Batal ke Cartenz, Tim 7 Summits in 100 Days Gapai Rantemario

Tim ekspedisi 7 Summits Indonesia in 100 Days harus membatalkan perjalanan ke Cartenz karena satu hal.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 14 Nov 2017, 10:30 WIB
Diterbitkan 14 Nov 2017, 10:30 WIB
Gunung Rantemario
Foto: Dok. Tim Ekpedisi 7 Summits in 100 Days.

Liputan6.com, Jakarta Gejolak keamanan yang terjadi di Papua membuat tim ekspedisi 7 Summits Indonesia in 100 Days batal mendaki Gunung Cartenz Pyramid. Tim ekspedisi yang terdiri dari mantan Menteri Pertanian Anton Apriyantono, Mila Ayu Hariyanti, dan Tri Hardiyanto harus berpikir cepat untuk mengubah dan mengatur kembali perencanaan demi menjaga kelancaran dan target tim yang sudah ditentukan.

Tri Hardiyanto, juru bicara tim ekspedisi 7 Summits Indonesia in 100 Days kepada Liputan6.com, Senin (13/11/2017) mengatakan, saat H-3 menuju pendakian ke Cartenz Pyramid, tim mendapat kabar terjadi gangguan keamanan di Papua, sehingga otoritas keamanan setempat melarang siapapun yang ingin melakukan pendakian ke Cartenz. Kebijakan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

“Akhirnya tim cepat memutuskaan pilih Rantemario sebagai puncak tertinggi selanjutnya dalam pencapaian. Setelah ini baru Kerinci, Rinjani, dan Semeru, sambil juga kita tunggu kepastian kondisi kemanan di Papua,” ungkap Tri.

Gunung Rantemario sendiri berada di kawasan Pegunungan Latimojong, Sulawesi Selatan, dengan ketinggian mencapai 3.478 meter di atas permukaan laut, dan menjadi puncak tertinggi di Pulau Sulawesi.

 

Gunung Rantemario
Foto: Dok. Tim Ekpedisi 7 Summits in 100 Days.

Semangat Hari Pahlawan

Gunung Rantemario
Foto: Dok. Tim Ekpedisi 7 Summits in 100 Days.

Tim ekspedisi berhasil menggapai puncak Rantemario dalam perjalanan pendakian selama dua hari satu malam. Dibanding dua puncak tertinggi yang berhasil digapai sebelumnya, tim menganggap karakteristik Gunung Rantemario lebih mudah.

Tri Hardiyanto mengatakan, ekspedisi pendakian dimulai dari Desa Karangan yang berada di ketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut.

“Tim memulai pendakian dengan menyusuri kebun kopi penduduk, baru masuk ke hutan, melintasi sungai-sungai jernih. Treknya lebih banyak terjal bebatuan,” ungkap Tri.

Setelah tujuh jam berjalan, tim sampai di pos 5 jalur pendakian. Di tempat ini, tim ekspedisi membuka tenda dan bermalam. Tepat dini hari, tim melanjutkan perjalanan selama tiga jam tanpa henti untuk mencapai puncak Rantemario.

“Pendakian kali ini menjadi sangat spesial karena bertepatan sama Hari Pahlawan. Kabut tebal suhu dingin sudah gak kita rasain, karena kita mau peringati Hari Pahlawan di puncak Rantemario,” ungkap Tri menambahkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya