Kisah 2 Pendaratan Pesawat Darurat di Atas Air yang Hebohkan Dunia

Tak seperti insiden yang menimpa pesawat Lion Air yang jatuh di Karawang, upaya pendaratan darurat dalam dua kejadian berbeda bisa berujung selamat. Salah satunya terjadi di Indonesia.

oleh Komarudin diperbarui 31 Okt 2018, 20:45 WIB
Diterbitkan 31 Okt 2018, 20:45 WIB
Garuda Indonesia Bengawan Solo
Garuda Indonesia Bengawan Solo (Foto: AFP)

Liputan6.com, Jakarta – Duka mendalam masih menyelimuti dunia penerbangan di Tanah Air atas peristiwa jatuhnya pesawat Lion Air JT610 di Tanjung Karawang, Jawa Barat, Senin, 28 Oktober 2018. Hingga kini, belum ada korban yang teridentifikasi.

Kisah percobaan pendaratan pesawat di air jarang yang berhasil, seperti yang dialami Lion Air. Dalam sejarah penerbangan komersil dunia, hanya tercatat dua kejadian yang berujung bahagia. Pertama, pendaratan darurat pesawat US Airways 1549 di Sungai Hudson, Amerika Serikat, pada 15 Januari 2009. Kedua, pendaratan Garuda Indonesia GA421 pada 16 Januari 2002 di Sungai Bengawan Solo.

Usai menerbangkan pesawat rute Jakarta-Yogyakarta-Surabaya-Mataram dengan sukses pada 15 Januari 2002, Abdul Rozak bermalam di Mataram untuk kemudian terbang dengan jadwal dari Mataram-Surabaya-Yogyakarta-Jakata.

Saat terbang dari Surabaya ke Yogyakarta, pesawat yang membawa 54 penumpang pesawat yang dipilotinya terbang dalam kondisi hujan. Pesawat B737-300 registrasi PK-GWA yang dipiloti oleh Kapten Abdul Rozak itu kemudian menuju ketinggian jelajah 31.000 kaki.

Saat pesawat sampai di ketinggian 8.000 kaki, dan kedua mesin tak berhasil dihidupkan. Pilot melihat alur anak sungai Bengawan Solo dan memutuskan untuk mendarat di sana.

Chesley Sully Sullenberger

Chesley Sully Sullenberger
Chesley Sully Sullenberger (Foto: Mark RALSTON / AFP)

Sementara itu, Cheslye Sully Sullenberger adalah pilot yang mendaratkan pesawat Airbus A320 di Sungai Hudson. Ia berhasil menyelamatkan lebih dari 150 orang setelah mendaratkan pesawat dengan selamat pesawat Airbus A320 di atas sungai Hudson.

Sullenberger mengarahkan pesawatnya ke sungai setelah dua mesin pesawat mati usai ditabrak dengan sekelompok burung. Pesawat mengapung di atas air, 150 penumpang dan empat kru serta sang pilot keluar dari pesawat dan berdiri di atas sayap.

Chesley Sully Sullenberger maupun Abdul Rozak meraih pujian dari dunia. Mereka kemudian menuangkan pengalaman pribadinya itu lewat buku. Sullenberger menulis autobiografi dan cerita pendaratan pesawat berjudul Highest Duty, sedangkan Abdul Rozak menuliskan pengalamannya dalam buku Miracle of Flight.

Hingga saat ini, nama Chesley dan Abdul Rozak akan dikenang dalam ingatan publik dan dunia penerbangan.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya