada sisi tiang penyangga.
Di tengah kemajuan zaman dan modernisasi, yang mendorong orang-orang menggunakan berbagai peralatan canggih untuk menangkap ikan, masyarakat pesisir Sri Langka masih mempertahankan cara tradisional ini. Ekses positif dari kearifan lokal menangkap ikan dengan cara unik ini adalah terjaganya ekosistem laut. Mengingat jika menangkap ikan dengan cara menjala atau dengan teknik modern yang lain, ikan akan cepat habis, dan ekosistem laut bisa terganggu.
(ibo/igw)