Liputan6.com, Jakarta - Sekitar 200 dari 420 turis Inggris telah melanggar aturan karantina setelah melarikan diri dari resor ski di Swiss. Melansir laman Mothership Singapore, Selasa (29/12/2020), terhitung 21 Desember 2020, otoritas Swiss mengumumkan bahwa mereka yang telah tiba dari Inggris sejak 14 Desember harus dikarantina selama 10 hari.
Pengumuman ini muncul setelah ditemukannya varian baru COVID-19Â di Inggris yang diyakini lebih menular. Verbier, desa pegunungan di Swiss Bagnes, memang populer di kalangan turis Inggris.
420 pengunjung dari Inggris berada di sebuah resor ski di Verbier dan mereka telah diperintahkan untuk menjalani swakarantina, menurut The Guardian. Tapi, beberapa di antaranya tak mengindahkan aturan tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Sebagian memutuskan segera pergi. Sementara yang lain sempat dikarantina sebentar sebelum melarikan diri, berdasarkan laporan France24. Menurut keterangan Jean-Marc Sandoz, juru bicara wilayah Bagnes, turis Inggris ini melarikan diri saat malam hari.
South China Morning Post melaporkan bahwa beberapa turis Inggris ini muncul kembali di Prancis. Kepergian pengunjung Inggris baru diketahui setelah mereka gagal menjawab panggilan ke kamar atau membiarkan makanan di luar kamar tak tersentuh.
Kurang dari 10 orang masih dikarantina di resor, kata Sandoz. Sisanya telah pergi atau waktu karantina mereka akan kedaluwarsa.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tak Bisa Menyalahkan
Sandoz menjelaskan, turis Inggris itu merasa "terjebak" saat menjalani swakarantina. Dalam insiden ini, ia mengaku tak bisa menyalahkan para pelancong yang akhirnya melarikan diri tersebut.
"Dalam banyak kasus, karantina tidak dapat dipertahankan. Bayangkan empat orang tinggal di kamar hotel seluas 20 meter persegi," katanya.
Selain itu, dilaporkan lupa adanya kebencian xenofobia terhadap turis Inggris di resor. SonntagsZeitung menulis bahwa siapa pun yang bisa berbahasa Inggris dianggap "mencurigakan."
Advertisement