Liputan6.com, Jakarta Konser musik yang dikemas sebagai acara #MudikDiCrossborder Atambua berlangsung heboh. Di kawasan yang berbatasan dengan Timor Leste itu, suasana mudik terasa sangat menyenangkan. Saat memasuki H-2 Lebaran, Jumat (23/6) malam, Lapangan Simpang Lima Atambua dibalut Konser Musik Wonderful Indonesia Atambua.
Soal crossborder, Menpar Arief Yahya memang tak ingin asal-asalan. Menteri asal Banyuwangi itu makin intens mengangkat popularitas pariwisata di wilayah perbatasan. Tengok saja aktivitas promosi Wonderful Indonesia di Atambua, Nusa Tenggara Timur.
Juara Rising Star Indonesia Andmesh Kamaleng dan Mahadewi diboyong ke Atambua. Hasilnya, sekitar 6000 penonton dibuat terkesima. Masyarakat Atambua, Malaka, Timur Tengah Utara hingga wisman Timor Leste terlihat sangat senang. Semua menyisakan cerita indah di media sosial dan diviralkan kemana-mana.
“Tema festival crossborder yang bersamaan dengan #MudikdiCrossborder sangat mengena. Lihat saja semua happy. Terimakasih Kemenpar. Ini membuat Atambua makin terkenal di Timor Leste,” ungkap Bupati Belu Willybordus Lay, Jumat (23/6) malam.
Bupati Willy memang tak mengada-ada. Wonderful Indonesia Festival yang digelar di Atambua itu sukses membalut keintiman wisman Timor Leste dan warga di sekitar perbatasan. Kemasan acaranya pun sangat mumpuni. Tak ada lagi jarak yang memisahkan penonton dan artis yang tampil. Dari lighting, sound system, performa Andmesh dan Mahadewi, semua benar-benar wow. Inilah event penutupan Ramadan yang sangat fantastis.
“Ini sekaligus memberi gambaran betapa rukunnya kehidupan beragama di Atambua. Konser digelar setelah Tarawih setelah saudara-saudara muslim kami bisa beribadah dengan tenang. Setelah itu, semua gabung ke Lapangan Simpang Lima. Yang muslim, Katholik, Protestan, semua bergandengan tangan,” timpal Kadispar Belu Yohanes Prihatin.
Membalut wisata perbatasan lewat musik memang sangat mengena. Atambua yang tadinya sepi kini mulai dilirik wisman Timor Leste. Kota yang tadinya menjadi pusat penampungan pengungsi dari Timor Timur saat 1999 itu sudah naik kelas. Artis-artis tampil di sana tak lagi didominasi band-band lokal ataupun bintang kelas dua nasional. Semua sudah artis papan atas Indonesia.
Nuansanya mengarah ke Woodstock. Sebelum Woodstock digelar, orang tak ada yang mau melirik desa bernama White Lake yang terletak hanya beberapa puluh kilometer dari New York tersebut.. Tapi setelah digelar, festival bertema ”3 Days of Peace & Music” ini dihadiri ratusan ribu orang pengunjung. Desa White Lake mendadak menjadi destinasi wisata unggulan baru. Utamanya bagi penggemar musik. Keberhasilan inilah yang kini ingin ditiru Atambua.
“Musisi-musisi dan kesenian Indonesia indah dan menarik. Sama menariknya dengan pariwisata indonesia. Oleh sebab itu melalui Wonderful Indonesia crossborder Atambua ini kita perkenalkan keindahan Indonesia,” tutur Andriyatna Rubenta, Plt Asdep Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan Kemenpar.
Menpar Arief Yahya cukup bangga dan appreciate atas apa yang dilakukan tim crossborder Kemenpar. Tim yang diketuai Ni Putu Gayatri itu sukses menjadikan kota kecil Atambua membangun atmosfer pariwisatanya.
Advertisement
“Saya selalu bilang di mana-mana untuk menciptakan crowd memang perlu bahasa universal. Dan musik adalah salah satu jawabannya. Kekuatan musik sangat dahsyat. Apalagi yang datang band papan atas Indonesia yang lagu-lagunya sering diputar di radio-radio Timor Leste,” ujar kata Menpar Arief Yahya.
(*)