Angkat Pariwisata Banyumas Lewat Film Satria

Film menjadi salah satu alat ampuh untuk mempromosikan pariwisata sebuah daerah. Mau bukti?

oleh Reza diperbarui 04 Okt 2017, 19:15 WIB
Diterbitkan 04 Okt 2017, 19:15 WIB
Akhir Pekan Jangan Nonton Film Sedih, Bikin Gemuk Lho
Film menjadi salah satu alat ampuh untuk mempromosikan pariwisata sebuah daerah. Mau bukti?

Liputan6.com, Jakarta Film menjadi salah satu alat ampuh untuk mempromosikan pariwisata sebuah daerah. Mau bukti? Film Laskar Pelangi berhasil membuka mata publik tentang keindahan Belitung.

Tanpa mengecilkan peran elemen lain, film yang diadaptasi dari novel laris karya Andrea Hirata itu sukses mengenalkan Belitung hingga mancanegara. Kini, ada lagi film yang bakal mengenalkan pariwisata, tepatnya di Banyumas, Jawa Tengah (Jateng).

Film bertajuk “Satria” bakal mengangkat berbagai hal tentang pariwisata Banyumas.Film yang diproduksi Ralia dan Gula Kelapa Pictures itu akan memulai shooting pada November mendatang.

Jika semua berjalan sesuai rencana, film itu akan ditayangkan pada Februari 2018 nanti.“Film Satria tidak hanya memunculkan pariwisata Banyumas yang sudah populer seperti Baturraden dan kuliner khas daerah tersebut. Namun, juga berusaha mengangkat industri pariwisata lain seperti curug (air terjun) maupun tempat-tempat wisata lain yang belum tereksplorasi dengan baik,” tutur produser Ralia Pictures Syamsul Masdjo Arifin, pekan lalu.

Beberapa artis nasional dipastikan membintangi film itu. Di antaranya, Rianti Cartwright, Yama Carlos, Jajang C Noor, dan Pong Harjatmo.

Untuk lebih menguatkan kesan lokal, film itu juga akan dibintangi pemeran asal Banyumas.Film itu berkisah tentang bocah laki-laki bernama Satria (Yama Carlos) yang lahir saat longsor di Banyumas.

Kedua orang tua Satria meninggal dunia dalam bencana itu. Satria akhirnya diasuh oleh neneknya.

Dia menjadi pemuda gagah berani yang memiliki jiwa patriot. Satria juga memiliki prestasi yang membanggakan. Saat menuntut ilmu di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Satria bergabung dengan tim search and rescue (SAR).

Menurut Masdjo, patriotisme Satria mewakili nama-nama besar yang lahir di Banyumas. Misalnya, Jenderal Gatot Subroto.Dia menambahkan, banyak hal yang bisa dieksplorasi tentang Banyumas.

”Banyumas dan sekitarnya memiliki kekuatan budaya dan kuliner yang tidak dimiliki daerah lain. Belum lagi tokoh-tokoh nasional banyak lahir dari Banyumas. Film Satria tidak hanya mengangkat budaya dan rasa nasionalisme, tapi juga memunculkan pariwisata Banyumas,” ujar Masdjo.

Sementara itu, Rianti mengaku sangat antusias bermain dalam film tersebut. Artis cantik kelahiran 22 September 1983 itu mengaku memiliki kesan mendalam tentang Banyumas.

"Film Satria ini kan shooting-nya di Banyumas. Kata orang tuaku, aku udah pernah ke Banyumas, tapi aku nggak ingat. Kalau nggak salah sekitar dua minggu kan di sana. Pasti di situ kan fokus shooting. Kalau ada waktu luang aku rencananya pengin jalan-jalan juga ke Baturraden dan sekitarnya," ucap Rianti.

Demi menghayati perannya, istri Cassanova Alfonso itu harus belajar banyak hal. Salah satunya belajar berbicara ngapak.“Ikut dalam film ini bikin saya harus banyak belajar budaya Banyumas. Biasanya sebelum shooting ada proses reading kemudian belajar logat,” tutur Rianti.

Di sisi lain, Bupati Banyumas Achmad Husein mendukung penuh pembuatan film itu. Menurut dia, film itu akan membuat Banyumas, khususnya sektor pariwisata, makin dikenal.

“Kami berharap film Satria bisa menjadi sarana promosi sosial budaya dan wisata Kabupaten Banyumas sehingga nantinya kunjungan wisatawan lokal dan mancanegara terus meningkat,” ungkap Achmad.

Menpar Arief Yahya menyebut, film adalah media komunikasi yang baik untuk menyampaikan pesan. Jika sukses, maka film bisa mengangkat destinasi pariwisatanya. Maka kualitas film yang dibuat harus tinggi, baik cultural value maupun commercial value.

 

 

(*)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya