Melancong ke Kampung Betawi Setu Babakan, Ada Apa Saja di Sana?

Murah, meriah, dan lengkap, melancong ke Kampung Betawi Setu Babakan bisa jadi alternatif wisata edukatif saat liburan sekolah.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 17 Jun 2019, 09:05 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2019, 09:05 WIB
Melestarikan Batik Betawi di Tengah Gempuran Printing
Perajin membuat batik tulis khas Betawi di rumah produksi Keluarga Batik Betawi, Setu Babakan, Jakarta Selatan, Minggu (10/3). Kain batik Betawi ini dijual seharga Rp 135 ribu hingga Rp 800 ribu per helai. (merdeka.com/Arie Basuki)

Jakarta - Akhir pekan kedua setelah Lebaran dimanfaatkan Dian Pertiwi, warga Jakarta keturunan Sumatera Barat dan Sumatera Selatan, melancong ke salah satu objek wisata budaya di Jakarta bernama Perkampungan Budaya Betawi.

"Tadi naik Transjakarta mini jurusan Blok M - Cipendak, ongkosnya cuma Rp3.500. Tadi bilang sama keneknya, mau turun di Kampung Betawi Setu Babakan, begitu," kata Wiwiek, sapaan Dian Pertiwi, dilansir Antara, Senin (17/6/2019).

Perkampungan Budaya Betawi adalah suatu kawasan di Jagakarsa, Jakarta Selatan tepatnya di area Setu Babakan yang buka dari jam 07.00 WIB sampai jam 18.00 WIB.

Perkampungan ini terkenal dengan komunitas Betawi yang ditumbuhkembangkan oleh budaya bercirikan ke-Betawian meliputi kesenian, adat istiadat, folklor, sastra, kuliner, pakaian, serta arsitektur.

Begitu setidaknya yang tertera pada pamflet berisi profil perkampungan budaya betawi yang dipegang Wiwiek. Wiwiek sebenarnya hanya tahu sedikit informasi soal perkampungan ini lewat sosial media.

Berjalan kaki, Wiwiek tak sedikit pun lelah menyusuri satu per satu tempat yang tertera di pamflet yang dibagikan gratis di lobi gedung utama perkampungan budaya Betawi di Zona A. Padahal, usia Wiwiek kini sudah kepala lima.

Bayangkan, luasnya area perkampungan sekitar 289 hektare yang dibagi menjadi empat zona yakni zona A, zona B (pengembangan), zona C (pulau buatan), dan zona embrio itu dijelajahinya satu per satu.

Ia sangat menyayangkan belum adanya fasilitas kendaraan umum yang dapat dipergunakan untuk berkeliling lokasi. "Tadinya saya lihat ada semacam odong-odong gitu terus saya naik, tidak tahunya itu rombongan arisan. Karena malu saya pun turun," ujarnya.

 

 

 

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Nonton Pagelaran

Perayaan HUT ke-50 Taman Ismail Marzuki
Kelompok sanggar Setia Warga dan Kampus Betawi memainkan Tari Topeng Betawi berjudul Sedapur dalam perayaan HUT ke-50 Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Rabu (7/11). Perayaan HUT TIM ini bertema Seni Bersama, Berama Seni. (Merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Zona A sebagai zona utama perkampungan terdiri dari area gedung utama, museum tekstil dan arsitektur betawi, serta gelanggang terbuka. Di zona tersebut, berjejer pengunjung yang tampak antusias menonton pagelaran tari topeng yang ditampilkan sanggar tari topeng Setia Warga.

Usut punya usut, pengunjung katanya bisa melihat beragam kesenian budaya Betawi yang diagendakan rutin pada akhir pekan (Sabtu-Minggu) di setiap bulannya.

"Jadi bukan cuma Tari Topeng saja ya?" tanya Wiwiek pada Roni, salah seorang staf Unit Pengelola Kawasan Perkampungan Budaya Betawi (UPK PBB) yang ditemuinya di area gedung utama.

