Liputan6.com, Jakarta - Dengan ragam makanan tradisional, di mana beberapa di antaranya bahkan mendunia, penduduk Jepang justru punya preferensi menu unik saat Natal. Bukan daging kobe nan lembut, pun sushi buatan tangan, mereka memilih menyantap menu jaringan restoran cepat saji, KFC.
Melansir laman CNN, Jumat (25/12/2020), hari tersibuk KFC Jepang bahkan biasanya jatuh setiap 24 Desember, di mana mereka menjual sekitar lima hingga 10 kali lebih banyak dari hari-hari biasa.
"Menjelang Natal, iklan KFC diputar di TV dan terlihat sangat enak. Kami memesan lebih awal, lalu pergi ke toko pada waktu yang ditentukan untuk mengambil keranjang kami," kata Naomi, seorang warga Hokkaido. "Mereka yang tak memesan (lebih dulu) akan terjebak dalam antrian panjang selama berjam-jam."
Advertisement
Baca Juga
Lalu, bagaimana dan mengapa ayam goreng akhirnya identik dengan Natal di Jepang? Kisah ini harus ditengok mundur beberapa dekade. Setelah periode penghematan setelah Perang Dunia II pada 1940-an dan 50-an, ekonomi Jepang mulai lepas landas.
"Kekuatan ekonomi Jepang sedang 'menembus atap' dan orang-orang punya uang untuk menikmati budaya konsumen pertama kalinya," kata Ted Bestor, profesor Antropologi Sosial di Universitas Harvard yang telah mempelajari makanan dan budaya Jepang selama 50 tahun terakhir.
"Karena Amerika Serikat adalah pusat kekuatan budaya saat itu, ada minat besar pada mode barat, makanan, dan perjalanan ke luar negeri. Jepang benar-benar terbuka," imbuhnya.
Saat tinggal di pusat kota Tokyo pada awal 1970-an, Bestor ingat melihat banyak waralaba asing bermunculan, seperti Baskin-Robbins, Mister Donut, dan The Original Pancake House. Selama periode ini, yakni 1970--1980, industri makanan cepat saji Jepang berkembang 600 persen, menurut Colonel Comes to Japan, sebuah film dokumenter 1981 yang disutradarai John Nathan.
KFC, yang saat itu dikenal sebagai Kentucky Fried Chicken, jadi bagian dari 'paket modernisasi' tersebut. Mereka membuka gerai Jepang pertama di Nagoya pada 1970. Hingga pada 1981, waralaba tersebut telah membuka 324 gerai, lebih dari 30 outlet setahun, dan menghasilkan sekitar 200 juta dolar Amerika per tahun, menurut dokumenter tersebut.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Dipengaruhi Ragam Faktor
Natal sendiri merupakan hari libur sekuler di Jepang, dan pada era 1970-an, banyak orang tak membentuk tradisi Natal keluarga. Di situlah KFC masuk. Perusahaan makanan cepat saji itu meluncurkan kampanye pemasaran "Kentucky untuk Natal" pada 1974.
Beberapa laporan mengatakan bahwa Takeshi Okawara, yang mengelola KFC pertama di negara itu dan kemudian jadi CEO KFC Jepang, memasarkan ayam goreng sebagai makanan Natal tradisional Amerika untuk meningkatkan penjualan.
Namun, menurut KFC Jepang, Okawara pergi ke pesta Natal dengan berpakaian seperti Santa. Ketika anak-anak menyukainya, ia melihat peluang bisnis. Sementara itu, pada 2017, pembawa acara The Rising Sun Show, acara TV yang diproduksi US Army Garrison Japan Public Affairs, mewawancarai seorang meister KFC yang mengungkap narasi berbeda.
Ia mengatakan bahwa konsep tersebut muncul setelah pelanggan asing bertanya pada KFC untuk mengantarkan ayam goreng dengan kostum Sinterklas pada hari Natal.
Demi mencatat kesuksesan yang bertahan lama, memberi kredit semata pada iklan pintar tak akan sepenuhnya adil. Pembentukan tradisi ini juga dapat dikaitkan dengan kompatibilitas KFC dengan norma budaya setempat.
Misal, Bestor mengatakan menu KFC mirip dengan hidangan tradisional Jepang populer yang disebut karaage, yakni potongan daging kecil yang digoreng dengan tepung panko, seperti ayam atau ikan.
"Dalam profil rasa, Kentucky Fried Chicken bukanlah peregangan. Ini bukan rasa baru atau sesuatu yang harus dibiasakan orang," katanya.
Demikian pula dengan tradisi berbagi pesta barel ayam goreng, selada kol, dan kue yang sangat cocok dengan budaya makan Jepang. "Bisa berbagi makanan adalah praktik sosial yang penting di Jepang. Jadi, seember ayam goreng rasanya tak asing dan memenuhi keinginan untuk makan bersama," tambahnya.
Advertisement