Liputan6.com, Jakarta - Pihak berwenang di Abu Dhabi mengirim memo yang menginstruksikan semua hotel di kota itu untuk menawarkan pilihan makanan halal, dalam hal ini makanan koshner, termasuk minuman. Hal itu untuk mengantisipasi lonjakan wisatawan Israel dan Yahudi menyusul perjanjian perdamaian penting antara Israel dan Uni Emirat Arab.
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Abu Dhabi menjanjikan komitmennya untuk melayani semua pengunjung dan turis di Abu Dhabi. Mereka juga menyarankan manajer hotel di ibu kota Uni Emirat Arab untuk memasukkan pilihan makanan halal pada menu layanan kamar dan di semua gerai makanan dan minuman di tempat mereka, dilansir dari New York Post, Kamis, 10 September 2020.
Advertisement
Baca Juga
Departemen itu juga menginstruksikan semua hotel untuk mendapatkan sertifikasi halal dalam penanganan makanan halal. Mereka juga diminta untuk menetapkan area di semua dapur untuk persiapan makanan halal.
Pengumuman itu datang hanya beberapa hari sebelum Israel akan bergabung dengan Uni Emirat Arab pada upacara Gedung Putih pada 15 September 2020 untuk menandatangani perjanjian perdamaian diplomatik yang dikenal sebagai Abraham Accord. Perjanjian tersebut diklaim sebagai upaya menormalkan hubungan di wilayah tersebut.
Rabbi Levi Duchman yang berbasis di Dubai, mengatakan langkah itu akan membuka jalan bagi jutaan turis Yahudi untuk mengunjungi UEA tersebut. "Menjadi satu-satunya Rabbi yang tinggal di UEA, saya sangat bangga dengan UEA karena mereka membuka pintu bagi komunitas Yahudi di seluruh dunia," katanya, seperti dikutip dari The National, Kamis, 10 September 2020.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tiga Elemen
Pembukaan itu juga tak hanya akan mendorong orang Israel untuk datang, tetapi juga orang Yahudi dari banyak negara lain, seperti turis Yahudi dari Paris, dari New York, dari London, dari Afrika Selatan, dari Australia. Kata halal berarti makanan yang layak untuk dikonsumsi.
Sederhananya, makanan disiapkan sesuai dengan hukum yang berhubungan dengan makanan Yahudi. Misalnya, Taurat mengizinkan orang Yahudi untuk memakan hewan darat yang "mengunyah makanan mereka dan memiliki kuku terbelah". Itu termasuk hewan seperti sapi, domba dan kambing, tapi tak termasuk babi.
Ada tiga elemen utama makanan halal, kata Rabbi Duchman. Pertama, daging tertentu halal, sedangkan sayuran semuanya. Orang yang makan halal tidak mencampurkan daging dan produk susu, artinya tidak bisa makan makanan seperti burger keju.
Kedua, semua dapur halal memiliki area terpisah untuk menyiapkan makanan untuk memastikan tidak ada kontaminasi silang. Ketiga, pengawasan. Beberapa restoran membutuhkan pengawasan penuh waktu, sementara beberapa membutuhkan lebih sedikit.
"Biasanya kami akan memiliki dapur terpisah dan kami akan meminta tim halal kami datang untuk memastikan isinya halal, menghindari kontaminasi silang, dan mengawasi," katanya.
Advertisement