Kisah Penulis Cerpen Remaja Era 80-an yang Kini Jadi Pemilik Indekos di Yogyakarta

Lantas, apa kabar Wiwik Karyono sekarang? Di tengah pandemi Covid-19, ia ternyata meluncurkan sebuah novel berjudul Perempuan Limited Edition.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 03 Sep 2020, 14:36 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2020, 12:30 WIB
Wiwik Karyono
Wiwik Karyono meluncurkan novel Perempuan Limited Edition

Liputan6.com, Yogyakarta- Nama Wiwik Karyono rajin menghiasi lembar cerpen majalah remaja pada 1980-an. Ketika itu ia menempuh pendidikan tinggi di sebuah universitas swasta terkemuka Yogyakarta.

Karya-karyanya yang bertema roman bertengger di Anita Cemerlang, Gadis, Hai, Aneka, dan Ceria. Kekhasannya pun tampak dari konsistensi penggunaan nama Nadia sebagai tokoh utama.

Lantas, apa kabar Wiwik Karyono sekarang? Di tengah pandemi Covid-19, ia ternyata meluncurkan sebuah novel berjudul Perempuan Limited Edition. Novel keempat setelah Galau (2003), Pacarku Ibu Kosku (2005), dan Terjebak Sebuah Janji (2013).

Perempuan berusia 59 tahun ini sebenarnya sudah mulai menulis Perempuan Limited Edition sejak 2016. Namun, memang sempat terhenti.

“Terhenti karena waktu itu saya kalau menulis sebenarnya nunggu mood,” ujar pemilik nama lengkap Wiwik Karyaningsih di Yogyakarta, Rabu (2/9/2020).

Tulisan dalam Perempuan Limited Edition pernah dimuat bersambung di sebuah koran lokal Yogyakarta. Ide untuk membukukan tulisannya itu muncul sebagai bentuk mengenang salah satu anak indekosnya yang menyuruh Wiwik untuk menuliskan kisah itu.

Novel terbarunya ini bercerita tidak sepenuhnya fiksi, karena ada sebagian kisah yang pernah dialaminya. Ketika itu adiknya meninggal dunia dan Wiwik menjadi ragu terhadap keberadaan Tuhan.

Dalam perjalanannya, ia justru merasa Tuhan sangat menyayanginya. Beragam mukjizat hadir di kehidupannya, termasuk ketika sang anak mengalami kecelakaan dan tetap selamat tanpa luka berarti, padahal motornya hancur.

“Buku ini ingin mengajak orang untuk tidak kecewa dengan keadaan. Selama percaya dengan Tuhan, kita pasti dipelihara Tuhan,” ucapnya.

Novel Perempuan Limited Edition bisa diperoleh dengan cara memesan. Ia mengaku tidak berorientasi terhadap keuntungan atau komersial saat membuat novel.

Bagi Wiwik, menulis sebagai katarsis untuk merenungkan permasalahan. Sementara sebagai sebuah produk untuk dibaca, ia ingin tulisannya bisa memberi semangat pembaca.

Di dalamnya, terdapat kalimat-kalimat yang mendorong orang untuk lebih bergairah dan menikmati hidup. Bahkan, perempuan kelahiran 59 tahun silam yang saat ini memiliki indekos di Yogyakarta ini juga kerap menjadi tempat curhat teman-temannya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya