Liputan6.com, Jakarta - Layaknya bayi 10 bulan, seorang anak perempuan bernama Daisy Rainey memakai popok, mengisap dot, serta harus dibantu makan dan dipakaikan baju. Remaja 19 tahun ini bisa berjalan dan bergumam seadanya.
Tapi, ia selalu berada dalam risiko konstan kejang epilepsi parah. Orangtuanya, Annie dan Nick, bahkan memasang monitor bayi di kamar Daisy agar mereka tahu bila sang putri terbangun tengah malam.
Meski Daisy kuat secara fisik, sifatnya seperti bayi yang melakukan beragam hal sesuai keinginan. Selama hampir dua dekade, pihak keluarga terus mencari tahu apa sebenarnya yang diidap Daisy, namun belum juga mendapat diagnosa.
Advertisement
Baca Juga
Dari pengalaman ini, ibu Daisy menulis kisah haru berjudul Daisy Can't Talk. Di sana, ia mengungkap realita menyayat hati dalam membesarkan Daisy dan kegiatan apa saja yang dilakukan putrinya.
Annie pun bertutur akan kelakuan lucu putrinya, mulai dari kejadian pria dengan wajah memerah lari melihat Daisy makan steak, hingga ekspresi seorang dokter saat sang putri 'merusak' ruangan. Ia ingin membuat buku ini agar orang-orang tahu bagimana rasanya jadi seorang ibu yang merawat dan membesarkan anak seperti Daisy selama hampir 20 tahun.
Mengutip laman The Sun, Selasa, 1 September 2020, Annie mengatakan, "Saya akan mendengarkan orang berbicara tentang anak-anak mereka dan masalah di taman bermain, lalu saya hanya berpikir mereka benar-benar tidak paham."
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kondisi Belum Pernah Ditemukan
Saat Daisy berusia tiga tahun, Annie berpikir bahwa putrinya mengidap autisme. Ia pun berniat untuk segera memasukkan putrinya ke grup anak-anak autis. Tapi, Daisy ternyata tak tergolong demikian.
Pada dokter ahli saraf, Annie sempat meminta bantuan agar otak putrinya diperiksa menyeluruh dan mendapat perawatan tepat supaya bisa berbicara dan mengerti, setidaknya mirip seorang balita.
Keluarga Daisy yang lain tidak peduli dengan apa yang diderita sang remaja, namun ibunya tidak pernah berpikir untuk membiarkan Daisy pergi. Annie sendiri masih belum percaya dengan apa yang dialami putrinya selama hampir 20 tahun.
"Beberapa dokter spesialis yang kami temui menyebut kondisi Daisy sebagai sindrom Daisy karena mereka belum pernah menemukan kondisi serupa," katanya.
Seorang ahli syaraf yang sudah memonitor kondisi Daisy sejak berusia empat tahun mengatakan, keadaan sang pasien tak akan pernah bisa sepenuhnya dijelaskan. (Vriskey Herdiyani)
Advertisement