Cerita Cinta Pandangan Pertama Perempuan Dayak pada Sorgum Flores

Gara-gara sepiring sorgum rebus bertabur parutan kelapa, seorang perempuan Dayak sampai berburu bibitnya hingga seantero Flores.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 18 Okt 2018, 02:00 WIB
Diterbitkan 18 Okt 2018, 02:00 WIB
[Bintang] Maria Loretha
Maria Loretha di tengah ladang sorgumnya, di Desa Likuotuden, Flores Timur, NTT. (Edy Suherli/Bintang.com)

Liputan6.com, Jakarta - Gara-gara sepiring sorgum rebus dari tetangga, Maria Loretha jatuh cinta. Perempuan keturunan Dayak Kanyatan itu menuturkan, saat itu sang tetangga memberinya sorgum rebus yang diracik dengan parutan kelapa.

Ia benar-benar terbuai dengan rasa sorgum saat itu. Sejak itulah, warga Flores Timur, NTT itu bertekad untuk menanam sorgum.

"Rasa sorgum yang pertama kali saya cicipi itu kok enak sekali. Saya sampai bertekad untuk menanamnya. Tapi di mana ya cari benihnya," tutur Mama Tata, sapaan akrabnya, pada rombongan DBS Live More Society Daily Kindness Trip, di ladang sorgum miliknya di Desa Likotuden, Flores Timur, NTT, Sabtu, 13 Oktober 2018.

Ia kemudian berburu benih sorgum seantero Flores. Setiap ada ladang yang ditanam sorgum, dia coba mendapatkan bibitnya.

"Kalau bisa diminta ya kami minta, kalau tak bisa ya kami beli," kata Mama Tata.

Betapa senangnya Mama Tata saat benih yang diidam-idamkan diperolehnya. Lahan yang sebelum dimanfaatkan untuk tanaman pangan lain macam padi dan jagung, sebagian ditanami sorgum.

Ternyata, hasilnya tidak mengecewakan. Bibit yang disemai tumbuh dan berbuah seperti yang diharapkan. Dengan kerja keras, ia berhasil membudidayakan sorgum pada 2007.

 

 

Mama Sorgum

[Fimela] Maria Loretha
Ladang sorgum Maria Loretha di Desa Likotuden, Flores Timur, NTT. (Edy Suherli/Fimela.com)

Mama Sorgum, gelar lain yang disematkan untuknya karena berhasil membudidayan tanaman sorgum di Flores Timur. Cerita keberhasilan Mama Sorgum kemudian merambah ke kabupaten-kabupaten lain di NTT, seperti Sikka, Ende, Nagekeo, Manggarai Barat, Sumba Timur, Rote Ndao, dan Lembata.

Momentum itu terjadi setelah dia mempresentasikan perjuangannya membudidayakan sorgum di hadapan petani NTT dalam sebuah pertemuan para petani. Banyak yang tertarik untuk mengikuti jejak Mama Tata membudidayakan sorgum.

Dalam momentum hari pangan sedunia (HPS) yang jatuh pada 16 Oktober 2018 ada pernyataan menarik dari Mama Tata. Ia menyatakan memperingati HPS itu enggak harus di dalam ruangan dan membuat seminar.

"HPS bisa dirayakan di mana saja, termasuk di ladang-ladang sorgum. Melihat langsung tempat petani pejuang penghasil pangan menumbuhkan empati dan simpati serta harapan baru untuk hari ini dan masa yang akan datang. Sorgum, food for the future," begitu kata Maria Loretha.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya