Liputan6.com, Jakarta Langkah Menteri Pariwisata Arief Yahya mendorong bandara Silangit di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara menjadi Bandara Internasional makin masuk akal. Selama semester pertama Januari-Juni 2017 jumlah penumpang yang datang via Silangit mencapai 124.000. Angkanya tumbuh lebih dari 300% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Tahun lalu 31.000 penumpang, sekarang ada 124.000 penumpang, angka kenaikannya sudah 300% lebih. Jadi dalam satu bulan tak kurang dari 20.000 penumpang. Prediksi kami sampai akhir tahun 250.000 penumpang, dan bahkan bisa mencapai 300.000 penumpang tahun ini," sebut Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin, Minggu (30/7).
Angka 124 ribu itu sendiri sudah over target, sebab proyeksinya masih di angka 100 ribu tahun ini. Pertengahan tahun sudah melewati batas proyeksi. "Data itu menunjukkan animo masyarakat ke kawasan wisata Danau Toba sangat tinggi," kata Muhammad Awaluddin yang asli Palembang itu.
Advertisement
Awaluddin mengungkapkan, saat ini sudah dua maskapai yang melayani penerbangan ke Silangit yakni Garuda dan Sriwijaya. Dan dalam waktu dekat akan menyusul Lion. "Dari pembukaan awal, Garuda terbang 3 hari seminggu, sekarang tiap hari dan Sriwijaya dengan pesawat Boeing 737-500 terbang 2 kali sehari," lanjutnya.
AP II juga terus mengebut pengerjaan pengembangan Silangit agar bisa dipakai sebagai bandara internasional pada September 2017 nanti. Kapasitas terminalnya ditargetkan bisa menampung 500.000 penumpang dalam setahun. Lima kali lipat dari proyeksi sebelumnya di batas 100.000 kapasitas penumpang,
"Runway bandara peninggalan Jepang tersebut diperpanjang dari saat ini 2.200 meter menjadi 2.650 meter. Kemudian lebar runway diperlebar dari 30 meter menjadi 45 meter," ujarnya.
Awal - sapaan akrab Awaluddin - mengatakan, peningkatan penumpang pasca menjadi bandara internasional akan diupayakan dengan menarik penumpang dari 3 hub bandara, yakni Bandara Changi Singapura, Bandara Internasional Kuala Lumpur, dan Bandara Suvarnabhumi Bangkok.
"Desain awal kan untuk domestik. Tapi kemudian Kementerian Pariwisata minta dikembangkan untuk mendukung pariwisata di Danau Toba. Yang membedakan dengan bandara domestik prinsipnya hanya penambahan fasilitas Bea Cukai, Karantina, dan Imigrasi," ucapnya.
Ada potensi besar yang bisa dicapai dari sini. Dan jurus andalan yang dikeluarkan adalah fokus ke pasar Singapura lewat maskapai. Setelah itu, menggiring wisman dari Kuala Lumpur, dan Bangkok. "Jadi wisatawan seperti dari China yang sudah lama di Bangkok bisa extend (memperpanjang) liburan ke Danau Toba," katanya lagi.
Berlibur ke Danau Toba, kini memang tak harus menempuh perjalanan jauh selama enam jam dari Medan. Proyeksi Awaluddin untuk menaikkan kapasitas bandara dan standar dunia itu sejalan dengan target Kementerian Pariwisata, untuk membangun akses ke destinasi prioritas di tanah air.
"Bandara Silangit memang kita bangun menjadi bandara Internasional karena Danau Toba sudah kita tetapkan menjadi destinasi pariwisata nasional. Tidak bisa lagi dari bandara Kualanamu, jaraknya ke Parapat terlalu jauh, kalau dari Silangit waktu tempuh cukup dua jam atau 1.5 jam,” kata Menpar Arief Yahya.
"Kalau ingin menjadi global standar, dan memiliki customers di global market, maka aksesnya pun harus international standar. Sehingga ada direct flight yang bisa langsung dari negara originasi ke destinasi prioritas itu,” ungkapnya.
Pria yang pernah menjadi Dirut PT Telkom ini menambahkan manajeman yang dikembangkan mengenal istilah utamakan yang utama dan jangan mengerjakan hal-hal lain yang bukan prioritas sebelum yang utama diselesaikan.
"Karena itu, membangun akses itu menjadi pekerjaan utama dan prioritas nomor satu saya saat ini," tandasnya
Danau Toba di Sumatera Utara memang menjadi salah satu dari 10 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) bersama Tanjung Kelayang di Bangka Belitung, Morotai di Maluku Utara, Tanjung Lesung di Banten, Wakatobi di Sulawesi Tenggara, Kepulauan Seribu di DKI Jakarta, Candi Borobudur di Jawa Tengah, Mandalika di Nusa Tenggara Barat, Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur dan Kawasan Bromo Tengger di Jawa Timur
Dalam waktu dekat, Bandara lain yang akan dinaikkan statusnya adalah Komodo Labuan Bajo, yang sampai sekarang masih berada di bawah pengelolaan Kementerian Perhubungan.
“Semua bandara yang masuk dalam pengembangan 10 Bali Bali, atau 10 Top Destinasi Prioritas, diproyeksikan menjadi international airports," pungkasnya.
(*)