Liputan6.com, Jakarta - Secara turun temurun, keluarga Batak selalu menanamkan cinta budaya kepada anak-anak mereka. Bukan hanya secara lisan, mereka juga diajarkan terjun langsung untuk membuat kain tenun Ulos.
"Wanita yang nggak menenun maka akan dianggap tidak cantik," kata Dame, salah satu penenun Batak daalam wawancara dengan Liputan6.com, Kamis, 3 Oktober 2019.
Bakat menenun seorang wanita di Batak menjadi acuan cantik tidaknya seorang wanita. Seorang penenun juga melambangkan kelembutan dan kesabaran hati seorang wanita.
Advertisement
Baca Juga
Dame telah belajar menenun ulos sejak usia 12 tahun. Lewat tenunan, wanita Batak belajar memahami filosofi kehidupan. Ada beberapa filososfi kehidupan dari motif tenun ulos yang ia tahu dan pernah dibuatnya.
Yang pertama ada Ulos Tuntuman Hasiksak. Pada zaman kerajaan, ulos ini hanya dimiliki oleh keluarga kerajaan.
Kebanyakan motif ulos tersebut dipakai sebagai ikat kepala (untuk laki-laki), atau ikat pinggang (untuk perempuan). Dasar kain tenun ulos biasanya berwarna putih, dengan corak warna merah dan sedikit sentuhan warna hitam yang biasanya dibentuk pola perempuan dan laki-laki khas ilustrasi Batak kuno.
* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp 5 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com di tautan ini.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Motif Ulos Langka
Ada pula motif ulos Siraranamarsimarta. Motif ini sangat khas dipakai wanita untuk melambangkan kecantikan. Pembuat motif ulos tersebut adalah penenun bernama Ompu Tohap.
Sayang, motif ulos ini hampir punah karena tidak ada penerus dari Ompu Tohap. Menurut masyarakat Toba, Ompu Tohap pindah ke aliran agama yang melarang Ulos. Sebelum meninggal, ia membakar semua ulos yang pernah dibuatnya sampai habis tak tersisa.
Akibatnya, tidak ada ulos Siraranamarsimarta asli yang bisa ditiru, melainkan hanya satu. Itu pun meniru desain yang ada di foto satu-satunya yang tersisa.
Motif ketiga dikenal sebagai Ulos Ragidup atau dikenal dengan ulos kehidupan atau pengharapan. Ulos ini melambangkan pengharapan seseorang. Biasa digunakan untuk penutup orang yang sudah meninggal atau baru lahir. Konon katanya, menurut legenda Toba, sebelum membuat ulos ini, penenun diwajibkan berjanji untuk setia menenun ulos ini dan tidak menenun ulos jenis lainnya.  (Ossid Duha Jussas Salma)
Advertisement