Liputan6.com, Jakarta Dian Sastro, aktris berbakat yang popular karena perannya di film Ada Apa Dengan Cinta?, berbagi pengalaman berharga dalam mendidik putranya, Shailendra Naryama Sastraguna Sutowo, yang didiagnosis autis sejak bayi. Perjuangan Dian menghadapi tantangan ini menjadi inspirasi bagi banyak orang tua dengan anak berkebutuhan khusus. Kisahnya menunjukkan sebarapa penting deteksi dini, intervensi intensif, dan dukungan keluarga dalam perkembangan anak autis.
Perjalanan Dian Sastro dalam membesarkan Shailendra dimulai dengan deteksi dini gejala autisme pada usia delapan bulan. Saat itu, buah hatinya menunjukkan beberapa tanda yang mengkhawatirkan, seperti kurangnya interaksi sosial dan komunikasi. Dian langsung bertindak cepat dengan membawanya ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan memulai terapi yang tepat.
Berkat kesigapan dan ketekunan Dian, Shailendra kini telah tumbuh menjadi anak yang mampu bersekolah dan bersosialisasi dengan baik. Kisah sukses ini membuktikan bahwa dengan penanganan yang tepat, anak autis dapat berkembang secara optimal. Berikut ini beberapa strategi yang diterapkan Dian Sastro dalam mendidik Shailendra.
Advertisement
Gejala Autis yang Dialami Shailendra
Dian Sastro pertama kali menyadari adanya perbedaan pada Shailendra saat usianya delapan bulan. Ia memperhatikan bahwa putranya tidak menunjukkan ketertarikan pada orang lain, jarang melakukan kontak mata, dan tidak pernah menunjuk sesuatu yang diinginkannya. "Sebagai orang tua baru, kita enggak punya tolak ukur anak yang ideal itu seperti apa. Jadi kita pikir semua hal yang mencurigakan itu normal. Tapi dari tujuh tanda anak autis yang ada, anak saya punya tujuh-tujuhnya," ungkap Dian.
Gejala-gejala tersebut menjadi pertanda awal bagi Dian untuk mencari bantuan profesional. Ia menyadari pentingnya deteksi dini dalam penanganan autisme. Dengan segera membawa Shailendra ke dokter, Dian membuka jalan bagi intervensi dini yang terbukti efektif dalam perkembangan anak.
Pengalaman Dian Sastro ini menekankan pentingnya kewaspadaan orang tua terhadap tanda-tanda autisme pada anak. Deteksi dini sangat krusial untuk memberikan intervensi yang tepat dan memaksimalkan potensi perkembangan anak.
Advertisement
Cara Dian Sastro Mendidik Anak Autis
Setelah mendapatkan diagnosis autis, Dian Sastro dan keluarga langsung menerapkan berbagai strategi untuk membantu Shailendra berkembang. Salah satu strategi yang diterapkan adalah terapi intensif hingga usia lima tahun. Jenis terapi yang dilakukan tidak disebutkan secara spesifik, namun hasilnya sangat positif.
Selain terapi, Dian juga fokus pada pelatihan keterampilan berbicara. Keluarga kompak menerapkan aturan untuk tidak memberikan apa yang Shailendra inginkan sebelum ia memintanya dengan kata-kata. "Zaman sekarang anak-anak punya banyak nanny. Jadi anak belum bisa meminta, dia udah dikasih duluan. Akhirnya saya sepakat sama keluarga besar untuk tidak memberikan apa pun sampai dia meminta dengan berbicara," jelas Dian.
Strategi ini, yang merupakan implementasi arahan terapis, terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan komunikasi Shailendra. Dukungan penuh dari keluarga besar juga menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan Shailendra.
Terapi Anak Autis: Intervensi Dini dan Terapi Intensif
Intervensi dini menjadi kunci keberhasilan Dian Sastro dalam mendidik Shailendra. Sejak menyadari adanya perbedaan pada usia delapan bulan, Dian langsung membawanya ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan memulai terapi. Hal ini sangat penting karena intervensi dini terbukti efektif dalam membantu anak autis.
Shailendra menjalani berbagai terapi intensif hingga usia lima tahun. Meskipun jenis terapi yang dilakukan tidak disebutkan secara detail, ketekunan Dian dan keluarga dalam menjalani terapi ini memberikan hasil yang signifikan. Setelah usia lima tahun, terapi dihentikan dan digantikan dengan kegiatan ekstrakurikuler.
Terapi yang tepat dan konsisten sangat penting dalam membantu anak autis mengembangkan kemampuannya. Orang tua perlu bekerja sama dengan tim profesional, seperti dokter spesialis anak, terapis wicara, dan terapis okupasi, untuk menentukan jenis terapi yang paling sesuai dengan kebutuhan anak.
Advertisement
Dukungan Keluarga dan Lingkungan
Dukungan keluarga dan lingkungan sangat penting dalam mendidik anak autis. Dian Sastro melibatkan seluruh keluarga besar dalam proses mendidik Shailendra. Mereka kompak menerapkan strategi yang sama, menciptakan lingkungan yang konsisten dan suportif.
Keberhasilan Dian juga tidak terlepas dari peran suami yang awalnya ragu dengan diagnosis autis. Namun, dengan kesabaran dan konsistensi Dian, suaminya akhirnya mendukung penuh proses terapi dan pendidikan Shailendra. Dukungan keluarga yang kuat menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi Shailendra.
Lingkungan yang suportif dan konsisten sangat penting bagi perkembangan anak autis. Sekolah, teman sebaya, dan komunitas juga dapat berperan penting dalam memberikan dukungan dan kesempatan bagi anak autis untuk berinteraksi dan berkembang.
Mengganti Terapi dengan Kegiatan Ekstrakurikuler
Setelah Shailendra tidak lagi memerlukan terapi, Dian Sastro mengalihkan fokus pada kegiatan ekstrakurikuler. Shailendra mengikuti les basket dan renang untuk mendukung perkembangannya secara holistik. Kegiatan ini membantu Shailendra meningkatkan kemampuan fisik, koordinasi, dan juga bersosialisasi.
Kegiatan ekstrakurikuler tidak hanya bermanfaat untuk perkembangan fisik, tetapi juga dapat meningkatkan kepercayaan diri dan kemampuan sosial anak autis. Penting untuk memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kemampuan anak agar ia dapat menikmati proses belajar dan berkembang.
Dian Sastro menekankan pentingnya penerimaan dan kesabaran orang tua dalam menghadapi anak berkebutuhan khusus. Meskipun perjalanan mendidik Shailendra penuh tantangan, Dian tetap konsisten dan sabar dalam menghadapi setiap perkembangan putranya. Penerimaan dan kesabaran adalah kunci keberhasilan dalam mendidik anak autis.
Advertisement