"Selain topeng betawi, ada juga penampilan gambang kromong, Lenong, dan Komedi Betawi yang kita tampilkan dari jam 14.00 WIB sampai tutup pengunjung jam 18.00 WIB," jawab Roni.

Menurut Roni, setiap minggunya, sanggar kesenian Betawi yang ditampilkan berganti-gantian untuk memberi kesempatan "unjuk gigi" pada setiap sanggar di seluruh wilayah provinsi DKI Jakarta.

Roni mengatakan kalau kebijakan tersebut karena pengelolaan perkampungan budaya betawi berada di bawah instruksi pemerintah provinsi DKI Jakarta, bukan hanya Kota Administrasi Jakarta Selatan saja.

Pengelolaan perkampungan budaya Betawi sendiri merupakan tanggung jawab UPK PBB sejak Januari 2015, yang artinya baru berjalan selama empat tahun.

"Dulu pengelola yang lama terdiri dari 14 orang saja, mereka adalah tokoh Betawi yang diangkat Gubernur Sutiyoso sebagai penanggung jawab kawasan perkampungan budaya betawi hingga tahun 2014," ujar Roni.


Mancing Ikan Gratis

Melihat Progres Pembangunan Rumah Betawi di Setu Babakan
Pemandangan proyek pembangunan Perkampungan Budaya Betawi di tengah Setu Babakan, Jakarta, Kamis (3/1). Lokasi tersebut nantinya akan menjadi kawasan percontohan wisata halal. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Roni menambahkan kalau keempat belas orang tersebut sampai sekarang masih aktif sebagai dewan pengawas dengan nama baru yakni Forum Pengkajian dan Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi, pemimpinnya seorang purnawirawan TNI bernama Abdul Syukur.

"Selain zona A, ada juga zona embrio meliputi wilayah perkampungan betawi, Setu Babakan, dan Setu Mangga Bolong," ujar Roni.

Di sana bisa ditemui ragam aktivitas keseharian masyarakat Betawi seperti berdagang, bertani, menjala dan memancing. Kami pun sempat bertemu dengan salah seorang pemancing setempat bernama Saudi yang tengah asik memancing di Setu Babakan.

Menurut Saudi, memancing di Setu Babakan sangat ekonomis karena tidak dipungut biaya sepeser pun. "Ya, ikannya gratis, mau dibawa pulang juga boleh. Kita cuma modal umpan dan pancingannya saja," ujar Saudi.

Tampak Saudi sumringah karena hari itu ia sudah menangkap seekor lele. Lele itu ia masukkan ke dalam baskom.


Paket Lengkap

Melihat Pembangunan Kampung Betawi di Setu Babakan
Pekerja menyelesaikan pembuatan rumah Betawi di tengah Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Minggu (10/3). Pulau buatan yang berada di tengah Setu Babakan ini nantinya akan disulap menjadi destinasi wisata budaya Betawi. (merdeka.com/Arie Basuki)

Selain pemancing, Wiwiek juga sempat mampir ke warung pedagang sekitar Setu Babakan dan mencicipi jajanan khas Betawi, Kue Dongal, yang menurutnya rasanya seperti jajanan "gulo gulo tareh" di Sumatera Barat.

Selain kue dongal, ada juga bir pletok, kue sagon, dan lain-lainnya. Kisaran harga jajanan tersebut antara Rp 15.000 sampai Rp 35.000.

Selain wisata budaya dan wisata kuliner, pemerintah provinsi Jakarta tampaknya juga akan mengembangkan potensi wisata lainnya untuk perkampungan budaya betawi Setu Babakan dengan dibangunnya Zona B (pengembangan) dan Zona C (pulau buatan).

Wilayah yang sejuk udaranya serta masih asri ini ternyata menyimpan banyak potensi wisata untuk ditumbuh kembangkan.

Idealnya, para pelancong mengincar tempat rekreasi keindahan alam, murah, atau pertunjukannya. Namun, perkampungan budaya Betawi bagai paket lengkap sebuah tempat pariwisata.

Karena selain alamnya yang indah juga gratis biaya masuknya, tempat ini juga menawarkan banyak kebudayaan asli Jakarta yang sayang untuk dilewatkan.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya