Liputan6.com, Biak Festival Budaya Biak Munara Wampasi (BMW) di Biak, Papua, bakal digelar 1-4 Juli 2017. Di sini, Anda bisa melihat budaya asli orang Papua serta beragam keunikan yang membungkus kawasan di sekitar Biak.
“Yang ingin merasakan sensasi keindahan alam dan budaya Papua, silakan tonton Festival BMW di Biak,” kata Menpar Arief Yahya, Senin (19/6).
Kalau soal atraksi, Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua, memang luar biasa. Kawasannya dipagari panorama Laut Pasifik. Belum lagi gugusan Kepulauan Biak Numfor yang tertutup hutan hujan yang menyimpan jumlah terbanyak spesies burung endemik dan kekayaan bahari yang melimpah.
Advertisement
Wisata sejarahnya? Juga tergolong istimewa. Kepulauan ini sangat penuh dengan cerita sejarah. Mulai dari Kesultanan Tidore yang menguasai kepulauan ini pada awalnya, kemudian menjadi medan perang antara tentara Sekutu dan Jepang semasa Perang Dunia II, dan sempat dibombardir oleh Amerika Serikat pada 29 Mei 1944.
Selanjutnya, pada 2005 Pemerintah Rusia ingin menjadikan Biak sebagai lokasi peluncuran roket dan satelit karena lokasinya strategis. Bandara di Biak juga pernah disinggahi penerbangan Jakarta – Biak – Honolulu – Los Angeles,
namun ditutup akibat krisis moneter pada 1997.
“BIAK adalah kepanjangan dari Bila Ingat Akan Kembali. Sudah pasti wisatawan yang pernah datang ke sini akan kembali untuk menyaksikan keindahan Pulau Biak. Selain dekat dengan rumah hiu paus di Teluk Cendrawasih, hamparan atol, dan terumbu karang, Biak juga memiliki tempat-tempat indah yang sangat layak dikunjungi,” tutur mantan Dirut Telkom itu.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Biak, Turbey Ony Dangeubun, juga sirama dengan Menpar Arief Yahya. Dia menjamin, akan ada banyak keseruan yang bisa disaksikan di Festival BMW 2017. Yang suka nuansa mancing, ada kegiatan menangkap ikan tradisional di air laut yang surut (snap mor). Yang suka segala hal yang berbau wow, ada atraksi budaya berjalan di atas batu panas apen byaren. Dan yang suka bahari, ada lomba perahu tradisional waimansusu dan wisata ke objek di Kepulauan Padaido/Aimando serta lomba foto bawah laut
Dari data yang telah diterima dari panitia, lomba foto bawah laut dibanjiri peserta, baik dari dalam negeri maupun wisatawan mancanegara. "Sudah ada 39 peserta yang mendaftar. Lomba Foto Bawah Laut ini sangat istimewa karena digelar selama 5 hari. Peserta akan mendapatkan kesempatan menyelam sebanyak 5 kali untuk mengambil foto bawah laut terbaik," ujar Turbey yang juga diamini Kepala Bidang Wisata Budaya Asdep Segmen Pasar Personal Kemenpar Wawan Gunawan.
Yang bikin oke, para peserta lomba akan melakukan foto bawah laut tidak hanya di satu lokasi. Spot yang disiapkan banyak. Dari mulai Catalina Wreck, Pulau Wundi , Pulau Rurbas Kecil, Barracuda Point dan Pulau Owi, semua siap menyambut peserta lomba. Tidak hanya menyelam, tapi peserta juga akan diikutkan mengikuti tour wisata.
"Di hari terakhir, 4 Juli 2017, semua peserta akan ikut Land tour. Tiga lokasi wisata kami siapkan, Goa Jepang, Monumen Perang dunia Ke II, Goa 5 Kamar," paparnya
Yang hobi lari juga bisa ikutan happy. Karena di tengah acara, ada event lari Internasional Biak 10K yang siap menyapa. Dan di event ini, peserta lombanya juga datang dari luar negeri.
“Banyak yang rela antre karena rutenya eksotis dan menantang. Jalurnya melintasi crossborder Papua Nugini. Yang penasaran, silakan daftar. Dijamin bakal ketagihan," kata Turbey.
Untuk mendukung suksesnya festival BMW, Dinas Pariwisata Biak telah melibatkan manajemen pengelola bandara Frans Kaisiepo PT Angkasa Pura 1 untuk membantu promosi.
“Saya optimistis ajang festival BMW 2017 yang menyajikan berbagai atraksi budaya mampu menarik kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara ke Biak," pungkasnya
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuti didampingi Wawan Gunawan mengatakan, Kemenpar juga terus memberikan dukungan penuh kepada daerah yang mengedepankan calender eventnya dengan konsisten.
"Pastikan kekuatan konsep acara, keunikan, kuliner yang khas dan keramahtamahan masyarakat ditunjukkan kepada wisatawan,” kata Esthy yang juga diamini Wawan.
(*)