IDI: Varian Baru Virus Corona COVID-19 Lebih Mudah Menular tapi Tak Lebih Mematikan

IDI mengungkapkan bahwa kemungkinan besar, varian baru virus corona COVID-19 yang pertama kali diidentifikasi di Inggris tidak akan mempengaruhi efektivitas vaksin yang tengah dikembangkan

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 29 Des 2020, 13:00 WIB
Diterbitkan 29 Des 2020, 13:00 WIB
Virus Corona COVID-19 dari Mikroskop
Gambar menggunakan mikroskop elektron yang tak bertanggal pada Februari 2020 menunjukkan virus corona SARS-CoV-2 (oranye) muncul dari permukaan sel (hijau) yang dikultur di laboratorium. Sampel virus dan sel diambil dari seorang pasien yang terinfeksi COVID-19. (NIAID-RML via AP)

Liputan6.com, Jakarta Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengatakan bahwa meski virus corona penyebab COVID-19 varian baru lebih menular, namun para ilmuwan yakin bahwa mereka tidak lebih mematikan.

Zubairi Djoerban, Ketua Satgas COVID-19 IDI virus corona varian baru yang pertama kali diidentifikasi di Inggris memang dilaporkan 71 persen lebih mudah menular.

"Para ahli amat sangat yakin bahwa memang virus B117 amat sangat mudah menular, namun tidak lebih mematikan. Sekali lagi, tidak lebih mematikan," kata Zubairi dalam dialog virtual dari Graha BNPB pada Selasa (29/12/2020).

Zubairi juga mengatakan bahwa tes PCR yang saat ini digunakan, masih mampu untuk mendeteksi virus SARS-CoV-2 varian baru. Hal ini mengingat mutasi virus corona baru ini cukup signifikan dan sempat diduga dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR).

"Mungkin kalau gampangnya virus itu dianggap orang, PCR itu bisa mendeteksi kepala, baju, sama kakinya. Sekarang virusnya ganti baju, tetapi PCR tetap mampu mendeteksi kepala sama kakinya."

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita. 

 

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

Tetap Harus Waspada

Virus Corona COVID-19 dari Mikroskop
Gambar menggunakan mikroskop elektron yang tak bertanggal pada Februari 2020 menunjukkan virus corona SARS-CoV-2 (kuning) muncul dari permukaan sel (merah muda) yang dikultur di laboratorium. Sampel virus dan sel diambil dari seorang pasien yang terinfeksi COVID-19. (NIAID-RML via AP)

Selain itu, Zubairi menjelaskan bahwa vaksin COVID-19 yang saat ini dikembangkan, kemungkinan besar masih efektif terhadap virus corona varian baru ini. Namun, hal ini juga masih harus dibuktikan dengan penelitian lebih lanjut.

"Ini belum 100 persen yakin karena harus dibuktikan dengan penelitian yang mengikut sertakan pasien-pasien dengan varian baru," katanya.

Zubairi mengatakan, para ahli masih optimistis vaksin masih dapat bekerja melawan virus varian baru. Hal ini karena vaksinasi akan menimbulkan kekebalan di banyak tempat.

"Kalau ada virus varian baru maka yang gagal hanya di satu tempat, artinya kekebalan yang lain akan tetap jalan."

Meski begitu, Zubairi menegaskan bahwa mengingat lebih mudahnya penularan virus corona varian baru ini, maka masyarakat tetap harus waspada dan jangan sampai tertular COVID-19.

"Menjadi serius karena jumlahnya jadi jauh lebih cepat, jauh lebih banyak. Jadi kalau terkena hampir sama, tetapi karena jumlahnya jadi jauh lebih besar dari sebelumnya, tentu signifikan untuk jadi beban rumah sakit rujukan, pengobatan, dan tenaga kesehatan juga."

Infografis Varian Baru Virus Corona Hantui Inggris

Infografis Varian Baru Virus Corona Hantui Inggris. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Varian Baru Virus Corona Hantui Inggris. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya